Diabolus

By Dillaft

576K 86.5K 19.6K

(Mengandung adegan kekerasan dan kata-kata kasar) Bona, gadis keturunan campuran manusia-iblis yang seratus t... More

Prolog
One: I am Diabolus
Two: Blood
Three: History Of Diabolus
Four: Akennaton
Five: Right hand
Six: Why?
Seven: Good bye, Papa
Eight: The Real King
Nine: Blue Eyes
Ten: Seducer
Eleven: The Fake Princess
Twelfe: Defeat or Death?
Thirteen: Not a Slap, But a Hug
Fourteen: The New Lie
Fifteen: Raxil
Sixteen: The Dark Side Of Psycho
Seventeen: Become a Queen
Eighteen: Women and Weapon
Nineteen: Socialite Woman
Twenty: Angel Of Death
Twenty One: War Of the Underworld
Twenty Two: The King Of The North
Twenty Three: Mine
Twenty Four: Gossip
Twenty Five: An Aroggant Man
Twenty Six: Not Now
Twenty Eight: We Are Family
Twenty Nine: Someone Between You and Me
Thirty: Dangerous Man
Thirty One: Crazy Speculation
Thirty Two: An Enemy
Thirty Three: Great King Of The Past
Thirty Four: Love Is Weakness
Thirty Five: Wasted Women
Thirty Six: What Do You Know About Me?
Thirty Seven: Dark Version of Cinderella
Thirty Eight: Another Ruler
Thirty Nine: Life For Life
Forty: Dark and Light
Forty One: Innocent Creature
Forty Two: Mystery Of The South
Forty Three: Concubine Charade
Forty Four: Secret in the Hereditario Book
Forty Five: Cruel Past
Forty Six: Akennaton Woman
Forty Seven: The Gladiator
Forty Eight: The Dark Side Of Sacrifice
Forty-Nine: Happines Becomes Disaster
Fifty: The Stupidest Creature on Earth
Fifty One: Despair
Fifty Two: Hope and Help

Twenty Seven: Crazy Suggestion

8.3K 1.6K 348
By Dillaft

Sepulangnya dari Clan Asten, Lady Bona langsung mengurung diri di kamar. Ia bahkan menolak tawaran Lord Milson yang ingin tidur bersama. Ketegangan sempat menyulut keduanya malam itu. Namun, Bona berhasil meyakinkannya bahwa ia ingin tidur sendiri.

Namun, hingga menjelang pagi Sang ratu belum juga tertidur. Yang dilakukan Bona hanya merenung dengan buliran air yang merebak keluar dari pelupuk mata.

"Maafkan aku, Lady. Ini salahku. Seharusnya aku tak terlalu banyak menceritakan perihal manusia padamu." Damares menunduk dalam. Pria itu duduk di samping Sang nona dengan perasaan menyesal yang begitu besar.

Bona mengelap air mata. "Ini bukan salahmu. Aku yang bodoh." Damares menghela napas mendengarnya.

Kebiasaan Lady Bona ini memang sulit diusir. Bagaimana tidak, sebelum Damares datang, Bona sudah tertarik dengan kehidupan manusia sejak dulu. Bona sering melihat kehidupan manusia melalui dosa-dosanya bersama Sang ayah, Ladarius.

Sebab dengan cara itulah Bona dapat mengenang ibunya, Sofiya yang bahkan belum pernah ia jumpai, walau hanya dalam mimpi.

Sehingga kebiasaan manusia ikut tertular pada Bona. Termasuk, bersalaman bila ingin berkenalan. Sebenarnya, ini bukan kesalahan. Melainkan, kesialan karena harus bertemu dengan Lord Gavriel.

Sudah 100 tahun lamanya Bona bersembunyi. Bahkan ketika ia muncul dengan identitas baru, kebohongannya seolah tak mempan bagi Sang raja Clan Dexter.

