Diam 🏐

309 18 3
                                    

_Antara sadar dan tidak sadar, mendiamkan mu adalah bentuk dosa yang sudah ku buat perlahan_

🏐🏐🏐🏐🏐

Sejak kejadian dimana Asnawi menginap di apartemen Nadya, Shafira belum bertegur sapa selama dua hari dengan sang suami. Bukan perihal ia kekanak-kanakan, hanya saja, suami yang dicintainya itu tidak jujur sedari awal. Bahkan seharian ponselnya tidak bisa dihubungi.

Layaknya istri yang patuh, Shafira tetap menyiapkan keperluan Asnawi, menyiapkan sarapan dengan berbagai menu di meja makan.

Imbasnya, Shafira enggan menyapa, bahkan tidak banyak bertanya saat seseorang memberi kabar sedang dimana sang suami berada dan sepulangnya Shafira menodong dengan bukti yang dikirim ke whatsapp nya. Ponselnya pun tidak ia buka sama sekali sampai detik ini.

"Dek, mas sudah jelasin lo ke kamu detilnya. Masih marah banget sama Mas?" Ujar Asnawi yang akan memulai sarapan pagi.

"Enggak. Lagian itu juga bukan hak aku, kan? Ya aku sadar diri aja sih siapa aku" jawab Shafira dengan senyum kecil yang terkesan dipaksakan baik-baik saja.

Asnawi tidak langsung menjawab. Mungkin hal ini juga karena hormon istrinya yang sedang mengandung sehingga belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Bukannya harus sarapan, Asnawi malah memandangi istrinya yang lahap sarapan.

"Nggak usah natap Shafira kayak gitu, ish. Kalau sarapan ya segera di makan. Mau berangkat kerja juga kan?"

Gelagapan, Asnawi menyuapkan makanannya perlahan. Usai sarapan, Shafira masih mengantarkannya berangkat sampai di teras rumah. Bersalaman seperti biasa dan mencium lembut kening istrinya meski keduanya belum sama-sama berbaikan.

🏐🏐🏐🏐🏐

Bisa-bisa saja Asnawi meluluhkan keadaan hati Shafira menjadi lebih baik seperti semula. Namun karena ada beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan, usai sarapan tadi ia langsung berangkat bekerja. Menatap Shafira makan dengan lahap-pun Asnawi sudah senang. Calon anaknya tidak menyusahkan ibunya.

"Pak, ada satu sekolah ingin memesan kaos untuk club olahraga tiap-tiap cabang. Jangka waktunya meminta sekitar empat bulan, pak. Tapi masih belum saya setujui sebelum dari pak nawi siap"

"Untuk design kira-kira harus dari kita juga yang menyediakan atau sudah siap jadi?"

"Design sudah dari pihak sekolah, pak. Jadi kita hanya ke langkah penyablonan. Dan juga ingin kain yang bagus, pak"

"Kamu terima, ya. Nanti untuk harga per bajunya disesuaikan dengan ukuran yang dibutuhkan. Jadi nanti ukuran baju juga harus lengkap agar kita tidak kekurangan atau kelebihan bahan"

"Siap, pak. Nanti saya konfirmasi kembali"

Asnawi kembali ke ruangannya setelah berbincang dengan salah satu pekerja yang  baru saja melapor jika ada pihak sekolah yang akan membuat kaos olahraga.

🏐🏐🏐🏐🏐

Shafira sejak tadi berkutata di dapur. Mencoba membuat makanan resep barunya. Sudah ada lima pancake original yang ia taburi varian toping. Milk jely yang ia kemas apik diwadah dengan isian beberapa buah. Beberapa sudah ia kemas ke dalam bage untuk ia bawakan ke tempat suaminya sebagai ucapan permintaan maaf karena sudah mendiamkannya meski   suaminya itu sudah menjelaskan apa yang terjadi.

