Diabolus

By Dillaft

576K 86.5K 19.6K

(Mengandung adegan kekerasan dan kata-kata kasar) Bona, gadis keturunan campuran manusia-iblis yang seratus t... More

Prolog
One: I am Diabolus
Two: Blood
Three: History Of Diabolus
Four: Akennaton
Five: Right hand
Six: Why?
Seven: Good bye, Papa
Eight: The Real King
Nine: Blue Eyes
Ten: Seducer
Eleven: The Fake Princess
Twelfe: Defeat or Death?
Thirteen: Not a Slap, But a Hug
Fourteen: The New Lie
Fifteen: Raxil
Sixteen: The Dark Side Of Psycho
Seventeen: Become a Queen
Eighteen: Women and Weapon
Nineteen: Socialite Woman
Twenty: Angel Of Death
Twenty One: War Of the Underworld
Twenty Two: The King Of The North
Twenty Three: Mine
Twenty Four: Gossip
Twenty Six: Not Now
Twenty Seven: Crazy Suggestion
Twenty Eight: We Are Family
Twenty Nine: Someone Between You and Me
Thirty: Dangerous Man
Thirty One: Crazy Speculation
Thirty Two: An Enemy
Thirty Three: Great King Of The Past
Thirty Four: Love Is Weakness
Thirty Five: Wasted Women
Thirty Six: What Do You Know About Me?
Thirty Seven: Dark Version of Cinderella
Thirty Eight: Another Ruler
Thirty Nine: Life For Life
Forty: Dark and Light
Forty One: Innocent Creature
Forty Two: Mystery Of The South
Forty Three: Concubine Charade
Forty Four: Secret in the Hereditario Book
Forty Five: Cruel Past
Forty Six: Akennaton Woman
Forty Seven: The Gladiator
Forty Eight: The Dark Side Of Sacrifice
Forty-Nine: Happines Becomes Disaster
Fifty: The Stupidest Creature on Earth
Fifty One: Despair
Fifty Two: Hope and Help

Twenty Five: An Aroggant Man

8.8K 1.6K 456
By Dillaft

Apakah Clan Akins masih bisa disebut sebagai clan bila pemandangannya seperti ini? Pemandangan rumah bagi diabolus elemen udara itu bahkan lebih menyeramkan dari hamparan tanah gersang Clan Akennaton. Itulah yang ada di pikiran Zinki setelah berada di sana.

Pemukiman warga hancur total. Pepohonan tumbang di mana-mana. Potongan tubuh mayat bertebaran sehingga mengundang burung-burung pemakan bangkai tuk bersemayam. Lalu ada lahar api yang seakan membentuk kubangan-kubangan air.

Satu-satunya yang elok dipandang hanyalah istana putih. Sehingga di sana lah mereka berkumpul saat ini.

Lady Helena menunduk dengan keringat bercucuran di dahi. Gadis itu tak berani menatap dua penguasa Clan Akennaton. Sementara adik angkatnya, Lord Thomas yang hilang entah ke mana saat perang, kini telah kembali dengan muka tebal. Pria itu sungguh pecundang dan tak tahu malu.

Lord Victor berjalan mengelilingi ruang takhta Clan Akins, berusaha mencari kesenangan sendiri dengan menikmati rumah barunya. Terkadang ia menyuruh pelayannya, Sean untuk membuang beberapa barang yang merusak pemandangan. Seperti patung duplikat mendiang ayah Helena, Lord Jedrick. Victor menyuruh Sean untuk membakar patung tersebut. Sehingga Helena yang melihatnya hanya bisa menunduk dengan kekesalan menggebu.

"Kau darimana saja, Lord Thomas?" Milson buka suara setelah lama terdiam. Pria itu melayangkan tatapan intimidasinya pada Thomas.

"Apalagi, tentu saja kabur." Victor menyahut dengan kekehan mengejek. Ia berdiri di samping Milson, menatap dua bersaudara tak sedarah dari Clan Akins.

"Benar begitu?" tanya Milson. Pria itu memegang bahu Thomas.