Kini Lord Gavriel sudah mencurigainya. Hidupnya tidak akan pernah tenang setelah ini. Sebab Lady Bona tahu bahwa pria itu akan selalu mengincar kematiannya.

Bona kembali menjatuhkan air mata. Tangannya gemetar dibalik selimut. Ia berada di ambang malapetaka sekarang. Asap dosa Sofiya dan buku hereditario merupakan bukti nyata yang dapat membawa kematian untuknya.

Bona hanya memiliki dua pilihan sekarang. Menemukan dua bukti nyata itu, atau mengakhiri hidupnya.

Lady Bona kemudian menatap belati di nakas yang merupakan pemberian Ladarius tempo hari. Satu kali tusukan di jantung, maka ketakutan terbesarnya langsung entah dalam sekejap.

Haruskah ia bunuh diri saja?

Bahu Bona langsung merosot lemas. Ia langsung meragu. Sebab kini Bona memiliki seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya. Lord Milson.

Bona tak mau meninggalkan pria itu.

Yang dipikirkan langsung muncul. Lord Milson berdiri di depan pintu kamar dengan raut dinginnya. Bona segera menghapus air mata dan memberikan senyum semanis mungkin.

"Selamat pagi, Lord." Bona menyapa dengan tatapan ceria.

Damares membungkuk dan langsung keluar ketika Sang raja melayangkan tatapan mautnya.

Kini Lord Milson telah berdiri di samping Bona. Sehingga gadis itu segera duduk dan keluar dari selimut.

Milson menatapnya dengan kerutan kecil di dahi. Ratu Akennaton itu menatapnya dengan senyuman ceria seperti biasanya, tetapi dengan mata yang sedikit bengkak. Lalu Milson melirik bunga escravo Sang Lady yang bertengger manis di mulut jendela. Bunga itu tampak layu. Tak selaras dengan ekspresi ceria majikannya.

Sejak tadi malam, Lord Milson sudah sadar bahwa ada yang tak beres dengan ratunya. Lantas ia bertanya. "Kau kenapa?"

Bona meneguk ludahnya susah payah. "Aku t-tidak apa-apa."

"Siapa yang mengganggumu?"

Bona menggeleng keras. "Tidak ada!"

Lady Bona menunduk gugup saat Lord Milson menatapnya dengan pandangan yang begitu dingin.

Milson mengangkat dagu gadis itu. Sehingga tatapan mereka kembali bertemu. "Katakan yang kau sembunyikan kalau kau tidak mau melihatku menghancurkan sesuatu," katanya dengan pandangan yang begitu menusuk.

Lady Bona langsung menjauh lalu berdiri di depan jendela. Jantungnya berdebar. Ia belum siap memberitahu rahasia terbesarnya pada Lord Milson.

"Bona!" bentak Milson.

"Tolong diam, Milson!" Bona menatap pria itu dengan keresahan mendalam. Ia mendesah frustasi saat matanya nyaris berkaca-kaca.

"Aku tidak bercanda." Milson mulai marah.

"Aku hanya tidak mau kau meninggalkanku! Jadi, tolong. Tutup mulutmu dan keluarlah dari kamarku!" kata Bona dengan suara bergetar. Ada sesak yang hadir ketika ia mengatakan itu. Sungguh. Ia sedang tak mau bertengkar sekarang.

Amarah Milson mereda. Pria itu mendekati Bona dan mengelus pipinya dengan lembut. Ia bisa merasakan ada ketakutan besar yang menggerogot raga ratunya.

"Ada apa, Bona? Tolong, akhiri kecemasanku sekarang juga. Aku tidak bisa melihatmu seperti ini. Kau tahu, kau sangat berarti untukku."

Bona langsung memeluk pria itu dan berusaha sekuat tenaga menahan air mata.

"Aku punya kekuasaan besar untuk menghancurkan seseorang. Katakan siapa brengsek itu? Aku akan membunuhnya untukmu." Milson mengelus kepala Bona dengan sayang.

