Menjadi Miliknya🏐

606 36 6
                                    

"Seperti apa jalan Tuhan untukmu, tetap saja sejauh apapun menghindar akan tetap bersatu"

🏐🏐🏐🏐🏐

Kedua mata Shafira masih terpejam lelap. Untuk hari ini saja ia ingin beristirahat total di rumah. Asnawi suaminya juga telaten membangunkan Shafira dan menemaninya sarapan pagi di kamar. Dari Bali seharusnya Shafira bercerita hal seru, nyatanya seminggu ini ia malah tumbang.

"Masih pusing kepalanya?" tanya Asnawi melihat kondisi Shafira yang memprihatinkan.

Bagaimana tidak memperihatinkan? Wajah yang pucat, kantung mata yang terlihat jelas dan tubuhnya saja menyender ke ranjang tidak mampu. Apalagi Shafira sangat sulit diajak periksa.

"Nggak mau makan, mas. Pahit plus mual perutnya Shafira" rengek Shafira saat Asnawi berusaha menyuapkan bubur tanpa ada rasanya itu.

"Minum obatnya nanti gimana kalau Dek Shafira nggak mau makan?"

" Kalau dipaksa tambah mual, mas. Shafira nggak suka juga makan bubur "

"Ya udah kita periksa. Siap-siap habis ini berangkat ke klinik"

Sebelum Shafira menolak untuk periksa, Asnawi sudah lebih dulu keluar dari kamar untuk meletakkan kembali bubur yang sama sekali tidak dimakan.

"Shafira nggak mau periksa juga" ujar Shafira lirih saat mendengar suara pintu kamar terbuka.

"Harus periksa, dek. Biar mas juga tahu kamu sakitnya apa"

Setelah Asnawi selesai memakai jaket dan membawa tas slempang kecil, ia menggendong Shafira ala brydal style. Menggunakan mobil adalah pilihan yang tepat saat Shafira benar-benar tidak bertenaga.

"Kalau kamu sakit, mas juga bingung dek. Jadi, kali ini nurut ya, cuma periksa keadaan saja" ucap Asnawi saat perjalanan menuju klinik.

Shafira mencoba memejamkan matanya. Perutnya benar-benar bermasalah. Rasa ingin muntah juga semakin tinggi meski ia berusaha menahannya.

"Mas, perutnya mual. Nggak kuat" lirih Shafira dengan memegang erat lengan Asnawi yang fokus menyetir mobil.

Kepala Asnawi menoleh ke arah spion, melihat jalanan yang sekiranya bisa dibuat untuk berhenti. Surabaya memang tidak sama dengan di Makassar. Asnawi juga menjaga tata tertib agar nantinya tidak menghambat lalu lalang kendaraan lain.

Tubuh Shafira benar-benar lemas. Hanya saja yang dimuntahkan cairan bening, menyangkut sejak pagi ia tidak mau memakan apapun.

"Ditahan dulu, ya dek. Bentar lagi sampai"

Asnawi melajukan lagi mobilnya. Merubah bentuk kursi Shafira menjadi berbaring. Melihat istrinya yang mengangkat tangan saja sudah tak mampu, membuat Asnawi merasakan cemas dan khawatir.

🏐🏐🏐🏐🏐

Menunggu keadaan Shafira diluar ruangan tak membuat diri Asnawi tenang. Sedari tadi ia mondar mandir meski dilihat oleh beberapa pasien yang juga mengantri.

"Pak Asnawi Mangkualam Bahar, silahkan masuk" ucap suster yang baru saja membuka pintu ruangan dimana Shafira di periksa.

"Bagaimana keadaan istri saya, dok?" tanya Asnawi saat duduk di depan dokter yang menampilkan wajah bahagia.

"Nyonya Shafira nggak apapa, Bapak. Selamat ya! Sebentar lagi Pak Asnawi akan menjadi ayah!"

Sangat mengejutkan bagi Asnawi saat mendengarkan apa yang diucapkan oleh dokter.

"Saya akan jadi ayah, dok?" ucap Asnawi memastikan.

"Iya, pak. Kondisi yang dialami istri bapak adalah gejala karena sedang hamil muda. Dijaga ya, pak. Jangan terlalu kelelahan melihat istri anda belum genap umur dua puluh tahun"

"Alhamdulillah. Terimakasih Allah, engkau sudah memberi kepercayaan pada keluargaku"

Dalam hati Asnawi tidak berhenti mengucap syukur. Ia berjanji akan dirinya sendiri akan selalu menjaga Shafira beserta calon anaknya.