Thomas meneguk ludah susah payah. Ia melirik tangan Milson yang mulai mengencang di bahunya. "Y-ya, Lord."

"Sayang sekali. Kau banyak melewatkan keseruan," kata Milson. Raut wajahnya pura-pura kecewa, "tapi, tenang saja. Selama menunduk padaku, kau akan banyak menemukan keseruan," katanya kemudian.

Milson berbalik pergi. Sehingga Thomas langsung merasa lega luar biasa. Namun, perasaan itu langsung sirna ketika Milson berbalik. "Oh, ya. Kau belum bersujud di kakiku."

Milson melipat tangan ke depan. Wajahnya yang bersorot dingin tersirat akan keangkuhan besar. Pria itu menggoyang-goyangkan ujung sepatunya.

Zinki, dan pengikut setia Clan Akennaton yang lain mulai merasa was-was dengan situasi ini. Lord Isaak, pemimpin penyihir ras putih dan Joanne, pemimpin baru ras dragon rider dengan serempak menatap mantan majikan mereka, Lady Helena. Ratu Clan Akins itu kelihatan menahan amarah. Tangannya terkepal kuat hingga kuku-kukunya memutih.

Lord Victor dengan bengisnya menendang kaki Thomas. Sehingga pria itu langsung berlutut di depan Lord Milson.

"Cium sepatuku."

Lord Thomas berdongak menatap Sang empunya suara. Lord Milson memberinya tatapan yang begitu mematikan. Dengan tangan gemetar Thomas perlahan menunduk dan mencium sepatu Milson.

"Eh, mau ke mana kau?" tanya Victor sinis saat Thomas hendak berdiri. "Cium sepatuku juga!"

Thomas hanya bisa menelan pahit rasa kekesalannya. Pria itu pun menjatuhkan harganya dirinya sekali lagi dengan mencium sepatu Lord Victor. Sungguh menyedihkan nasibnya.

Lord Milson kemudian duduk di singgasana Akins. Dengan pandangan menerawang ke depan, Milson membayangkan masa lalunya yang sungguh kelam. Ia hidup tanpa kasih sayang dan dibesarkan oleh caci maki. Milson hidup dalam bayang-bayang kebencian. Ia begitu dikucilkan dan dianggap hina oleh diabolus lain. Namun, lihat sekarang. Ia bisa menjadi yang terunggul. Satu-persatu rencananya mulai terwujud. Memikirkan hal itu, membuat Milson tersenyum miring.

"Lakukan bagianmu, Isaak," ujar Milson.

Lord Isaak langsung membungkuk dan berjalan menuju balkon istana bersama penyihir putih lainnya.

Dalam sekali pengucapan mantra, keindahan Clan Akins kembali. Pepononan kembali tumbuh dengan rindang. Puing-puing rumah warga tampak menyatu dan membentuk bangunan-bangunan kokoh. Rumput-rumput mulai menampakkan diri. Kini Clan Akins kembali elok tuk dipandang. Seperti tak ada tanda-tanda bekas perang yang terjadi.

Lord Milson kemudian turun dari singgasana. Pria itu menyempatkan diri untuk melayangkan tatapan meremehkan pada Helena. Sehingga gadis itu terpaksa membungkuk. Terlihat jelas bahwa Lady Helena menyimpan dendam yang begitu besar pada Milson.

Lord Milson bersama pelayan-pelayan setianya pun masuk ke dalam portal untuk meninggalkan Clan Akins.

Lord Victor dan pelayannya punya portal sendiri. Sebelum masuk, pria itu menatap Helena. "Silakan nikmati keindahan baru rumah kita, Lady." Victor menyeringai lebar lalu menghilang bersama portalnya, meninggalkan Helena dengan muka memerah padam.

"Tunggu saja. Akan kuhancurkan kalian!" kata Helena dengan mata memerah.

Lord Milson telah berada di istana fraksi barat Clan Akennaton dan berjalan di sepanjang koridor bersama tangan kanannya, Zinki.