Lady Bona melepas pelukannya lalu menatap dalam mata pria itu. "Kau juga sangat berarti untukku, Milson. Maukah kau berjanji?"

Lord Milson mengerutkan dahi. "Apa?"

"Jangan pernah tinggalkan aku."

Kerutan di dahi Milson langsung melebar. "Kenapa kau bicara begitu?"

"Karena itulah ketakutan terbesarku." Bona tampak serius. Ratu Akennaton itu memang mengatakan yang sebenarnya.

Bona sungguh takut Milson akan meninggalkannya setelah mengetahui bahwa ia seorang half diabolus-manusia.

Lord Milson mencium kening Bona lalu berkata. "Tidak akan pernah. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu."

Lady Bona langsung tersenyum.

"Kenapa? Apa ada yang mengetahui kau seorang half iblis-penyihir?"

Pertanyaan itu hampir membuat Bona terkena serangan jantung. Setahu Bona, kebohongan ciptaan Lord Eduardo itu memang diketahui oleh Lord Milson dan Lord Victor.

"Tidak ada. Bisakah kau berhenti bertanya sembarangan?"

"Lalu kau, bisakah kau berhenti menyentuhku sembarangan?" Milson menaik-turunkan alisnya saat Bona meraba dada bidangnya sejak tadi.

Lady Bona tertawa. "Sstt... jangan berisik. Sepertinya aku sudah menjadi penggila perut cacat sekarang," katanya lalu membuka kancing baju Milson dari atas.

"Bisakah kau berhenti mengataiku seperti itu? Ini otot! Bukan kecatatan! Apa kau belum pernah melihat tubuh seperti ini sebelumnya?"

"Sayangnya belum pernah, Lord. Kau yang pertama." Bona tersenyum lalu mulai mengelus perut pria itu.

Bulu kuduk Milson langsung berdiri. Pria itu tampak terpana. "Kau serius?"

"Ya!"

"Kau masih perawan?" Milson kelihatan terkejut.

Lady Bona mengangguk santai. Lord Milson meneguk ludahnya susah payah. Pria itu senang bukan main. Pikirannya langsung melayang.

Lady Bona membuka lemari untuk memilih gaun yang akan ia kenakan hari ini. "Lord Milson, tolong kalau kau sudah keluar suruh Damares dan Gelsy ke sini. Aku mau mandi."

Kalimat terakhir Sang Lady membuat pikiran Lord Milson semakin melayang jauh. Pria ini langsung terangsang setelah mengetahui ratunya masih perawan. Sialan sekali.

"Jadi, karena itukah alasan mengapa kau selalu menolak untuk tidur denganku?"

"Hah?" Bona berbalik dan tersentak kemudian saat Lord Milson sudah berdiri di belakangnya.

"Kau takut merasakan sakit untuk yang pertama kalinya?"

Bona tertawa renyah. Tentu ia mengerti maksud pria itu. Ia kemudian meletakkan gaunnya di atas sofa.

"Benar begitu?"

Bona melipat tangannya ke depan. "Kalau iya, memang kenapa?"

Wajah Milson berubah muram. "Aku akan melakukannya pelan-pelan."

"Kalau bukan itu alasannya?"

Tatapan Milson langsung berubah jahat. "Aku akan bermain kasar."

Lady Bona menatapnya ngeri. Sialan. Kenapa pula ia harus hanyut dalam perbincangan kotor seperti ini?

Namun, Bona tak bisa munafik sekarang. Menatap perut atletis pria itu membuat pipinya panas.

Bona kemudian duduk di tempat tidur. Jari telunjuknya bergerak memanggil Milson untuk bergabung.

Lord Milson tampak terkejut. Tindakan menggoda Sang ratu membuatnya bergairah.