"Mbok, aku ke kantor Mas Awi. Di dapur ada pancake, bisa mbok makan"

"Baik, non. Hati-hati ya. Jangan capek-capek, non"

"Siap, mbok"

Shafira berangkat menggunakan grab yang sudah ia pesan. Ia akan berada di kantor Asnawi, menemaninya hingga pulang. Maka dari itu ia berangkat tidak diantar sopir karena ingin pulang bareng naik mobil suaminya. Jalanan Surabaya sedikit macet karena hampir memasuki jam makan siang. Bunyi klakson yang menjadi pengiring setiap grab yang Shafira tumpangi berhenti di lampu merah.

Cuaca yang cukup terik hari ini. Sesampainya di tempat kerja Asnawi, Shafira langsung menuju ke arah kasir menanyakan ada atau tidak suaminya. Ada beberapa pegawai yang menyapanya ramah ada juga yang belum sempat menyapa karena sedang melayani pembeli.

"Assalamualaikum, Mas" ucap Shafira sembari mengetuk pintu ruangan Asnawi.

Ceklek!

"Waalaikumsalam. Ya Allah, Dek, sama siapa kesini? Kok nggak ngabarin mas dulu, Dek?" Ujar Asnawi menyerbu Shafira dengan banyak pertanyaan karena tiba-tiba datang ke tokonya.

"Kalau aku bilang ke Mas kan nggak jadi kejutan" jawab Shafira seraya duduk di shofa dan meletakkan makan siang yang ia bawa ke meja.

"Udah makan siang belum, Mas?"

"Belum, Dek. Ini baru saja mau pesen terus Dek Shafira datang"

"Ya udah kalau gitu aku setiap makan siang anterin bekal kesini ya, Mas? Biar Mas juga enggak sering beli makanan di luar"

"Adek kan lagi hamil. Nanti malah kecapek an kalau bolak-balik rumah ke sini"

"Iya nggak apapa, Mas. Kan aku ini seneng lo sekarang masak-masak menu baru. Ini aku bawa pancake sama milk jelly masih dingin juga"

Asnawi terkekeh. Memang Shafira semenjak usai pengajian empat bulanan lebih aktif memasak dan suka mencoba menu baru. Bahkan sampai beberapa olahannya dijual. Katanya lumayan menambah pemasukan tabungan. Padahal Asnawi sudah memberi uang untuk Shafira baik untuk kebutuhan bulanan atau uang yang memang ingin ditabung.

"Pancake nya enak, Dek. Mas suka, lembut dan nggak kemanisan!" Ucap Mas Awi saat Shafira membuka cup milk jelly.

"Alhamdulillah kalau Mas Suka dengan pancake buafan Shafira. Tapi jangan makan itu saja, ini makan siangnya udah aku buatin terong balado sama telur dadar kesukaan Mas"

"Iya, taruh disitu dulu. Habis ini mas makan"

Shafira dengan leluasa memandang Asnawi yang lahap dengan makan siangnya. Bahkan juga menyuapinya bergantian karena ingin makan sepiring berdua. Untung saja Shafira akhir-akhir ini juga tidak bermasalah dengan nyidam, malah semakin semangat melakukan aktivitas setiap hari.

"Adik bayi, sehat-sehat di perut mama, ya. Jangan buat mama kecapek an" ujar Asnawi pelan usai makan sambil mengusap lembut perut Shafira.

Asnawi memang dijodohkan dengan Sahfira tanpa cinta pandangan pertama. Tetapi sesuai dengan berjalannya waktu ia mencintai istri yang sedang mengandung calon anaknya. Istri kecilnya yang sangat ia sayangi. Bahkan Shafira tidak mempermasalahkan bagaimana masa lalu Asnawi meski dalam berumah tangga akan ada banyak masalah yang ia temu. Mendiamkan Asnawi kemarin pun tidak membuat Asnawi marah atau kecewa dengan sikap Shafira karena memang ia yang salah dan menjelaskan dengan jujur tanpa ada kebohongan.

Tbc

Semoga kalian tetap suka sama ceritaku ya. Oh iya aku juga up beberapa cerita baru tapi masih 1 atau 2 bab saja yang terpublikasikan. Boleh juga kok dibaca😁

Mas Awi (On Going) SELESAIWhere stories live. Discover now