Welcome Makassar 🏐

1K 49 3
                                    

"Tidak ada yang menyangka bahwa dua orang yang tak saling kenal, bahkan tak saling bertegur sapa, namun Allah mempersatukan lewat jalan-Nya"

Dua hari sudah Asnawi berada di Surabaya untuk melangsungkan akad dan resepsi. Setelah adzan maghrib, ia dan Shafira beserta keluarga besar langsung berangkat ke Makassar untuk melaksanakan resepsi disana. Dimana orangtua Asnawi juga menginginkan adanya resepsi kedua untuknya.

Tepat pukul satu dini hari pesawat dari Juanda sampai di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Tidak ingin merasa kecapekan, Asnawi dan keluarga Shafira istirahat sebentar di ruang tunggu. Disanapun juga banyak orang-orang yang berbaring untuk memejamkan mata sejenak.

"Shafira ngantuk, Mas Awi" ucap Shafira yang berjalan dengan tangan yang digenggam Asnawi. Memang sejak keluar dari pesawat ia melihat istrinya itu menguap berkali-kali.

"Iya, tidur disini dulu sambil duduk"

Asnawi duduk di kursi pengunjung yang mana seluruh keluarga juga sama-sama duduk dan tertidur. Tangan Asnawi mengusap lembut kepala Shafira dan meletakkan jaketnya ditubuh Shafira sebagai selimut.

"Nanti kalau udah subuh bangunin aku, mas"

Setelah mengucap itu Shafira kembali tak sadarkan diri. Rasa kantuk yang begitu kuat membuatnya ingin langsung memejamkan mata dan hal itu berhasil.

🏐🏐🏐🏐🏐

Tepat pukul lima pagi Asnawi membangunkan Shafira. Keluarga yang lain sudah menuju ke mushola dekat bandara. Asnawi dan Shafira menyusul saat semuanya sudah selesai melaksanakan sholat.

"Kerumah Mas Awi jam berapa?" tanya Shafira yang terlihat lebih segar sehabis sholat subuh.

"Dijemput, dek. Masih perjalanan menuju ke sini "

Shafira mengangguk dan segera melepas mukena, menggantinya dengan hijab instan kesukaannya. Naura yang hobi makan sudah duduk di serambi mushola menikmati makanan khas makassar.

"Mau beli makan juga?" tawar Asnawi ketika melihat istrinya memandangi Naura yang sedang makan.

"Enggak deh. Nanti aja kalau sampai di rumah Mas Awi, Shafira makan disana"

"Beli minum aja kalau gitu. Tunggu sini ya"

Asnawi beranjak dari duduknya untuk membeli air. Sebelum itu Shafira berteriak yang membuat Asnawi berhenti dan menatap istrinya dari kejauhan.

"Beliin Shafira Milo dua kotak ya!" teriak Shafira yang secara tidak langsung mengalihkan suasana keluarganyanyang sedang makan.

"Jangan teriak, Mbak Shaf. Ini kampungnya orang, bukan kampung dirumah" ujar Naura.

"Nanti Mas Awi gak denger kalau bicaranya pelan" ucap Shafira sesudah melihat suaminya itu menganggukkan kepala bertanda mendengarkan teriakannya.

🏐🏐🏐🏐🏐

Hujan gerimis mengiringi perjalanan Shafira menuju rumah Asnawi. Dari gang pertama sebelum belok, sudah terlihat salah satu rumah yang ada dekornya berwarna coklat muda dipadu dengan putih. Bunga hias didepan pintu masuk nampak indah ketika Shafira masih memandangnya dari dalam mobil.

"Ayo dek, turun. Ayah sama ibu sudah masuk duluan sama keluarga Naura"

Yang pasti suasananya masih sepi. Tidak ada bunyi musik yang memekakkan telinga. Karena acara resepsi akan dilaksanakan setelah dzuhur. Saat pertama kali masuk, Shafira menyalami seluruh anggota keluarga besar suaminya. Ia mengikuti beberapa kegiatan yang menjadi adat Makassar.

"Pengantinnya yang mana?" tanya wanita paruh baya seumuran ibu.

Berhubung Naura menemaniku duduk, alhasil gegara kami berdampingan banyak yang belum tahu siapa yang menjadi pengantin.

"Ini yang pakai gamis hitam" jawab Naura sopan.

"Ayo ikut ke dalam. Biar dirias terlebih dahulu "

Shafira mengikuti wanita paruh baya naik kelantai dua. Masuk ke kamar dengan nuansa laki-laki yang mana Shafira langsung meyakini bahwa ini adalah kamar suaminya.

"Duduk dulu di depan cermin, ya" ujar perias wanita dengan lembut.

Saat aku memperhatikan perias itu mengeluarkan beberapa alat make up, terdengar suara pintu terbuka dan muncul Mas Awi yang baru selesai mandi.

"Mas Awi mandi lagi?"

"Iya dek. Kurang seger aja mandi di bandara tadi" jawab Asnawi disertai senyum khasnya.

Shafira kembali lagi fokus pada make up nya. Ia memejamkan mata ketika wajahnya mulai di poles dengan foundation. Berhubung kondisinya duduk di meja rias, maka Shafira hanya sekedar memejamkan mata tanpa disertai tidur. Asnawi yang tidak terlalu memakai make up dan hanya dipoles sedikit dengan bedak pun sudah terlihat rapi dengan kemeja merah marunnya.

Resepsi kali ini, Shafira menggunakan baju adat Makassar. Pastinya akan berbeda seperti resepsinya di Surabaya. Jika Shafira kemarin lebih memilih memakai gaun yang syar'i, maka kali ini ia tidak bisa menolak menggunakan baju adat.

"Cantiknya kamu dek" celetuk Mas Awi saat Shafira selesai di rias.

Shafira tersipu dengan ujaran suaminya itu. Menyibukkan diri dengan pura-pura mengajak bicara perias adalah jalan pintas Shafira agar tidak terlalu menanggapi ucapan suaminya.

"Mas Awi jangan gitu dong kalau bicara. Shafira malu kan jadinya"

"Kamu emang cantik, dek. Tanpa make up pun sudah buat Mas suka dengan penampilan kamu"

Ingin terbang rasanya. Shafira benar-benar nggak tahu lagi gimana untuk bersembunyi. Melihat dirinya yang baru umur tujuh belas tahun dan memiliki suami yang lebih tua darinya ternyata tak semudah itu. Bahkan dari sisi kerennya sang suami saat pertama bertemu seperti hilang ketika mengetahui suaminya suka sekali mengucapkan gombalan. Sederhana memang, tapi cukup membuat perut Shafira dipenuhi dengan kupu-kupu berterbangan.




Terimakasih buat kalian yang sudah mampir ke cerita saya. Terimakasih atas bintangnya dan jangan lupa komen ya😁

Maaf banget kalau ceritanya masih monoton dan belum dapat greget saat membaca😞

Tapi semoga aku tetep lanjutin ceritaku ini sampai selesai, doakan ya😊

Bwi, 05 Januari 2022

Aku nggak tiap waktu publish. Berhubung sambil sekolah, kapan aku selain bab nya maka saat itu aku publish🙏

Mas Awi (On Going) SELESAIWhere stories live. Discover now