Milson mengakui bahwa kesetiaan pria lycan itu patut diacungi empat jempol. Zinki selalu setia menemani Lord Milson ke manapun. Namun, jangan dulu untuk saat ini. Sebab Lord Milson ingin menemui Sang pendamping tercinta. Tidak mungkin, kan Zinki masih mengikutinya sementara ia ingin bermesra-mesraan dengan Bona?

Lord Milson berhenti melangkah. Sehingga Zinki ikut berhenti pula.

"Jangan ikuti aku! Cari kesibukan lain dulu."

Lantas Zinki mengerutkan dahi. "Memangnya kenapa, Lord?"

Lord Milson mengangkat tangan. "Pria kaku sepertimu tidak akan mengerti."

Zinki hanya bisa angguk-angguk mengerti. Ingin rasanya Zinki mendelik. Sebab tuannya itu lebih kaku darinya. Namun, ia mana berani.

"Baik, Lord." Zinki membungkuk rendah lalu segera enyah dari hadapan Sang tuan.

Lord Milson dengan segala mood yang cerah berjalan menuju kamar Sang ratu. Pria itu ingin mengecek, apakah Lady Bona sudah sembuh? Jadi, dirinya tak perlu menahan diri lagi untuk menyentuh gadis itu.

Sesampainya di sana, Milson langsung masuk ke dalam kamar Sang Lady dan tak menemukannya, kecuali Gelsy dan Damares.

Gelsy dan Damares buru-buru berdiri dan membungkuk pada Sang raja. Mereka terlihat tegang.

"Di mana Bona?" tanya Lord Milson. Matanya memancarkan kekesalan dan kebingungan setelah tak melihat ratunya.

Gelsy dan Damares belum berani menjawab. Mereka menunduk dengan tangan gemetar. Pula merasa was-was sebab ramuan raxil milik tuan mereka berada di atas meja.

"Di mana dia?" Milson membentak dengan marah.

"Nona sedang p-pergi ke Clan Aneor bersama Lady Caitlyn, Lord," jawab Damares dengan suara bergetar.

Milson menggeram. Raja Clan Akennaton itu terlihat marah.

●●●


Pesta di Clan Aneor masih berlangsung. Keceriaan dari tamu undangan dan Sang tuan rumah begitu terpancar di mata mereka. Kemewahan yang disuguhkan sungguh memanjakan mata. Berbagai tarian pula menjadi hiburan bagi sebagian pasang mata.

Diabolus-diabolus Aneor terlihat bahagia atas kehamilan Lady Grace. Mereka turut senang atas kabar membahagiakan ini.

Ada begitu banyak hadiah dan ucapan selamat yang Grace terima. Gadis itu sungguh dihormati sekarang. Seolah semua makhluk berbagai ras di ruangan itu memuja-mujanya.

Lord Caesar pun kembali bersikap romantis pada Grace. Padahal dulu, penguasa Clan Aneor itu sangat betah berlama-lama di kamar Lady Caitlyn. Hal itu sungguh memuakkan dan menjadi kesedihan terbesarnya. Namun, sekarang penderitaan Lady Grace lenyap setelah mengandung anak Caesar. Lady Grace sungguh bahagia.

Lalu kebingungan menggerogot seisi ruangan ketika udara tiba-tiba menjadi begitu dingin. Bahkan beberapa tumbuhan yang menempel di dinding langsung membeku tanpa sebab yang pasti.

Keheningan langsung berkuasa. Mereka semua bertanya-tanya, ada apakah gerangan?

Bibir Lord Caesar tertarik membentuk seringaian. "Lord Gavriel."

Semua tamu undangan langsung memberi jalan ketika Sang raja dari utara memasuki ruangan bersama dua pelayannya. Diabolus Aneor dan ras lain terpaku pada sosok Lord Gavriel. Pria itu memancarkan aura mengintimidasi yang begitu kuat. Mereka semua dapat merasakan kekuatan Gavriel, walau tanpa sentuhan dan aksi nyata.

Kehadiran Lord Gavriel membuat seisi ruangan menjadi begitu dingin. Lantai bekas sepatunya berpijak pun kelihatan membeku dan mencair setelah beberapa detik.

