IMAGINE BOYFRIEND

By SultanNeptunus

23.5K 1.1K 93

Disini kalian boleh halu sepuasnya! kalian bisa milih alur cerita yang ingin dihaluin. Ada tambahan gambar bi... More

Kavin Gerero || Kau Milikku
Aldino Egan Haminggo [01] | Kenapa sih nggak suka aku?
Aldino Egan Haminggo [02] | ciuman pertama
Adega Altawijaya [01] | Simpanan
Adega Altawijaya [02] | Secret 17+
Adhanzio Panji Albar [01] | Aku nggak menarik ya?
Adhanzio Panji Albar [02] | siapa Alkano Restaja?
Nizar Deandre Kusuma [01] | Hubungan terpaksa?
Nizar Deandre Kusuma [02] | Putus
Nizar Deandre Kusuma [03] | Terlambat menyadari
Samuel Edwinarja [01] | Berhenti suka?
Samuel Edwinarja [02] | Jadian
Raihan Adam [01] | Pengganggu?
Raihan Adam [02] | Terkilir
Raihan Adam [03] | Sebuah pengakuan
Rayyan Altama Pramuda [01] | Permulaan yang menyenangkan 18+
Rayyan Altama Pramuda [02] | Haruskah menjauhinya?
Rayyan Altama Pramuda [04] | Ketakutan yang nyata
Rayyan Altama Pramuda [05] | Salah paham
Rayyan Altama Pramuda [06] | Penyesalan
Rayyan Altama Pramuda [07] | Akhirnya
Naufal Indra Gerhana [01] | Bidadari sekolah?
Naufal Indra Gerhana [02] | Dalam bahaya
Naufal Indra Gerhana [03] | Riwehnya anak BINGGO
Naufal Indra Gerhana [04] | Kecupan dari tercinta
Agam Ero Johanson [01] | Pacar Online?
Agam Ero Johanson [02] | Yaudahlah
Agam Ero Johanson [03] | Sebuah ide
Agam Ero Johanson [05] | Gara-gara Boba
Agam Ero Johanson [06] | Muak!
Agam Ero Johanson [07] | Perlu Kebenaran
Agam Ero Johanson [08] | Jangan sampai tahu
Agam Ero Johanson [09] | Huh?

Agam Ero Johanson [04] | Drama menyakitkan dimulai

178 18 0
By SultanNeptunus

"Ah, males gue sebenenya (Nam)," dumel Dinda kesal. Pasalnya malam ini gadis itu tengah bersamaku di dalam taksi untuk menuju timezone tempat dimana Kak Agam ingin bertemu denganku. Namun sayangnya bukan aku yang akan menemui Kak Agam, melainkan Dinda.
Iya, Dinda. Aku meminta bantuan kepada gadis itu untuk membantuku. Meski terdengar konyol memang.

"(Nam), kalo tuh cowok jelek gimana coba? ah, gue nggak mau lagi bantuin lo kalo beneran gitu!" dengus Dinda membuatku menatapnya dengan kekehan.

"Engga, percaya deh sama aku. Kak Agam tuh... ganteng Din, baik, perfect pokoknya," jelasku sembari menerawang kaca mobil di samping Dinda. Aku jujur, Kak Agam memang seperfect itu. Makanya aku meminta Dinda dalam hal ini. Aku hanya.... takut.

"Emang lo pernah liat mukanya?"

"Iya, dia pernah kirim poto dia pas lagi liburan ke puncak."

"Lo yakin kalo itu dia? bisa aja kan ngambil di pinterest," sewot Dinda sembari mendengus melipat tangan di dada.

"Engga Din. Percaya deh. Udah ah, nanti kan kamu ketemu sama dia."

"Awas kalo gak sesuai sama yang lo omongin."

Aku hanya mengangguk mengiyakan saja agar Dinda kembali diam.
Aku menautkan tangan, masih bertanya apakah yang aku lakukan ini benar atau salah?
Apakah Kak Agam merespon baik jika Dinda lah yang menjadi diriku?
kulirik Dinda yang tengah sibuk memainkan ponselnya. mengamati gadis itu yang malam ini terlihat cantik, meski nyatanya setiap hari dia selalu cantik.
Hanya liptint dan maskara saja yang dipakai sudah secantik ini.

Kak Agam pasti terpesona, aku yakin itu;batinku sedikit meringis membayangkan apa jadinya  kalau akulah yang menemui Kak Agam. Mungkin keesokkan harinya lelaki itu akan menghilang, dan aku tidak mau itu terjadi.
Maka dari itu aku akan sedikit membatasinya dengan membohongi lelaki itu.

Maafin aku Kak Agam.

Taksi yang aku tumpangi dengan Dinda sudah berhenti di tempat yang akan kita datangi. Setelah membayar taksi, aku dan Dinda langsung berjalan masuk kedalam timezone.

Aku berjalan di samping kanan Dinda. Astaga, aku merasa gagal menjadi perempuan. Aku sama sekali jauh dari Dinda yang tubuhnya tinggi semampai. Sedangkan aku seperti bolu bantet.
Bayanganku semakin yakin, Kak Agam akan kabur saat aku mencoba berjalan mendekat ke arahnya.

