Nyidam Bakpia Pathok Yogyakarta🏐

258 15 1
                                    

Aku merepotkan ya?_

🏐🏐🏐🏐🏐

Menginjak usia kandungan Shafira yang sudah delapan bulan, bukannya rajin untuk jalan-jalan pagi malah keinginan mengidamnya semakin kuat. Bahkan hampir setiap hari Shafira menitip makanan ketika Asnawi akan pulang kerja. Semalam ia sudah habis sepuluh ribu telur gulung dan risol mayo lima biji. Memang akhir-akhir ini Shafira sedikit makan nasi dan lebih banyak jajan. Siang atau sore ia tidak absen untuk membeli cilok dan somay yang berkeliling di kompleks rumahnya.

"Dijaga pola makannya, Dek. Bentar lagi hampir hpl. Lebih aktif lagi jalan paginya meski hanya keliling kompleks" ujar Asnawi saat melihat Shafira yang lahap memakan mie ayam yang ia beli tadi sebelum sampai rumah karena Shafira menginginkannya.

"Pagi tadi itu aku gak bisa makan nasi, Mas. Eneg aja gitu rasanya. Pengen beli banyak jajanan aneka macam. Jadi tadi titip si mbok yang belanja ke pasar. Akhirnya aku makan banyak kue basah sampai kenyang"

"Kue apa saja yang adek makan? Tapi tetap diusahakan makan nasi ya dan susu ibu hamilnya jangan lupa juga"

"Banyak. Ada kue lapis, kue talam, kue bikang, brownis dan kue pelangi. Iya aku tetap makan, tapi ya gitu balik keluar lagi nasinya, mual perutnya"

Jika kebanyakan ibu hamil akan merasakan mual di trisemester awal, tidak untuk istrinya Shafira yang malah mual saat kandungan nya sudah berusia delapan bulan. Tidak hanya makanan, Shafira juga sensitif dengan hal-hal yang memiliki bau menyengat. Asnawi sampai harus ganti parfum karena istrinya akan mual jika mencium parfum yang dipakainya. Padahal dulu itu parfum favorit istrinya.

"Pengen bakpia pathok, Mas"

"Iya nanti mas belikan"

"Langsung beli ke Yogya enak kayaknya ya, Mas. Gak mau aku kalau belinya tetap di Surabaya"

"Rasanya kan sama, Dek"

"Ke Yogyakarta pokoknya. Mas kan libur tiga hari mulai besok. Ya, Mas?"

Asnawi menatap lekat istrinya yang memelas wajahnya. Aneh sekali nyidamnya kali ini. Nyidam atau mau liburan yang diinginkan istrinya.

"Besok konsul dulu ke dokter, ya. Mas takut karena adek sudah hamil besar"

"Nggak boleh bohong ya. Nanti anaknya ileran!"

Tergelak sudah tawa Asnawi mendengar tuturan istrinya. Padahal selama ini apapun yang Shafira minta selalu Asnawi belikan meskipun keadaannya tengah malam atau dini hari. Istrinya ini sangat berbeda dengan awal masa kehamilan yang malah tidak banyak nyidamnya.

🏐🏐🏐🏐🏐

Sore harinya, Asnawi mengantar Shafira untuk konsul ke dokter mengenai aman tidaknya perjalanan jauh karena kondisi Shafira yang sudah hamil besar. Surabaya ke Yogyakarta cukup lumayan lelah diperjalanan. Apalagi ketika terjebak macet karena bisa saja macet sewaktu-waktu.

"Ngga apapa, Pak. Yang penting selama perjalanan juga ada istirahat berhenti agar bisa baring dan nggak hanya duduk saja" ujar dokter setelah memeriksa kandungan Shafira.

Wajah bahagia terpancar jelas di istrinya yang boleh melakukan perjalanan jauh hanya untuk membeli bakpia pathok langsung ke Yogyakarta. Padahal di Surabaya pun kalau mau mencari juga banyak yang menjual.

"Ini vitamin untuk jaga stamina ibu selama perjalanan. Lebih banyak makan-makanan yang sehat ya, bu. Agar nanti menuju persalinan keadaan ibu dan bayinya tetap sehat"

"Iya, dok. Terima kasih, kami permisi dulu"
Ucap Shafira dengan tersenyum lembut.