Lord Gavriel melewati tamu undangan dengan sorot yang begitu angkuh. Penguasa Clan Dexter itu bahkan tak mau menyapa. Menoleh pun ia tak sudi.

Gavriel bersama dua pelayannya kini telah berdiri di depan Sang tuan rumah. Mereka saling mengangguk singkat sebagai bentuk kesopanan.

"Lord Gavriel... aku senang kau memenuhi undanganku." Lord Caesar tersenyum lebar. Pria itu tampak begitu senang.

Gavriel tak menjawab. Pria itu hanya melayangkan tatapan dinginnya pada Caesar. Sudah lama ia tak berjumpa dengan penguasa clan elemen alam itu. Dexter tak pernah akrab sejak dulu dengan diabolus-diabolus Aneor. Lord Gavriel tentu tahu bahwa Lord Caesar hanya ingin cari muka padanya. Pria itu jelas ingin menjadikannya sekutu.

Lantas Gavriel berkata tanpa basa-basi. "Aku tahu kau mencari sekutu, Lord Caesar. Jangan terlalu berharap besar. Karena aku tidak membutuhkan hubungan akrab dengan clan manapun."

Grace mendelik dalam hati. Betapa sombongnya pria ini! Padahal Lady Grace tadi sempat terpana pada ketampanan Lord Gavriel. Namun, ia menarik kembali semua itu setelah melihat sikap arogannya.

Meski, telah tertampar keras oleh arogansi Sang penguasa clan elemen es, Lord Caesar tak marah. Pria itu malah tertawa. Menganggap bahwa Lord Gavriel hanya bergurau semata.

Pesta pun kembali meriah selepas Sang raja tertawa. Merasa bahwa tak ada ketegangan yang tersulut, keceriaan dengan senang hati kembali menyulut. Ras-ras pengikut setia Clan Aneor kembali menari dengan riang.

Yesica sangat terhibur. Gadis siren itu terkikik berulang kali saat melihat ras kurcaci menari dengan tubuh gembrot mereka. Yesica bahkan mengelilingi ruangan. Sesekali menikmati buah-buahan yang seharusnya menjadi santapan ras lain.

Beda dengan Toni. Pria itu dengan setia berdiri di samping tuannya dengan perangai yang elegan. Ras vampire memang terkenal menawan. Mereka bersikap seperti seorang bangsawan dan pandai mengikat hati Sang lawan.

Lord Toni mengecup tangan Lady Grace. "Selamat atas kehamilanmu, Lady," katanya dengan senyuman menggoda. Sehingga membuat Lady Grace tersipu.

Perbincangan ringan antara Gavriel dan Caesar pun berlanjut.

"Apa yang membuatmu keluar setelah sekian lama, Lord?" tanya Lord Caesar.

Gavriel memasukkan tangan ke dalam saku celana. "Hanya ingin cari suasana baru."

Senyuman Caesar mendadak cerah. "Ide yang bagus. Sering-seringlah berkunjung ke Clan Aneor! Kita bisa memperbincangkan banyak hal yang menarik."

Lord Gavriel kelihatan malas meladeni pria yang gemar cari muka macam Caesar. Meski begitu, Gavriel mencoba untuk membetahkan diri demi reputasinya. "Oh."

Tak ada lagi perbincangan setelah itu. Lord Caesar merasa enggan seketika. Ia tak tahu harus berkata apa lagi. Sebab Lord Gavriel sangat cuek. Tatapan dingin pria itu bahkan membuat Lord Caesar merasa tak nyaman.

"Aku dengar ada perang yang terjadi di dunia alam bawah. Benarkah itu?" Lord Gavriel akhirnya kembali buka suara.

Inilah alasan mengapa ia menerima undangan Lord Caesar. Sebab Gavriel ingin mengupas tuntas rasa penasarannya.

