Asevya Tisha, perempuan itu merasakan bahwa mata memang jendela hati, Namun bibir dan lidah jago mendustai naluri. Telinga untuk mendengar, Entah senyum yang menjadi pertanda kabar atau sedih bertahan tegar. Jika hidup karena lahir, Itulah sebab mengapa ada takdir. Yang bisa berubah dan bisa menetap. Mencakup semua arah, menjalani semua tahap dan meyakini setulus hati. Bukan hidup jika tak bertemu masalah. Serumit apapun, hidup bukan tentang mengakhiri segalanya, Tetapi hidup berusaha untuk menjalani. Tak penting mendengar ucapan mereka. Berhenti lah berpura-pura. Angsur lah bahagia sesungguhnya. Jangan bertahan untuk menyakitkan perasaan. Lebih baik berdiri sendiri berusaha maju, Bukan mementingkan rasa yang belum bisa pudar itu. Jangan biarkan dalam semua raut bahagia pada wajah, hati banyak menyimpan luka.