HAMA [COMPLETED]

By -Esqueen

23.1K 3.1K 452

Bagi Reva, Nathan adalah Hama. Bagi Reva, kakak angkatnya itu adalah makhluk paling meresahkan yang pernah ia... More

[]Prolog[]
[] Part 1 []
[]Part 2[]
[]Part 3[]
[]Part 4[]
[]Part 5[]
[]Part 6[]
[]Part 7[]
[]Part 8[]
[]Part 9[]
[]Part 10[]
[]Part 11[]
[]Part 12[]
[]Part 13[]
[]Part 14[]
[]Part 15[]
[]Part 16[]
[]Part 17[]
[]Part 19[]
[]Part 20[]
[]Part 21[]
[]Part 22[]
[]Part 23[]
[]Part 24[]
[]Part 25[]
[]Part 26[]
[]Part 27[]
[]Part 28[]
[]Part 29[]
[]Part 30[]
[]Part 31[]
[]Part 32[]
[]Part 33[]
[]Part 34[]
[]Part 35[]
[]Part 36[]
[]Part 37[]
[]Part 38[]
[]Part 39[]
[]Part 40[]
[]Part 41[]
[]Part 42[]
[]Part 43[]
[]Epilog[]

[]Part 18[]

399 61 5
By -Esqueen

Reva menumpukan dagunya pada lipatan tangan yang bertumpu pada meja di kelasnya. Jempol kanannya terus bergerak menggulir beranda intagram pada ponsel yang berada tepat di depan matanya. Tatapan mata Reva terlihat lesu, seperti orang yang tak ada semangat hidup sama sekali.

Beberapa detik kemudian, Reva menguap. Dirinya merasa sangat ngantuk sekarang. Seharusnya Reva sudah pulang ke rumah sejak tadi. Namun, karna Nathan yang harus mengerjakan latihan soal bersama Elvin untuk persiapan lomba, membuat Reva mau tak mau mengikuti pemuda itu untuk berada di sekolah lebih lama lagi. Sebenarnya Reva sudah merengek dan memaksa Nathan untuk membiarkannya pulang sendiri, namun dengan tegas Nathan tak mengizinkannya. Alhasil, Reva hanya bisa menurut karna ia diancam akan diberikan 100 soal fisika lagi. Ayolah, soal yang kemarin saja ia baru menyelesaikan setengahnya.

Reva mengangkat kepalanya, menegakan tubuhnya lalu ia meregangkan otot-otot tangannya. Berusaha menghilangkan rasa kantuknya itu.

'Tuk'

Reva memegang kepala bagian belakangnya saat dirinya merasa ada sesuatu yang terlempar kesana. Tatapannya turun ke bawah saat ia melihat sebuah bola kertas terjatuh tepat di samping kakinya. Reva memutar bola matanya, kemudian gadis itu mengambil bola kertas itu. Berbalik ke belakang dan dengan segera ia melempar kertas itu ke arah Nathan yang sedang menatapnya seraya menjulurkan lidah. Hal, yang paling Reva benci.

Nathan yang sadar ada sesuatu yang akan datang padanya, segera menghindar. Membuat bola kertas tak jadi menghantam wajahnya. Nathan tertawa mengejek, membuat Reva menatapnya tajam. Selalu saja seperti ini, yah, Nathan selalu mampu membuat Reva naik darah.

Nathan tertawa saat melihat raut Reva. Dirinya kemudian kembali mengambil kertas tak terpakai dan menjadikannya bola. Pemuda itu mengarahkan bola kertasnya pada Reva, setelah dirasa arahnya akan sempurna, Nathan segera melempar bola kertas itu. Dan yes! Kena. Nathan kembali tertawa, entah apa yang dipikirkan Reva hingga gadis itu sama sekali tak menghindari lemparananya.

Elvin yang sejak tadi fokus dengan rumus rumusnya tiba-tiba berhenti saat mendengar tawa Nathan. Dirinya kemudian sedikit menengok ke belakang, melihat sosok Reva yang menyorot Nathan penuh dendam. Namun, baginya raut Reva itu terlihat menggemaskan. Tak ada seram-seramnya. Hal itu membuat Elvin mengulum bibirnya.

"NATHAN! BISA GAK SIH LO DIEM?!"

Mendengar teriakan Reva itu, Nathan malah semakin melunjak. Dirinya kembali menjulurkan lidahnya mengejek Reva. "Gue diem, kok, Re. Gak lari-lari. Bahkan, jalan aja enggak," ujarnya.

Reva memutar bola matanya, dirinya memilih kembali berbalik. Mengabaikan Nathan dan malah memainkan ponselnya.