Perihal Clan Asten dan rahasia mencurigakannya, Lord Gavriel belum mendapat jawaban apa-apa. Sebab Lord Eduardo dan Lady Casmira bersikeras menyangkal bahwa tak ada apa-apa di gubuk tua itu. Casmira mengaku bahwa bangunan sederhana itu merupakan tempat istirahatnya bila sedang jenuh di laut. Namun, Gavriel tentu tak percaya. Daripada berlama-lama di sana untuk menghadapi kemunafikan dua bersaudara kerajaan Clan Asten itu, lebih baik Lord Gavriel mencari jawaban untuk pertanyaan lain. Maka di sinilah ia berada.

"Benar, Lord. Clan Akennaton menyerang Clan Akins," jawab Lord Caesar.

Gavriel tampak tertarik. "Apa penyebabnya?"

"Entahlah. Aku bukan saksi mata. Yang jelas, hanya kesalahpahaman."

Lantas Lady Grace menyahut. "Pelayan Lady Helena melukai pendamping Lord Milson."

Lord Gavriel mengerutkan dahi. "Lord Milson?" tanyanya. Baru mengingat bila pria inilah yang menjadi alasan Helena bersedia menjual jiwanya kepada Gavriel demi kehancuran pria itu.

Lady Grace mengangguk. "Ya. Dia Raja fraksi barat Clan Akennaton."

"Asal kau tahu saja, Lord. Clan Akennaton sekarang sudah terbagi menjadi dua fraksi. Mereka dipimpin oleh dua Raja." Lord Caesar tersenyum miring.

Entah apa maksud Caesar mengatakan ini pada Lord Gavriel. Entah ia ingin memanas-manasi atau apalah. Sebab semua makhluk dunia alam bawah tahu betapa kuatnya persaingan antara Clan Akennaton dan Clan Dexter.

Lord Gavriel kelihatahan tak perduli dan sama sekali tak terpancing.

"Dari dulu Lord Milson memang selalu cari masalah. Tak ada yang menyukainya." Lady Grace mencibir dengan kesal.

Toni ikut hanyut dalam pembahasan. Ia kelihatan tertarik. "Memangnya masalah apa yang dia lakukan?"

"Banyak! Kehadirannya pun sudah menjadi masalah besar bagi dunia alam bawah!"

Kerutan di dahi Lord Gavriel melebar. Lord Caesar yang menyadari kebingungan pria itu sontak berkata, "Dia reinkarnasi Lord Dominic."

Fakta itu langsung membuat sorot terkejut terpancar di mata Lord Gavriel. "Dia punya pendamping?"

"Ya. Karena pendampingnya lah dia menyerang Clan Akins."

Lord Gavriel tampak berpikir cukup lama. Pria itu hanyut dalam keheningan setelah mendengar kabar ini. Akhirnya, rasa penasaran Gavriel tertuntas sudah. Perang dunia alam bawah terjadi hanya karena seorang wanita. Memikirkan itu, membuat Lord Gavriel reflek meludah. Memalukan!

Di saat keheningan merengkuh, Lord Gavriel melihat dari sudut matanya bahwa ada dua gadis yang tengah berjalan menghampiri Lord Caesar. Namun, Gavriel dengan sorot dinginnya enggan untuk menoleh. Pria itu tetap memandang lurus ke depan.

Mereka adalah Lady Bona dan Lady Caitlyn. Sang selir kesayangan Caesar sudah lebih dulu sampai di sana.

Sedangkan Lady Bona berhenti sejenak untuk berbalik pada dua pengawalnya. "Tunggu aku di luar. Aku ingin berpamitan dulu pada Lord Caesar."

Patricio dan Marius membungkuk hormat pada ratu mereka lalu mengindahkan perintahnya.

Barulah Lady Bona kembali melanjutkan langkahnya bersama seorang pelayan untuk menghampiri Sang tuan rumah.

Sesampainya di sana, Lady Bona langsung saling membungkuk dengan Lord Caesar dan Lady Grace. Sang tuan rumah kelihatan tak nyaman ketika Sang Lady datang. Bagaimana tidak, mereka baru saja membicarakan Bona di belakang.

Lady Caitlyn tampak terpaku di samping Bona. Selir kesayangan penguasa Clan Aneor itu terpana ketika melihat ketampanan Lord Gavriel, walau hanya dari samping, Caitlyn bisa melihat betapa seksinya pria itu. Lady Caitlyn bahkan tak sengaja menggigit bibirnya nakal.

Lantas Bona mengikuti arah pandang Sang Lady. Ia melihat seorang pria tinggi dengan tubuh kekar di depannya. Pria berambut abu-abu itu berdiri dengan posisi menyamping.

Lord Gavriel kukuh tak mau berbalik. Menoleh pun ia tak sudi. Dari aroma tubuhnya, Gavriel bisa tahu bahwa Lady Bona adalah gadis Akennaton.

Lalu Bona dibuat terkejut ketika Yesica tiba-tiba berdiri di hadapannya. Aroma tubuhnya yang mengeluarkan bau amis bisa membuat Bona langsung tahu bahwa gadis itu berasal dari ras makhluk laut.

Yesica tampak terpana dengan kecantikan Lady Bona. Gadis siren itu mengendus-endus tubuh Sang Lady dengan tatapan berbinar. Bibir Yesica tertarik membentuk seringaian. Dari aroma tubuhnya, Yesica langsung tahu bahwa Bona masih perawan. Sungguh sangat langka. Sudah dari dulu Yesica ingin menjilat iblis wanita yang masih perawan. Yesica mendamba-dambakam itu sejak dulu!

Bona tampak takut ketika wajah Yesica sangat dekat dengan wajahnya. Yesica menatapnya dengan senyuman nakal.

Bona terperangah saat Yesica terkikik dan mengeluarkan lidahnya yang panjang. Gadis siren itu ingin menjilat wajahnya.

Caitlyn sontak marah. Gadis itu mendorong Yesica agar menjauh dari Bona. "Gadis tak sopan! Berani-beraninya kau ingin menyentuhnya dengan lidahmu yang kotor itu!" hardik Caitlyn dengan tatapan tajam.

Gila saja. Apa gadis itu penyuka sesama jenis? Sialan. Caitlyn sungguh jijik.

Yesica tampak kesal dan menatap Caitlyn dengan tatapan permusuhan. Toni lantas langsung mendekati Yesica. Sebab Toni tahu betapa cerobohnya gadis siren itu. Yesica tak kenal takut pada siapapun. Ia hanya takut pada Lord Gavriel seorang.

"Yesica." Toni memperingatkan. Pria itu kemudian membungkuk pada Lady Caitlyn, "tolong maafkan sikap tak sopannya," katanya. Kemudian beralih pada Lady Bona.

Toni langsung memasang senyum. Terlebih saat Lady Bona membalas tersenyum, senyuman Toni semakin melebar hingga membentuk sebuah seringaian.

Toni mengambil tangan Sang Lady, ingin mengecupnya. Namun, harus terhenti ketika Lord Gavriel mengatakan, "Hentikan."

Toni dan Yesica langsung berdiri di belakang Gavriel. Mereka menunduk bak anjing yang disiram air panas. Terutama Yesica, yang kelihatan sedih sekali ketika tak bisa merasakan kulit Lady Bona.

Bona berusaha tersenyum untuk mengatasi ketidaknyamanan ini. Gadis itu memberanikan diri untuk berbicara pada Lord Gavriel. "Terima kasih," katanya.

Lalu Bona dengan sikap cerobohnya kembali. Gadis itu dengan nyali besar mengulurkan tangan pada seorang pria yang sesungguhnya ingin selalu ia hindari. Bona ingin mengajak Lord Gavriel berkenalan.

Namun, Lord Gavriel masih bergeming dengan sorot dinginnya. Ia hanya sekilas menatap jari mungil Sang Lady yang menggantung di udara.

Bona mengepal tangannya pelan dan segera menjatuhkannya. Ratu Clan Akennaton itu menatap Gavriel kikuk. Pria itu sangat sombong.

Lantas Bona berbalik menghadap Lord Caesar. "Lord aku sangat senang karena telah menjadi bagian dari pesta ini. Sekali lagi, aku ucapkan selamat atas kehamilan Lady Grace," katanya dengan senyuman hangat.