Saat Milson sudah berdiri di depannya, Bona langsung mendorongnya dengan kasar di tempat tidur.

Tubuh Milson menegang kala Bona menindihnya. Kejantanannya langsung mengeras.

Lady Bona menatapnya dengan senyuman jahil. Gadis itu meraba perut Milson. Lalu meninggalkannya begitu saja di tempat tidur. Sungguh ratu yang laknat.

Lord Milson tampak marah setelah ditinggal dalam kubangan gairah. "Bona!" bentaknya.

Sementara Sang ratu hanya tertawa dengan tatapan mengejek. Gadis itu membuka lemari mini untuk mencari pakaian dalam. Lalu tersentak ketika Lord Milson menariknya dengan amarah yang digulung gairah.

"Siapa yang mengajarimu seperti itu, huh?"

Bona kembali tertawa. "Maafkan aku. Aku hanya bercanda, Milson."

Terkadang Milson bertanya-tanya, bagaimana bisa Bona begitu kuat menahan gairah? Sehingga Milson berulang kali mempertanyakan dirinya sendiri. Apakah ia kurang menggoda?

Lady Bona mengelus pipi pria itu. "Keluarlah. Aku tahu kau sedang sibuk dengan berkas-berkasmu. Jangan hiraukan aku." Bona kemudian berjinjit lalu mengecup bibir Milson.

Ratu Akennaton itu membuka pintu kamarnya, menengok ke kiri dan kanan untuk mencari Damares dan Gelsy. Namun, koridor tampak sepi.

Bona terkesiap saat Milson mencumbu lehernya dari belakang. Meninggalkan jejak merah baru di sana.

Meski, Zinki datang, Lord Milson tampak tak perduli. Pria itu tetap mengecup leher Bona berulang kali.

Bona tersenyum dengan pipi memerah. Gadis itu memukul perut Milson sehingga pria itu menjauh.

"Ada apa?"

Zinki membungkuk. "Lady Caitlyn datang. Dia ingin menemui Anda, Lady."

Lord Milson mengerutkan dahi. "Mau apa dia ke sini?" tanyanya dengan sorot kesal.

"Tak apa. Persilakan saja. Aku akan menunggunya di sini."

●●●

Lady Caitlyn muncul di depan pintu kamar Lady Bona dengan senyuman lebar. Selir Aneor itu masuk ke dalam kamar Bona dengan dagu yang terangkat angkuh.

Bona melongo melihat penampilannya. Caitlyn tampak begitu glamor hari ini. Gadis itu memakai gaun dengan glitter emas berlebihan. Dia bahkan memakai banyak perhiasan.

"Seingatku Clan Akennaton tidak mengadakan pesta hari ini. Kau mau ke mana dengan penampilan seperti itu?"

Lady Caitlyn tersenyum miring. "Aku hanya ingin memamerkan kemewahan ini padamu. Kemarin Lord Caesar membelikannya untukku."
Lady Bona lantas membuka lemari raksasanya. Sehingga ratusan gaun indah menyapa mata Caitlyn.

"Sombong!" Caitlyn mencibir dengan raut kesal. Mood baiknya langsung enyah.

Bona tertawa sembari duduk di sofa.

"Tadi pendampingmu mengancam akan membunuhku kalau aku bertindak macam-macam padamu. Apa semua pria di sekelilingmu harus posesif seperti itu?" Kekesalan Caitlyn bertambah. Mengingat Gilbert dan Patricio juga pernah mengancamnya.

Lady Bona hanya tersenyum.

"Aku dengar dari Zinki, kau sedang sakit? Apa itu benar?" tanya Lady Caitlyn. Gadis itu tampak bingung ketika melihat mata Bona yang sembab.

Caitlyn kemudian menyeringai saat melihat jejak-jejak merah di leher Bona. "Wow. Apa kau menangis saat bercinta dengan Lord Milson?" tanyanya lalu terbahak keras.