Nathan tersenyum miring. Dirinya bangkit dari duduknya, berjalan pelan ke arah Reva. Saat sudah berada di dekat gadis itu, Nathan segera merebut ponsel Reva. Membuat Reva terjengkit kaget dan langsung menyorot Nathan garang.

Nathan tak memperdulikan Reva, pemuda itu kini menatap ponsel Reva, lalu tawa kecil menyebalkan keluar dari mulut pemuda itu. "Apa nih mainan sim-simi? Sebegitu kesepiannya lo, Re?"

Reva bengkit dari duduknya, tangannya terangkat, berusaha mengambil ponselnya dari Nathan. Wajahnya sedikit memerah sekarang, ia punya rahasia dengan makhluk bulat kecil kuning itu. Namun, jangan harap Nathan mau memberikannya, karna pemuda itu malah menjauh saat Reva berusaha menjangkaunya.

"Simi, menurut kamu ada gak yah cowo keren, baik, pinter, penyayang, perhatian, dan berduit di dunia ini?" tanya Nathan menggoda Reva. Dia menirukan pesan yang dikirim Reva pada aplikasi itu.

Reva semakin memerah. Gawat, jangan sampai Nathan membacakan semua pesannya. Disini ada orang lain, bahaya. Harga diri Reva terancam kalau seperti ini.

Reva berjalan cepat ke arah Nathan yang kian menjauh, raut kesal tercetak jelas di wajah merahnya. "Nathan! Balikin, gak?!" ucapnya.

Nathan hanya melirik Reva sekilas, kemudian pemuda itu kembali membaca riwayat chat Reva. "Simi, aku mau es krim. Beliin dong."

"Bego lo, Re. Minta es krim sama perangkat lunak kayak gini. Kasian banget, sih. Bahahahhahah," tutur Nathan.

Reva semakin malu, sungguh, dirinya sangat malu sekarang. Apalagi saat dia mendengar suara tawa tertahan dari Elvin. Dengan sekuat tenaga, Reva berlari menerjang Nathan. Namun, Nathan juga berlari menjauhi Reva. "SIALAN LO! SIALAN! SIALAAAANNNNN!" teriaknya.

Nathan tertawa kencang, dirinya selalu menikmati saat Reva menghujatnya penuh dendam seperti ini. "Ayo, Re, lari terus. Biar sehat," ujar Nathan di tengah lariannya. Sesekali dirinya melirik ke belakang, melihat Reva yang mengejarnya mengelilingi kelas.

Elvin memperhatikan keduanya. Dirinya sudah tak bisa fokus lagi dengan soal saat Nathan mulai menggoda Reva. Elvin tersenyum melihat mereka berdua. Sedikit rasa iri timbul di hatinya. Ia juga mau seperti itu. Yah, dirinya mau bisa sedekat itu dengan Reva. Sama seperti Nathan, Elvin juga mau bisa akrab dan bermain kejar-kejaran dengan Reva. Gadis pujaannya.

Brukk...

Elvin melotot Saat Reva jatuh tersungkur setelah dirinya menabrak bangku di depan kelas. Begitupun Nathan, setelah dia mendengar suara terjatuh dan menengok ke belakang. Dirinya melotot kaget dan segera berlari ke arah Reva yang masih tengkurap disana.

Nathan berjongkok, sedangkan Elvin yang juga menghampiri Reva, hanya berdiri disamping gadis itu.

Nathan menyentuh kepala Reva, menepuknya beberapa kali seraya memanggil-manggil namanya. Namun, tak ada sahutan sama sekali. Membuat Nathan menghela nafasnya kasar. Sedangkan Elvin, sudah memasang raut panik saat ini.

"Nat, Reva... Reva gak bangun," ujar Elvin. Kekhawatiran terdengar jelas dari nada bicara pemuda itu.

Nathan menengadah dan menatap Elvin yang berdiri menjulang di depannya. "Tenang aja, dia cuma pura-pura, kok. Biasa, tak tik biar gak malu gara-gara jatoh kayak gini."

Elvin mengangguk, berusaha percaya walau sebenarnya ia sedikit tak percaya akan ucapan Nathan. Bagaimanpun Reva jatuh cukup keras tadi. Bisa saja kan kalau Reva benar-benar pingsan saat ini?

Elvin hendak berjongkok, ia ingin mengecek Reva dengan tangannya sendiri. Namun belum juga ia sukses jongkok, dirinya secara refleks kembali berdiri saat Reva bergerak bangun dan langsung melayangkan pukulan ke bagian bawah dagu Nathan.

Elvin melotot tak percaya, rautnya terlihat seperti orang bodoh sekarang. Sial, dirinya telah tertipu oleh Andara Reva.