Shafira yang berbaring di brankar tak kuasa menahan haru. Air matanya menetes bahagia. Ia akan menjadi seorang ibu diumurnya yang terbilang muda.

"Dek, terimakasih ya, sudah ada Asnawi junior disini" kata Asnawi seraya mengusap lembut perut Shafira yang masih terlihat rata.

Kandungan Shafira berusia satu minggu. Itu berarti saat ia sudah menjadi milik Asnawi seutuhnya, Allah memberikan kelercayaan untuk keluarganya.

"Selalu ada buat Shafira, ya mas" ujar Shafira lirih.

Asnawi mengangguk, lalu tersenyum bersamaan dengan tangis bahagianya. Ia mencium lama kening Shafira.

"Selamat ya! Semoga kandungannya sehat. Untuk obat, saya hanya memberi vitamin agar tidak terlalu kelelahan. Obatnya bisa diambil di apotik terdekat"

Dokter yang memeriksanya juga turut bahagia. Mendoakan calon anaknya agar tumbuh dengan sehat.

"Terimakasih dokter" jawab Shafira dan Asnawi bersamaan.

🏐🏐🏐🏐🏐

Flashback...

Setelah berkeliling Sanur dan membeli banyak oleh-oleh untuk dibawa pulang, Shafira meminta Asnawi untuk membelikannya mie ayam yang sejak tadi membuatnya tergiur.

"Jangan banyak-banyak sambalnya. Nanti sakit perut, dek"

Shafira meringis, menampilkan deretan giginya yang rapi serta wajahnya yang mulai berkeringat karena sudah terlanjur menggunakan banyak sambal.

"Sudah terlanjur, mas. Mas Awi bilangnya telat sih!"

Asnawi menggelengkan kepala melihat tingkah istrinya yang terlihat menggemaskan.

Keduanya segera menuju ke parkiran saat mie ayam sudah habis dinikmati. Teman Mas Awi ternyata juga sudah menunggu di dalam mobil.

"Beli apa saja, Shaf?" tanya teman Mas Awi.

"Banyak sih, mas" jawab Shafira dengan kekehan pelan.

"Segera menyusul ya, Shaf! Asnawi juniornya" timpal Mbak Sarah, istri teman Mas Awi.

"Amiin. Doakan ya, mbak!" 

Sejak itu, sampai di Villa, Asnawi membersihkan diri bergantian dengan Shafira. Keduanya melangsungkan sholat isya sebelum tidur istirahat.

"Mas?" panggil Shafira saat keduanya mau sholat isya.

Asnawi mengangkat sebelah alisnya. Menandakan bahwa ia bingung dengan Shafira yang memanggilnya.

"Shafira nggak apapa malam ini menjadi milik Mas Awi seutuhnya. Shafira ingin jadi istri yang sholehah buat Mas Awi dengan melakukan kewajiban yang seharusnya Shafira lakukan" ujar Shafira dengan kepala menunduk.

"Dek, mas nggak maksa. Mas akan menunggu sampai kamu siap, dek"

"Shafira sudah siap kok mas. Jadi, malam ini Shafira jadi milik Mas Awi seutuhnya"

Terlihat Asnawi menghembuskan nafasnya pelan. Ia menyadari jika Shafira masih baru lulus sekolah, yang mana Asnawi sendiri tidak akan meminta haknya meski terkadang ia mengucap seakan-akan ia menginginkan anak lewat setiap guyonannya.

"Kita sholat isya dulu, ya"

Keduanya sholat isya dengan khusyu'. Dilanjut dengan sholat dua rokaat sebelum melaksanakan kewajiban sebagai suami istri.

Malam itu, Shafira menjadi milik Asnawi. Pastinya hal ini juga pertama untuk keduanya. Tetapi, Asnawi tetap memperlakukannya dengan baik dan tidak menyakiti Shafira.

Sudah ya!!! Asnawi Junior segera datang menjadi pelengkap di pasangan pengantin  baru ini!!!

Jangan lupa vote dan komen biar author bisa up tepat waktu ya😅

Mohon maaf jika ceritanya aneh....beginilah hasil apa adanya ya...

Bwi, 20 Januari 2022

Spam 🏐

Ketemu di bab berikutnya☺️

Mas Awi (On Going) SELESAIWhere stories live. Discover now