Bola mata Gavriel bergerak ke samping saat mendengar suara Bona. Namun, yang bisa dilihat oleh matanya hanya bahu Sang Lady yang terbuka.

"Terima kasih, Lady." Grace balas tersenyum hangat. Jauh dalam sanubari, sebenarnya Lady Grace tahu bahwa Lady Bona adalah gadis yang baik. Nasibnya hanya kurang beruntung saja karena mendapat pendamping seperti Lord Milson.

"Pesta ini sangat menyenangkan! Tapi, aku harus pulang."

Lord Caesar tersenyum simpul. "Silakan, Lady. Kami senang kau ikut merayakan di sini."

"Ya! Semoga kita bisa berjumpa di pesta menyenangkan lainnya!" Bona tersenyum lebar. Gadis itu membungkuk dengan anggun lalu berbalik.

Ketika Bona bersitatap dengan Yesica, ia merasa tak enak hati ingin mengabaikan sesama makhluk laut. Sebab gadis siren itu menatap Bona dengan tatapan penuh harap.

Bona lantas memegang tangan Yesica lalu berkata. "Jangan ambil hati perkataan temanku. Kuharap kita bisa bertemu lagi."

Yesica berbinar dengan seringaian licik. Ia mengangguk di hadapan Sang Lady. Lady Bona dan Lady Caitlyn pun enyah darisana.

Saat Si gadis Akennaton itu telah menjauh, barulah Lord Caesar angkat suara, "Dialah gadis yang menyebabkan perang dunia alam bawah terjadi, Lord."

Alis Lord Gavriel terangkat. "Siapa?"

"Dia Lady Bona, pendamping Lord Milson. Gadis yang kau tolak uluran tangannya."

Barulah Lord Gavriel menoleh ingin melihat Sang Lady. Namun, sayang. Punggung Lady Bona telah tertelan dinding koridor.

Di sinilah Bona dan Caitlyn. Mereka berjalan di sepanjang koridor istana Aneor menuju pintu keluar. Sang selir memaksa ingin mengantar Bona sampai pintu utama istana. Padahal sesungguhnya itu tak perlu.

Bona menatap Caitlyn. "Terima kasih karena telah menolongku, Lady," katanya dengan senyuman tipis.

Lady Caitlyn mendelik. "Jangan percaya diri! Itu hanya gerakan reflek karena was-was. Aku tak mau kalau pendampingmu menyerang clan-ku. Mengingat betapa lemahnya dirimu!" cibir Caitlyn sinis.

Bona memutar bola matanya kesal. Melupakan fakta bahwa selir kesayangan Lord Caesar itu menyebalkan.

"Kira-kira siapa pria seksi itu? Apa kau pernah melihatnya?" tanya Lady Caitlyn.

Bona tentu tahu bahwa Si pria aroganlah yang di maksud oleh Caitlyn. "Entahlah. Aku tidak tahu."

Lady Caitlyn menggigit bibir bawahnya. Gadis itu bahkan menghisap jari telunjuknya layaknya seorang jalang yang haus belaian.

"Dia sangat seksi, Lady. Bisakah kau bayangkan betapa kuatnya dia di ranjang?"

Pipi Bona memerah mendengarnya. "Jaga bicaramu, Lady Caitlyn! Bagaimana bisa kau memikirkan hal seperti itu sementara kau sudah memiliki Lord Caesar?"

Caitlyn mendengus kesal. "Bisakah kau hilangkan sikap polosmu itu? Kau tidak seru!"

Bona geleng-geleng kepala. Gadis itu memelankan langkah kakinya ketika melihat ada seorang pria yang berdiri di ujung koridor.

"Astaga! Itu dia!" pekik Caitlyn tertahan dengan suara kecil.

Lord Gavriel berdiri di ujung koridor dengan tatapan yang begitu dingin. Kali ini, tak lagi menghadap lain. Melainkan, menghadap lurus pada Lady Bona.

