Keluarga Bahagia🏐

255 14 2
                                    

Ada akhir kisah yang bahagianya melebihi takaran bahagia manusia_

🏐🏐🏐🏐🏐

Enam bulan menjadi ibu muda yang ekstra sibuk. Shafira yang sudah mulai mengikuti perkuliahan melalui daring bersamaan putranya yang sangat aktif di umurnya yang menginjak tujuh bulan. Bahkan, suaminya, Asnawi lebih sering menghendel pekerjaan di rumah membantunya mengurua sang buah hati.

Selain kesibukan mengurus putranya, Shafira juga membuka kedai kecil di halaman rumah. Menjual beberapa macam brownis dengan toping aneka ragam, dessert, salad buah, smothees, dan sosis bakar.

"Mbok, ada pesanan brownis box sedang isi enam 50 kotak dan smothees mangga toping keju 50 cup"

"Ini teh diambil kapan, Non?"

"Besok sore, Mbok. Resepnya sama seperti yang kita belajar bareng waktu itu Mbok"

Shafira mengetahui jika si mbok yang selalu membuatkan makan sangat suka juga membuat aneka macam kue. Kemarin ia sudah memberikan resep untuk si mbok agar ketika mendapat banyak pesanan tidak hanya ia saja yang membuat.

"Stok box nya mbok cek dulu, kalau kurang nanti beli ke tempat biasanya, mbok"

"Baik, Non"

Putranya mulai mengantuk karena jam sudah menunjukkan untuk tidur siang. Biasanya Shafira akan mengajak sang putra untuk mengantarkan makan siang ke tempat kerja Asnawi. Hanya saja untuk hari ini, suaminya itu sedang ada rapat di luar kantor.

Menidurkan sang putra di box bayi, Shafira segera menata makanan untuk makan siang dirinya dan melaksanakan sholat dzuhur terlebih dahulu. Biasanya ia akan mengantarkan makan siang juga untuk pak satpam dan pak sopir yang berjaga di depan. Untuk si mbok, lebih seringnya Shafira ajak untuk makan bersama.

"Ini untuk pak satpam sama pak sopir, Mbok"

"Iya, Non. Nanti saya antarkan ke depan"

"Mbok makan bareng saya disini, nanti sudah mengantar makanannya langsung balik lagi kesini ya Mbok"

"Baik, Non"

🏐🏐🏐🏐🏐

Browbox sudah dikemas rapi dan siap untuk diambil oleh pembeli. Smothees mangga toping keju juga sudah tertata rapi dalam kardus. Nadia, yang memesan browbox dan smothees untuk dijual di bazar yang diadakan organisasi kampus jurusannya itu mengabari akan segera sampai di rumah Shafira.

Tentang Shafira yang melanjutkan kuliahnya, iya Shafira melanjutkan. Hanya saja beberapa mata kuliah ia laksanakan secara online dari rumah. Untuk yang kuliah ke kampus pun akan diantar jemput oleh suaminya.

"Dah, totalnya berapa semua, Shaf?" Ujar Nadia yang sesampainya di rumah Shafira langsung memasukkan browbox dan smothees ke bagasi mobil.

"Browboxnya dari aku 10.000, smotheesnya 13.000. Total semuanya 1.150.000"

Nadia memberikan uangnya ke Shafira.

"Jual apa aja kemarin bazarnya?"

"Banyak, Shaf. Beda-beda jualannya" jawab Nadia. "Kapan mulai kuliah ke kampus, Shaf?"

"Kayaknya nunggu anak aku umur satu tahunan, Nad. Apalagi sekarang juga pekerjaan Mas Awi alhamdulillah lagi rame banget. Tiap hari pulang malam, paling awal pulangnya sebelum maghrib"

"Pokoknya kita harus lulus bareng!"

"Iya, kan aku juga aktif sekarang ikut kuliah online nya"

"Nanti habis bazar aku mampir lagi kesini. Ada makanan kesukaanmu nanti aku belikan"

"Kalau kemalaman nggak usah, Nad. Kapan-kapan juga kita bisa keluar bareng"

Nadia mencomot browbox yang tersisa. Mengunyah pelan makanan buatan temannya yang memang sangat suka mencoba resep-resep jajanan.

