Ar-Rasya Ahmad Mulki Bahar🏐

283 16 3
                                    

Kebahagiaan akan selalu cukup jika kita tidak lupa bagaimana caranya bersyukur_

🏐🏐🏐🏐🏐

Bayi kecil yang terlihat masih merah menggeliat saat lampu kamar di nyalakan oleh Shafira. Sudah pukul lima pagi. Shafira baru saja selesai memasak untuk sarapan. Meski memiliki anak yang masih bayi, ia tetap akan memasak dengan dibantu si mbok.

"Mas, sudah selesai?" Ujar Shafira dibalik pintu kamar mandi.

"Sudah, Dek. Sebentar."

Asnawi keluar dengan menggunakan kaos hitam dan celana selutut. Semenjak menyandang gelar sebagai ayah, suaminya itu selalu berpenampilan santai. Bahkan berangkat kerja pun tidak seribet sebelum memiliki anak.

"Aku mandiin adek bayi nya dulu ya, Mas. Mas, tolong siapin pakaian yang dipakai adek bayi"

"Siap, Dek"

Shafira menggendong putranya yang sudah bangun sejak tadi ia menghidupkan lampu kamarnya. Melepas satu persatu pakaian yang melekat dan mulai memandikannya dengan menggunakan air hangat.

Bahagianya Shafira menjadi ibu untuk sosok malaikat kecil yang sangat mirip dengan suaminya. Kalau kata keluarga besar saat sepasaran kemarin, anaknya adalah duplikat paling mirip dengan Asnawi.

Alhamdulillah acara sepasaran berjalan dengan lancar. Ar-Rasya Ahmad Mulki Bahar adalah nama yang diberikan oleh suaminya dan juga usulan dari ibu mertua untuk memakai nama belakang suami.

"Sarapannya sudah siap di bawah, Mas"

"Nunggu kamu saja, kita sarapan bareng"

Asnawi duduk di sisi kiri ranjang melihat anaknya sedang dipakaikan baju. Bau bedak bayi dan minyak telon menguar harum seisi kamar. Tidak ada lagi harum parfum milik Asnawi atau Shafira yang menguar, melainkan digantikan dengan harum anak bayi. Anaknya terlihat memainkan jari-jari kecilnya yang mungil. Kedua matanya mengawasi ruang kamar dengan posisi yang telentang.

Usai mengenakan dan merias bayi kecil yang kini menjadi alasan Asnawi pulang cepat saat bekerja, bergantian ia menggendong sang putra, sedangkan Shafira mulai menata piring dan mengambilkan makanan untuknya. Putranya masih mengerjap-ngerjap dalam gendongannya. Biasanya akan ditidurkan oleh Shafira usai sarapan pagi setelah memberikan asi kepada putranya.

"Pesan nya bunda, Dek. Kesehatannya dijaga, makan yang sehat-sehat dulu"

"Iya, Mas. Bunda baik banget sama aku kemarin. Seneng banget nimang cucu nya yang ganteng banget!" Ujar Shafira dengan menoel pipi putranya.

"Mirip mas banget kan anak kita"

"Iya iya mirip sama mas. Aku ga ada miripnya"

Gelak tawa renyah membuat ruang makan pagi ini lebih berwarna. Jika biasanya akan khidmat menikmati sarapan masing-masing, kali ini ada senda gurau karena sang putra yang plek ketiplek Asnawi. Shafira hanya sedikit memberikan kemiripan.

"Hati-hati ayah kerjanya!" Kata Shafira menirukan suara anak kecil usai Asnawi berpamitan akan berangkat ke tempat kerja.

Sudah hampir dua minggu semua urusan toko di handel oleh sekretarisnya. Hanya mengawasi lewat cctv yang tersambung di ponselnya. Tokonya semakin ramai. Bahkan pesanan baju olahraga melunjak tinggi dan penghasilan semakin banyak dari kemarin.

🏐🏐🏐🏐🏐

Semua pesanan kaos dari beberapa sekolah sudah dikemas rapi dan siap untuk diantarkan. Asnawi dengan teliti memeriksa tiap-tiap pak kaos yang berisi sepuluh kaos per pak. Bahkan melejitnya usahanya ini juga sudah bisa membuka cabang baru lagi di daerah Malang. Cabang utama tentu yang ada di Makasar yang kini dikelola oleh ayahnya dibantu para pekerjanya. Di Surabaya ia kelola sendiri dengan merekrut juga pekerja. Cabang baru di Malang akan ia buka dengan mencari pekerja yang dapat menghendel dengan baik.