Bona tetap melanjutkan langkahnya bersama Caitlyn. Hingga kini saat ia telah berhadapan dengan pria itu, Lady Bona bisa melihat wajah tampannya dengan jelas.

Si pria berambut abu-abu itu memiliki iris berwarna kuning gelap. Tatapannya begitu mengintimidasi dan mengerikan. Pria itu menatap Bona layaknya seorang predator ganas. Tak ada senyuman di wajahnya. Yang terpancar hanyalah sorot arogan yang begitu besar.

Bona sesekali melirik Caitlyn, seolah meminta pertolongan gadis itu. Tatapan mengerikan Lord Gavriel membuat Bona merasa tak nyaman.

Namun, Caitlyn dengan bibir tak sopannya malah memperkeruh suasana dengan berkata. "Apakah kau menyukai temanku, Lord?" tanyanya. Sebab Gavriel hanya terus memandang Bona.

Tak mendapat sahutan membuat Caitlyn kembali berkata. "Payudara temanku ini kecil, asal kau tahu. Dia masih sangat muda. Kau tidak akan puas. Tatap payudaraku saja."

Sialan! Lady Bona mencubit tangan Lady Caitlyn kuat-kuat. Hingga membuat Caitlyn menggeram marah.

"Apa kau butuh sesuatu, Lord?" tanya Bona dengan senyuman kikuk. Pasalnya, Lord Gavriel menghalangi jalan mereka dan belum beranjak untuk memberi jalan.

Bona dan Caitlyn saling pandang. Sementara Caitlyn kembali memerhatikan baik-baik wajah Lord Gavriel. Penguasa Clan Dexter itu terus menatap Bona dengan tatapan intens.

Bodohnya, Bona lagi-lagi mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Sang raja. Sehingga untuk yang kedua kalinya tangan Bona menggantung di udara.

Lord Gavriel menatap jemari mungil Sang Lady. Kukunya terlihat putih bersih. Gadis Akennaton itu dengan percaya dirinya berkeliaran dengan wujud manusianya.

Lalu Lord Gavriel bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apa yang dia lakukan di sini?

Menatap seorang gadis lemah yang bahkan bisa dilukai oleh seorang pelayan rendahan, begitu? Lady Bona. Nama itu mengitari benak Lord Gavriel beberapa kali. Bona Akennaton. Pendamping reinkarnasi Lord Dominic, diabolus terkuat pada masanya yang mampu membawa kehancuran bagi dunia alam bawah. Kini takluk oleh gadis mungil dengan senyuman ramah di hadapannya.

Lalu mata Gavriel beralih menatap wajah Sang Lady. Sehingga Bona segera menjatuhkan tangannya ketika Lord Gavriel tak sudi untuk menerima uluran tangannya.

Tanpa permisi, Lord Gavriel langsung berbalik pergi meninggalkan Sang Lady.

Penguasa Clan Dexter itu bergumam. "Perempuan lemah!"

Namun, Bona masih bisa mendengarnya.

Ini merupakan pertemuan pertamanya dengan Lady Bona. Menatap iris birunya yang meneduhkan membuat Lord Gavriel tahu bahwa gadis itu sangat lemah.

Dan Gavriel, harus membunuhnya.








_________________________________________

Hai guys!

Aku sangat terheran heran dan juga seneng liat komentar kalian pada antusias banget minta up. Jadi yaudah, aku antusias juga

Aku menunggu komen-komen para detektif perihal chapter ini

Semoga kalian suka yaaa, dan selalu antusias sama milson dan kawan kawan❤

Sampai jumpa di chapter selanjutnya

See you

Dilla cantik, istri sahnya suho

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 88K 49
kecelakaan saat balapan yang ternyata sudah di rencana kan sejak awal oleh seseorang, membuat jiwa Elnara terlempar ke dalam tubuh Kinara yang ternya...
635K 52.6K 56
|FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TITIK!!| Transmigrasi jadi tokoh utama? Sering! Transmigrasi jadi tokoh jahat? Biasa! Transmigrasi jadi tokoh figuran? Bas...
3.7M 360K 95
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
664K 40.1K 63
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...