Usai dari poli kandungan, Asnawi dan Shafira kembali lagi ke rumah untuk mempersiapkan pakaian yang akan dibawa ke Yogyakarta. Meski hanya dua hari disana tentunya akan tetap membawa barang dari rumah yang dibutuhkan. Mengepak dua stel pakaian miliknya dan milik istrinya, Asnawi hanya memasukkannya ke dalam ransel kecil yang biasa dibawa perjalanan. Kemudia memasukkan beberapa perlengkapan mandi dan perlengkapan milik Shafira yang lain.

"Mbok, titip rumah ya. Shafira sama Mas Awi mau jalan-jalan dulu. Pasti aku bawain oleh-oleh banyak dari yogya. Ayah juga udah Shafira beri tahu tadi sepulang dari poli kandungan"

"Iya, Non. Hati-hati ya, semoga ngidamnya teh lancar disana"

Berpelukan dan bersalaman mobil Asnawi meninggalkan pekarangan rumah. Hanya ada si mbok dan satpam yang menjaga rumah. Tentunya Asnawi juga bersama sopir agar bisa gantian jika nanti kecapek an menyetir.

"Ayah beneran udah di kasih tahu, Dek?" Ujar Asnawi meyakinkan kembali Shafira.

"Udah, ini lho chat nya" Shafira menunjukkan obrolan chat miliknya dengan sang ayah. "Nitip oleh-oleh juga katanya, pengen ikut nemenin tapi di kantor lagi banyak pekerjaan"

"Ya udah dibeliin aja untuk Ayah"

Keduanya menikmati perjalanan menuju Yogyakarta dengan saling berpelukan di kursi penumpang karena mobil dikemudikan oleh pak sopir.

"Kalau ada apa-apa adek bilang ya biar nanti berhenti di rest area terdekat"

"Siap, Mas"

Shafira memotret keadaan jalan tol Surabaya yang nampak gedung-gedung tingginya yang indah. Mengupdate nya ke story whatsapp dan instagramnya. Belum ada lima menit, ponselnya penuh notifikasi chat masuk menanyakan ia akan pergi kemana.

🏐🏐🏐🏐

Perjalanan ditempuh selama empat jam lewat jalan tol. Karena suasana masih dini hari, Asnawi langsung mencari penginapan yang sekiranya dekat dengan Malioboro disebabkan Shafira yang juga ingin jalan-jalan kesana. Melalui ponselnya, Asnawi sudah mereservasi tempat yang digunakan untuk menginap selama dua hari.

"Pak, ke alamat ini, ya. Kita nginap disini"

"Baik, den"

Mobilpun berjalan menuju tempat penginapan. Nampak wajah lelah dari pak sopir namun ketika Asnawi ingin bergantian malah menolak menyuruh Asnawi menemani Shafira yang tertidur lagi.

Tidak lama, mobil pun sampai di penginapan. Dengan menggendong istrinya, Asnawi segera masuk dibantu pal sopir yang membawa barang-barangnya. Ada dua kamar yang Asnawj pesan, untuknya dan Shafira juga untuk pak sopir.

"Bapak istirahat dulu biar nggak kecapek an. Saya dan Shafira juga langsung istirahat"

"Baik, den. Terima kasih, saya masuk istirahat dulu" ujar pak sopir dengan sopan.

Masih ada waktu tiga jam untuk tidur. Asnawi ikut membaringkan tubuhnya disamping Shafira yang tadi ia baringkan di ranjang. Menatap wajah ayu sang istri yang di umurnya ke sembilan belas tahun sudah menjadi istri dan ibu calon anak-anaknya. Selama menikah memang lambat laun Asnawi memahami bagaimana karakter Shafira. Istrinya itu akan manja ketika sakit namun tidak mau terlalu dikasihani. Terlalu sabar dan telaten dengan hal-hal yang sebenarnya membuatnya sakit atau kecewa karena hatinya mudah memaafkan. Memeluk erat tubuh Shafira yang sudah berisi, Asnawi perlahan memejamkan kedua matanya yang mulai mengantuk.

Tbc

Terima kasih sudah setia membaca cerita author ya

Jangan lupa tetap vote dan komen ya
😃

Bwi, 23 Agustus 2023

Mas Awi (On Going) SELESAIWhere stories live. Discover now