Lady Bona langsung menyumpal mulut Caitlyn dengan pakaian dalamnya. "Kecilkan suaramu, Lady Caitlyn!" katanya kesal.

Lady Caitlyn nyaris tersedak. Ia mengeluarkan kain dari mulutnya lalu menggeram marah saat melihat kain itu rupanya pakaian dalam.

"Lady Bona, astaga! Dasar iblis polos! Bagaimana bisa kau tega mem..."

"Sssttt!" Lady Bona mengambil pakaian dalamnya dengan pipi memerah. Baru menyadari kelakuan tak sopannya barusan. "Maafkan aku, Lady. Aku tak tahu kalau itu pakaian dalam."

Lady Caitlyn memicingkan mata. "Aku akan memaafkan kalau kau mengizinkanku melihat koleksi perhiasanmu."

Bona menunjuk sebuah ruangan khusus di samping lemari. "Ada di dalam."

Caitlyn menghela napas kasar. Menyadari bahwa mood Bona hari ini sedang tidak baik. Terlebih setelah ia melihat bunga escravo-nya layu.

"Apa kau sedang tidak dalam kondisi yang baik, Lady? Haruskah aku kembali besok saja?"

Bona tersenyum. Sejak pertemuannya tempo hari dengan Caitlyn, mereka semakin dekat dan memungkinkan untuk menjalin pertemanan. Ratu Akennaton itu akhirnya bisa melihat ada kebaikan dari diri Sang selir dibalik perangai buruknya. Lady Caitlyn adalah gadis yang perhatian.

"Jangan. Kita bercerita dulu."

Lady Caitlyn langsung menyeringai senang. "Cerita apa? Yang panas-panas, kah?"

Bona mendelik. "Bukan!" katanya berjeda. "Apa kau ingat pria arogan dengan tatapan mengerikan itu?" tanyanya dengan pandangan ragu.

"Oh, Lord Gavriel?"

"Kau mengenalnya?"

"Setelah kau pulang, Lord Caesar memberitahuku." Seringaian Caitlyn melebar. "Kenapa? Apa kau mau berselingkuh dengannya?"

Lady Bona langsung mencubit lengannya. Sehingga Caitlyn meringis kesakitan. "Sakit, Lady!"

"Jangan bicara sembarangan! Bisakah kau kecilkan suaramu?" Bona tampak kesal.

"Lalu kenapa kau menanyakannya?"

Bona kelihatan gugup. Sebisa mungkin ia mengusir gelagat mencurigakan. Seharusnya rasa ketakutan ini ia kubur dalam-dalam. Namun, Bona benar-benar butuh pendapat Caitlyn.

"Sepertinya dia membenciku."

Lady Caitlyn tampak berpikir. Hari itu, ia pun sempat mendengar Lord Gavriel mengatai Lady Bona gadis lemah. Terlebih sorot mata pria itu untuk Bona benar-benar mengerikan.

"Kupikir dia akan membunuhku."

Lady Caitlyn tertawa. "Maka seluruh iblis Akennaton akan menyerangnya. Lalu terjadilah perang besar antara Akennaton dan Dexter. Aneor menyimak saja," katanya bercanda, bermaksud ingin menepis rasa takut Bona.

"Aku serius, Lady." Bona menghela napas. Ada sorot kesedihan yang terpancar di matanya.

"Apa yang harus kau takutkan, Lady? Kau punya Lord Milson. Dia pria paling berbahaya dan di waspadai di dunia alam bawah. Dia punya reputasi buruk dengan masa lalu yang mengerikan. Jangan marah karena aku mengatakan ini. Tapi, itulah faktanya. Akennaton dan Dexter itu lawan sepadan. Jangan remehkan kekuatan clan-mu! Kau diabolus Akennaton! Banggalah dan angkat dagumu! Seorang Aneor sepertiku saja berani bersikap angkuh, apalagi kau!"