"Dimana orangnya?" tanya Dinda kesal yang berjalan disebelahku.

"Dia lagi nunggu di sebelah boneka capit," jelasku pada Dinda saat membaca isi pesan Kak Agam barusan.

Langsung saja aku menarik lengan Dinda menuju tempat tersebut. Aku merapalkan doa dan permintaan maaf kepada Kak Agam, pasalnya aku harus berbohong seperti ini.
Sebenarnya ingin sekali aku langsung yang bertemu dengan Kak Agam, saling melepas rindu dan mengobrol bebas tanpa harus melalui pesan. Namun aku harus sadar jika itu tidak akan pernah terjadi.

Aku berhenti pada jarak 10 meter dari tempat Kak Agam berdiri. Lelaki itu tengah berdiri sembari menolehkan kapala seolah menunggu seseorang, yakni diriku yang harus kugantikan menjadi Dinda.

"(Nam) mana ihh... jangan bilang cowok tua itu ya?" celoteh Dinda sembari menunjuk seorang pria tua berperut buncit tengah berdiri disebelah permainan boneka capit pula.

Aku menggeleng sembari terkekeh, "bukan itu Din, tapi yang itu," ujarku menunjuk sosook Kak Agam berdiri menggunakan kemeja kotak-kotak dengan dalaman kaos hitam polos serta celana jeans. Tak lupa memakai gelang hitam yang entah aku tidak tahu namanya, namun Kak Agam memang suka sekali memakai ataupun mengoleksinya; sebab ia selalu memberitahuku jika sehabis membelinya.

Dinda menatapku penuh selidik dengan mimik wajah tak percaya.
"Lo nggak boong kan (Nam)?"

"Engga," jawabku cepat sembari menggeleng.

Wajah Dinda berubah berseri senang. Mungkin karena melihat Kak Agam yang sesuai dengan ekspetasinya.

"Jadi gue kesana sekarang nih? oke deh gue kesa-- eh, apa lagi sih (Nam)?" sewot Dinda saat lengannya kutarik membuatku harus berbalik kembali menatapku.

Aku diam, menggigit bibir dalamku. Rasanya... seperti tidak rela.

"Aku... aku takut Din."

"Takut apaan?"

"Nanti kalo semisal Kak Agam jadi sukanya sama kamu gimana?"

"Ya itu resiko elo dong. Gue kan cuma melaksanakan perintah aja," ujar Dinda yang membuatku berjengit. Aku merasa Dinda tidak seperti biasanya.

"Jadi lo maunya gimana? gue samperin dia atau lo aja yang samperin? yaaa... meski gue nggak yakin tuh cowok besoknya masih mau sama lo sih," lanjutnya membuatku menatap Dinda tidak mengerti. Kenapa Dinda jadi seperti ini?

"Kalo nggak jadi gue balik aj--"

"Din jangan!" cegahku saat Dinda ingin berjalan melewatiku.

"Lo yang samperin Kak Agam aja," ujarku menatap sendu Dinda dan Kak Agam yang masih berdiri sembari beberapa kali mengecek ponselnya.

Dinda menatapku serius, tangannya ia lipat didepan dada.
"Tapi lo janji nggak akan protes kalo Kak Agam jadi suka sama gue!"

"Kok gitu?"

"Ya gimana? lo mau nggak? bukannya itu niatan lo kan nyuruh gue sandiwara kayak gini? lo mau ngejauh dari cowok itu karena lo takut dia bakal ninggalin lo karena penampilan lo yang... kayak gini."

Aku diam, tidak menyangkal ataupun membantah. Ucapan Dinda benar. Namun aku tidak berpikiran jika Kak Agam akan menyukai Dinda, meski nyatanya itu akan terjadi.

"Gimana? keburu malem ini (Nam)."

Aku diam menatap kembali Kak Agam, sedari tadi pesan dari Agam terus masuk membuat notifku penuh.

"Iya, aku nggak akan protes Din," pasrahku akhirnya. Lantas Dinda tersenyum sumringah.

"Oke. Lo kalo mau pulang ya pulang aja. Atau mau nungguin gue, terserah. Gue nyusul Kak Agam dulu."

Setelah mengucapkan kalimat barusan, Dinda langsung berjalan menuju Kak Agam. Aku hanya diam berdiri menatap punggung Dinda yang semakin menjauh.

"Aku ngelakuin hal bener kan?" lirihku menatap Dinda dan Kak Agam sudah mengobrol. Rasa sesak seketika menyeruak di dalam dadaku. Lantas aku menangis begitu saja.

"Mungkin aku memang harus ngejauh dari Kak Agam."

Setelahnya aku berbalik badan, menghapus air mataku lalu berjalan perlahan menjauh dari sana.

***

AGAM POV

Aku menatap pesan dari (Namakamu) yang  memberitahuku bahwa dia sudah sampai, dan sedang berjalan menuju ke arahku.
Sejak kemarin aku tidak bisa tidur sebab ingin sekali bertemu dengan gadisku itu.
Ingin rasanya aku memeluk dan mengelus perlahan rambutnya.

Aku berdiri disebelah mesin capit boneka dengan rasa yang tidak karuan, tidak sabar.

"Kak Agam kan?" aku berjengit menoleh ke sumber suara. Aku menemukan seorang perempuan tengaj berdiri dengan senyum mengembang.

"Iya. Kamu..." ucapku menggantung sembari menunjuk dirinya.

"Iya, aku (Namakamu)," ujarnya masih tersenyum menatapku.

Aku ikut tersenyum lalu menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Ah, rasanya canggung namun mendebarkan.

Aku berdehem lalu menatapnya dengan wajah senormal mungkin. (Namakamu) sangat cantik, dan natural. Ternyata selama ini dia membohongiku. Dia bilang jika dirinya pendek dan hanya sebatas dadaku, nyatanya ia sebahuku. Dasar; aku tersenyum dalam hati.

"Kita makan aja gimana? firts date?" tawarku yang mendapat anggukan dari (Namakamu) lalu segera aku menggandeng tangannya untuk mencari makanan.

***

"Abis ini mau nonton?" tawarku sembari menyampirkan anak rambut (Namakamu) yang berjatuhan menggangu ritual makannya.

Lantas ia menoleh kearahku dan mengangguk semangat.

"Love you bby," ujarku lirih sembari mengecup kepalanya.

(Namakamu) nampak malu-malu lalu memeluk lenganku dengan manja. Dasar ya:)

"Aku juga cinta sama kamu sayang," ucap (Namakamu) dengan nada manja.

"Biasanya make bby kok jadi sayang?"

"Kenapa? nggak boleh ya?"

"Bukan gitu bby, kan katanya kamu suka sama panggilan bby."

"Ohh... itu... itu iya aku suka tapi kan gapapa ganti. Intinya aku sayang cinta kamu."

"Bisa aja kamu ya," ujarku sembari menjawil hidungnya. Lalu (Namakamu) kembali melanjutkan makannya yang tadi tertunda.

"Kamu pake minyak wangi?"

"Eh? iya kenapa? kurang wangi ya? aku bau ya? bentar aku ambil parfum dulu."

Aku terdiam saat (Namakamu) buru-buru membuka isi tasnya dan mengeluarkan parfum lalu menyemprotkannya lumayan banyak ditubuhnya, membuatku lantas menghentikan aksinya.

"Bby, bby, bby udah. Jangan banyak-banyak. Kamu nggak bau bbyyy... aku cuma tanya, astaga," ujarku menarik parfum yang ia pegang.

"Beneran? bukan karena aku bau kan?"

"Bukan sayang," jawabku mengusak rambutnya lalu ia kembali tersenyum.

Saat (Namakamu) kembali sibuk dengan makanannya aku terdiam menatap botol parfum yang kupegang, milik (Namakamu)? Bukankah ia alergi parfum dan lebih menyukai produk bayi? apa dia memakai parfum ini karena terpaksa?

"Bby," panggilku melirik ke arah (Namakamu) yang sudah selesai makan, kini tengah sibuk merapihkan bibirnya dengan liptint.

(Namakamu) suka dandan ditempat umum?;tanyaku dalam hati merasa bingung.

"Kamu udah lama make parfum kayak gini?" tanyaku penasaran.

"Iya udah lama, kenapa? dari SD aku udah suka koleksi parfum kayak gitu," jawab (Namakamu) dengan masih sibuk menatap layar ponsel membenahi liptintnya.

Aku diam menatap perempuan ini lalu parfum yang kupegang secara bergantian.
Kenapa aku merasa banyak dibohongi?
Atau mungkin (Namakamu) mulai berubah tanpa aku sadari sebab aku sibuk dengan tugas kampus? kurasa iya.

"Kenapa ayang?" tanya (Namakamu) membuatku berjengit lalu menggeleng.

"Ini parfumnya masukin lagi," ujarku menyodorkan parfum miliknya.

"Ah, iya. Kamu suka sama baunya?"

kayaknya lebih suka kamu yang bau produk bayi bby;Aku mengangguk tersenyum.

"Yaudah ayuk katanya mau ajak aku nonton," (Namakamu) merajuk menggandeng lenganku dengan manja. Membuatku terkekeh gemas.

"Iya-iya. Ayuk kita nonton!"

✨❇✨

seganteng ini dong bundzzzz😪😪😪

AKU NYESEK YAH:(((
TAU AH INTINYA AKU UDAH UP YA.
KOMEN SIH GAES! LIKE JUGA.
OH IYA LUPA, KAN ITU HAK KALIAN YA MAU VOTE, KOMEN.

(note:maap gw rada sensi)

HAVEFUN:)

Continue Reading

You'll Also Like

42.9K 8.7K 11
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
97.9K 16.7K 25
Kecelakaan pesawat membuat Jennie dan Lisa harus bertahan hidup di hutan antah berantah dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya berpikir, merek...
458K 4.8K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
170K 14.5K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...