"Pak, klub sepak bola SMA 45 Jakarta kemarin malam mengirim email. Mau pesan kaos untuk semua ekstra olahraga. Kemudian, desain dipasrahkan ke pihak kita. Dan warna dasarnya hitam dengan merah"

"Mintakan logo sekolahnya saja kalau gitu. Langsung kamu konfirmasi ke tim desain agar segera di buat"

"Baik, Pak"

Sepertinya, anak adalah rezeki menjadi hal yang pertama Asnawi yakini. Memang benar semenjak kelahiran sang putra pertamanya, sangat banyak pelanggan yang memilih untuk membuaat baju olahraga di tempatnya. Bahkan sehari setelah sang putra lahir, sekretarisnya memberi kabar jika kaos yang ada dipajangan etalase depan diborong oleh anak-anak sekolah yang sedang study tour dan kebetulan mampir.

Asnawi
Dek, mau pesan apa? Mas nanti pulang jam tujuh malam.

Shafira
Nitip beli botol dot nya Rasya, Mas. Tadi aku iseng buka beberapa kado lahirannya Rasya, eh ada yang kasih pompa asi😁

Asnawi
Beli berapa? Yang ukurannya kecil, besar, atau sedang?

Shafira
Beli 3, Mas. Yang kecil-kecil aja biar bisa ganti-ganti nanti Rasya minumnya hehehe😁

Asnawi
Siap, sayang!😗

Shafira
🫣🫣🫣

Terkikik geli melihat balasan sang istri. Ingatkan nanti jika ia harus mampir ke toko peralatan bayi untuk membeli botol dot putranya.

Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan pentingnya, Asnawi segera membereskan meja kerjanya dan keluar dari ruangan. Jika jam malam, toko yang dikelola tetap buka namun hanya melayani pembelian langsung. Sedangkan jika akan memesan akan dilayani pagi hari sampai sore.

Membeli tiga botol dot susu bayi dengan gambar yang menarik dan berbeda. Padahal seiring dengan sering dipakai, gambar yang menghiasi botol akan memudar. Asnawi tetap kekeuh membeli botol bergambar. Ia juga mampir membeli beberapa makanan untuk dibawa pulang. Banyak makanan yang ia beli di pedagang kaki lima, tempat jajan kesukaan Shafira.

"Pak, saos untuk sosis bakar disendirikan ya" kata Asnawi.

"Baik, Mas"

Ada sosis bakar kesukaan Shafira. Begitu juga Asnawi yang membeli martabak manis dan pisang coklat yang masih panas. Tentunya ia membeli banyak bukan hanya untuk ia dan Shafira saja, namun juga untuk pak sopir, pak satpam dan si mbok yang tak pernah ia lupakan jasanya sudah bekerja di rumahnya.

Tepat pukul tujuh malam, mobil Asnawi sampai di gerbang rumahnya. Dengan ramah Asnawi tersenyum menyapa pak satpam yang membukakan gerbang. Tak lupa juga ia berikan bingkisan makanan yang tadi ia beli agar segera dimakan oleh semua pekerja sebelum jam istirahat malam.

"Assalamualaikum, Dek!"

"Waalaikumsalam" jawab Shafira yang berada di ruang makan.

"Bersih-bersih dulu, Mas. Rasya sudah tidur barusan, jangan ramai kalau masuk kamar. Bajuny sudah Shafira siapin" kata Shafira usai bersalaman dengan sang suaminya.

Mengecup pelan kening istrinya, Asnawi kembali masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri. Shafira menyiapkan makan malam yang sudah ia masak dibantu si mbok. Tak lupa juga ia membuka kresek makanan yang Asnawi letakkan di meja makan. Membukanya dan mengeluarkannya serta menatanya di piring. Tak lupa ia mencuci dot bayi disela menunggu sang suami membersihkan diri.

Tbc

Alhmdulillah semoga kalian suka
Belum tamat kok hehehehe
Tetap vote dan komen ya
😃😃😃

Bwi, 09 September 2023

Mas Awi (On Going) SELESAIWhere stories live. Discover now