Bona tersenyum mendengarnya. Benar kata Caitlyn. Ia memiliki sandaran yang kuat. Namun, bagaimana bila Milson mengetahui identitas aslinya dan malah ingin membunuhnya juga? Sontak Bona langsung menunduk dengan bahu lemas.

Lady Caitlyn memutar bola matanya. "Atau begini saja. Taklukkan pria itu, Lady! Kau harus membuat Lord Gavriel bertekuk lutut padamu."

Lady Bona terbelalak. Tentu ia menolak mentah-mentah saran gila ini. Bahkan mungkin sebelum ia melakukan itu, Lord Gavriel sudah membunuhnya duluan.

"Aku tidak mau. Apa kau gila? Aku ini seorang Ratu, Lady. Aku sudah punya pendamping."

Lady Caitlyn berdecak. "Oh, ayolah. Jangan mulai bersikap polos lagi. Banyak gadis yang tidur dengan pria lain di belakang pendamping mereka. Aku bahkan sudah tidur dengan pria lain di belakang Lord Caesar. Mungkin sudah sepuluh kali. Kalau dia bisa tidur dengan gadis lain, kenapa aku tidak?" Caitlyn menyeringai.

"Kehancuran rumah tanggamu ada di tanganku sekarang, Lady Caitlyn." Bona menatapnya tak percaya.

Lady Caitlyn tertawa. "Katakan saja, Lady. Lord Caesar tak akan mempercayaimu. Dia tergila-gila padaku."

Bona geleng-geleng tak percaya. Sungguh Caesar yang malang.

Lady Caitlyn duduk di samping Bona. Gadis itu sangat antusias dengan perbincangan mereka.

"Pikirkan ini baik-baik, Lady. Kalau seorang gadis berhasil menaklukkan seorang pria dengan kekuasaan besar, seperti seorang Raja. Clan-nya memang bukan milik gadis itu. Semuanya hanya milik Raja. Tapi, Rajanya adalah milik gadis itu. Bisa kau bayangkan seberapa besar kekuasaan yang dia miliki? Dia seperti bermain di belakang layar, tetapi kekuasaannya lebih tinggi daripada Si Raja."

Lady Bona tampak berpikir keras.

"Lihat saja pendampingmu sendiri. Lord Milson mampu menghancurkan Clan Akins dalam sekejap karena dirimu. Inilah alasan mengapa wanita tak boleh diremehkan."

Bona menghela napas. "Bisakah kau langsung mengatakan intinya saja, Lady?"

"Coba bayangkan bagaimana jadinya kalau kau menaklukkan dua Raja sekaligus dari dua clan besar seperti Akennaton dan Dexter? Aku yakin, dunia alam bawah akan menjadi milikmu, Lady!"

Lady Caitlyn menyeringai lalu berbisik di telinga Bona. "Kau harus membuat Lord Gavriel jatuh cinta padamu."




______________________________________

Hai!

Sebenarnya chapter ini masih ada dua scene lagi, tapi aku pisah soalnya takut kepanjangan.

Maaf ya kemaleman.

Kayanya virus corona ini mulai merajalela lagi ya gengs. Sampai sampai di kampus aku lock down lagi

Jaga kesehatan selalu ya guys! Jangan lupa selalu cuci tangan dan yang lainnya. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Dan buat temen-temen yang sudah terpapar virus tsb, semangat ya!! Jangan menyerah. Tuhan selalu ada <3 lekas sembuh..

See you

Dilla

Continue Reading

You'll Also Like

463K 30.5K 25
Bagaimana jika kamu sedang tidur dengan nyaman, tiba tiba terbangun menjadi kembaran tidak identik antagonis?? Ngerinya adalah para tokoh malah tero...
246K 347 17
Kumpulan cerita dewasa part 2 Anak kecil dilarang baca
342K 883 8
konten dewasa 🔞🔞🔞
3.7M 360K 95
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...