"BADAK! KENAPA PAKE DIKASIH TAU, SIH?! GAK PEKA BANGET," teriak Reva seraya memberenggut ke arah Nathan.

Nathan meringis saat rasa sakit menjalar dari bawah dagunya. Sial, dirinya kurang cepat dalam menahan pukulan Reva. "Sakit onta!" desis Nathan yang tak di pedulikan Reva.

Nathan bangkit dari jongkoknya, tak lupa dia juga menarik tangan Reva untuk segera berdiri tegak.

Nathan kini mengangkat tangan kananya, menyingkirkan rambut tergerai Reva yang menutupi sebagian wajahnya dan menahan rambut itu dengan tangannya. Kemudian pria itu meneliti kening Reva, menyipitkan matanya saat dirinya melihat luka memar disana. "Bego!" gumamnya pelan.

Nathan kemudian melepas tangannya dari sisi kepala Reva. Berjalan ke arah bangkunya dan membereskan kertas-kertas yang berserakan disana. Nathan kemudian memasukan beberapa kertas itu ke tasnya. Lalu memakai tas itu. Membuat kerutan kecil tercipta di kening Elvin dan Reva yang masih diam di depan kelas seraya memperhatikannya. Setelah selesai dengan tasnya, Nathan kembali berjalan, kali ia menghampiri bangku Reva, membawa tas pink mungil gadis itu yang tersimpan di mejanya.

Nathan kembali berjalan, kali ini ia datang ke depan kelas, menyambar tangan kanan Reva dan menggenggamnya. "El, belajarnya gue pending dulu. Gue mau pulang sekarang," ujar Nathan seraya melangkah ke arah pintu keluar.

Elvin diam memperhatikan mereka, tatapannya terus menyorot pada tangan Nathan yang menggenggam Reva. Sesaat kemudian dirinya menggeleng, mengusir rasa tak sehat di hatinya dan segera berjalan ke arah bangku Nathan. Membereskan kertas bagiannya, dan memasukannya ke dalam tas.

Di sisi lain, Reva terus saja merengek meminta Nathan berhenti menariknya. Dirinya juga terus menarik tangannya sendiri agar terlepas dari genggaman Nathan.

"Badak, lepasin bego. Kayak anak kecil aja tau, pake gandengan segala," ujar Reva.

Nathan berhenti saat telinganya sudah lelah mendengar segala ucapan Reva. Dirinya melepas tangannya, lalu menghadap Reva. Tangan kanan Nathan Terulur, mengusap keringat dingin yang muncul di pelipis Reva. "Gapapa, Re. Pingsan aja, kalau gak kuat," ujarnya.

Reva menepis tangan Nathan. "Gausah ngadi-ngadi lo, Nat," desisnya.

Nathan yang semula menatap jengkel Reva secara tiba-tiba melembutkan tatapannya. Tangannya bergerak meraih kepala gadis itu, menaruhnya pada dada bidangnya. Sebelah tangannya menahan pinggang gadis itu. "Gapapa, Re. Gak ada siapa-siapa. Gausah di tahan lagi. Kita pulang naik taksi. Tenang, gue gak akan lempar lo kok nanti," ujarnya.

Baru saja Nathan selesai mengucapkan kalimatnya. Tubuh Reva seketika melemas, membuat Nathan berusaha lebih keras untuk menahan tubuh gadis itu agar tak ambruk ke lantai. Setelah dirasa Reva benar-benar tak sadarkan diri, Nathan segera menggendong gadis itu. Berjalan melewati koridor yang sepi guna mencapai gerbang sekolah dan segera menemukan taksi yang bisa membawa dirinya dan Reva pulang.

"Bego. Udah kayak Vampire lo, Re. Pucet banget," gumam Nathan.

=====

Tes... Tes... Ada orang?
Emm, bagimana dengan part ini? Aneh kah? Atau biasa aja? Skskskks
Dahlah, krisar+votenya yah maniez.

---------∆TBC∆----------

Continue Reading

You'll Also Like

195K 6.2K 40
Mantan ya? Mantan itu adalah masa lalu yang gak harus dilupakan tapi harus di ikhlas kan. Banyak orang yang mengeluh katanya sih sering dihantui baya...
572K 38.7K 41
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
362K 16.5K 41
Alexa sangat mencintai Arega yang notabenya sudah mempunyai pacar, berbagai cara ia lakukan agar Arega luluh padanya. Namun ketika rencana itu mulai...
1.5M 158K 39
[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACAA. THANK YOU♡] FYI: CERITA INI SUDAH MEMASUKI TAHAP REVISI LEBIH BAIK Jika di tanya apa yang paling Jenessa benci di...