"Enak, kan?" Tanya Shafira.

"Apasih yang nggak enak, Shaf. Apapun yang kamu buat, meski kadang percobaan pertama gagal, rasanya tetap enak"

"Ya udah, hati-hati jalannya. Itu di kantung tas bawa aja, gratisan dari aku"

Nadia menatap kantung tas yang berisi browbox dan smothees.

"Kenapa banyak banget gini sih, Shaf? Rugi dong!"

"Buat anak-anak yang jaga juga disana. Enggak rugi, pasti juga Allah bakal ngasih rezeki yang lebih lagi kan kalau kita mau memberi?"

"Ya udah, aku terimakasih banyak lo ya ini. Semoga jualannya semakin laris, banyak pembeli, dan bisa buat kafe yang punya banyak cabang"

"Terimakasih doanya"

Shafira melambaikan tangannya saat Nadia yang sudah masuk ke mobil membuka kaca jendela mobil dan juga sama melambaikan tangan.

🏐🏐🏐🏐🏐

"Harum banget, Dek. Lagi buat apa?" Ucap Asnawi yang baru saja masuk ke dapur karena mencium aroma makanan.

"Ini, aku buat pisang goreng yang ada topingnya"

Tersenyum tulus melihat sang istri yang sangat cekatan jika ada di dapur. Dulu, mungkin anggapan Asnawi tentang calon istrinya adalah anak kecil yang belum bisa apa-apa. Nyatanya, sosok yang menjadi istrinya sekarang adalah wanita yang serba bisa. Sosok ibu dari anaknya yang semakin hari semakin membuat Asnawi jatuh cinta dengan dalam.

"Rasya kemana?"

"Sama si mbok tadi di taman belakang. Habis dimandikan langsung ditimang si mbok. Jadi, aku bisa buat ini!"

Pisang goreng dengan banyak varian tersaji cantik di meja makan. Bahkan ada yang original dengan toping yang ditempatkan di wadah berbeda.

"Mas panggil si mbok biar ikut makan sekalian, Dek"

"Mas, pak satpam dan pak sopir jangan lupa diajak juga"

"Iya, Dek"

Tidak ada perbedaan dalam rumah tangga Shafira dan Asnawi. Keduanya sama-sama suka mengajak orang yang bekerja di rumahnya untuk ikut bergabung makan bersama. Bahkan jika sedang tidak makan bersama, makanan yang tersedia di meja makan bisa di makan oleh pekerja semisal Shafira dan Asnawi sudah dahulu makan bersama.

Ruang makan malam itu nampak ramai.  Si mbok, pak sopir, dan pak satpam yang duduk berdampingan di kursi yang berjejer sama, sedangkan ia dan Asnawi duduk berdampingan berdua. Rasya berada di troli bayi, tertidur dengan tenang meski kadang sesekali merengek kecil.

Tidak ada yang menyangka jika takdir yang Allah beri bisa sebahagia ini dalam rumah tangga yang Shafira dan Asnawi jalankan. Memang, awalnya tidak kenal satu sama lain. Namun seiring dengan berjalannya waktu, tentu keduanya sama-sama saling terbuka dan membina. Tentunya ada bumbu-bumbu pahit sebelum sampai di saat ini. Shafira dan Asnawi tentunya berusaha menyatukan kembali jika rumah tangga terasa goyah. Menekan ego agar tidak ada yang tersakiti satu sama lain.

"Pisang gorengnya dibawa pulang saja pak, si mbok tadi sudah saya sisihkan"

Pak sopir dan pak satpam pamit untuk pulang. Satu kresek berisi pisang goreng mereka bawa karena langsung diberi oleh Shafira.

"Terimakasih, Non"

"Sama-sama, Pak. Hati-hati di jalan kalau pulang"

Senyum tulus terlihat di wajah keduanya. Mereka yang bekerja untuk keluarga, tentunya akan merasakan lelah setelah satu hari bekerja dan pulang malam.

Tbc

Semoga kalian tetap suka ya
☺️
Jangan lupa vote dan komen yang banyak
😊

Bwi, 20 September 2023


Mas Awi (On Going) SELESAIHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin