My Mate Is Psychopath (END)

By Tklstr_30

390K 33.3K 1.8K

[TERBIT] Aku tak percaya akan semua ini ! Bagaimana bisa seorang Alpha tampan sepertiku mendapatkan mate se... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Chapter 77
Chapter 78
Extra part 1
Extra part 2
Pengumuman
Pengumuman 2
Vote Cover
Open Pre Order MMIP
Link Shopee

Chapter 37

3.8K 352 9
By Tklstr_30

Buenas tardes!
Cómo estás?

Hari ini aku up lagi uhu😂

Happy reading🍃
****
Ditengah rintiknya hujan, Blevin merenung. Ia mengingat kembali kenangan-kenangannya bersama Zwetta. Begitu manis dan Ekstrim. Andai Ia tahu jika apa yang ia lakukan akan membuat Zwetta pergi, mungkin ia tak akan melalukannya. Hanya karena emosinya, Zwetta kehilangan sosok yang begitu berharga.

"Andai waktu bisa diputar. Aku tak akan melakukan itu semua"

Menyesal. Itulah yang saat ini Blevin rasakan, kembali. Selama 1 tahun ia berhasil melupakan perbuatannya, namun ketika melihat Zwetta ingatan itu kembali berputar. Begitu menyiksa batin, ketika wanita yang ia cintai terpuruk karenanya. Namun apa yang kini ia dapatkan? tak ada. Cinta untuknya telah sirna. Terbawa arus waktu yang terus berputar.

"Aku terlambat, niatanku untuk kembali bersamamu kini telah pupus. Kau telah berbahagia bersama adikku sendiri. Heh....dunia memang sempit" monolog Blevin dalam kesendiriannya.

"Jangan pernah bermimpi untuk bisa kembali bersamaku!"

Belvin menoleh. Ia tersenyum mendapati Zwetta yang menatapnya dengan dingin dan datar. Meskipun perkataan Zwetta begitu pedas dan tak ada nada persahabatan didalamnya, namun Blevin bersyukur setidaknya Zwetta masih bisa ia ajak bicara.

"Kau sedang apa?" tanya Blevin mencoba mencairkan suasana tegang yang terjadi.

"Menurutmu?"

"Kau tak merindukanku?"

"Aku? untuk apa aku merindukan seorang pembunuh sepertimu?!" tekan Zwetta diakhir kalimatnya.

Blevin tertohok. Ia tak mampu berkata-kata lagi. Kalimat yang Zwetta ucapkan begitu menusuk dihatinya. Entah bagaimana ia menebus kesalahannya. Ia juga tidak tahu. Pikirannya begitu buyar tak karuan.

"Diam,hmm? oh iya, Terimakasih telah mengajariku membunuh dengan baik, guru!"

"Laurels, Ak...aku minta m....."

"Terlambat! Apa dengan mengucapkan maaf, ibuku bisa kembali?!"

Satu tetes air mata meluncur begitu saja dari manik biru itu. Menambah rasa bersalah dihati Belvin. Ia juga tak sanggup jika melihat wanita yang ia cintai menangis, terlebih lagi air mata itu jatuh karenanya.

"Heyy....Please don't cry, my love"

"JANGAN PANGGIL AKU DENGAN SEBUTAN ITU!" bentak Zwetta tak suka dengan panggilannya dulu yang ia anggap telah mati.

Bersabar dan memejamkan matanya sejenak, itu saja yang bisa Blevin lakukan. Ia memandang wajah cantik itu dengan hangat. Tanpa berkedip. Tanpa berjeda. Tak ada teriakan seperti tadi. Keduanya sama-sama terdiam dalam keheningan yang mereka ciptakan.

"Aku sungguh menyesal, Rels. Aku mohon, maaf kan aku..."

Tak ada sahutan. Zwetta terus saja meneteskan air matanya. Ia yang sekarang begitu terlihat rapuh dan tak berdaya. Berbeda dengan Zwetta yang begitu kuat dan tangguh. Jika saja Lucas berada disini, mungkin ia akan menonjok siapa saja yang membuat matenya bersedih.

"Apa tujuanmu kembali?" tanya Zwetta setelah beberapa menit terdiam

Blevin mendekat ketempat Zwetta saat ini. Ia berdiri 60 cm jaraknya didepan Zwetta. Kini ia bisa melihat dengan jelas wajah sendu Zwetta. Begitu menyayat batin dan jiwanya.

"Nothing"

"Kau berbohong, aku tau siapa dirimu melebihi ayah dan ibu"

"Baiklah kau memang yang paling mengerti aku. Aku ingin membawamu kembali dalam dekapanku"

Ucapan Blevin yang begitu spontan namun tegas itupun membuat Zwetta tersenyum remeh.

"Cuih. Kau sungguh tak tahu diri!" ujar Zwetta dengan meludah kearah Blevin. Ia tak peduli dengan sopan santunnya terhadap kakak iparnya sendiri. Baginya Blevin telah mati!

"Kau sungguh berubah. Dimana sikap manja dan manismu itu? Apa Lucas yang telah membuatmu begini?"

"Jangan pernah menyalahkan orang lain. Apa kau tak sadar, hmm? KAU YANG TELAH MEMBUATKU SEPERTI INI!"

Napas Zwetta kembang kempis. Ia begitu emosi hanya dengan melihat Blevin. Bahkan rasanya ia ingin membunuh pria yang didepannya itu. Namun ia tak ingin membuat keluarga Lucas kecewa. Terlebih lagi, mereka baru saja bertemu dengan Blevin.

Dengan lancangnya Blevin memeluk Zwetta erat. Ia mengunci setiap pergerakan yang Zwetta lakukan. Namun sayang dia melupakan tangan kanan Zwetta. Hingga...

Syett.....

Satu sayatan ia dapatkan dipunggungnya. Merobek baju yang ia kenakan hingga menembus daging yang lumayan dalam. Darah dengan cepatnya merembes membentuk alur-alur sungai yang lurus. Zwetta tersenyum, ia berhasil menjebak Blevin. Air mata yang ia keluarkan hanyalah sebuah air mata kepalsuan.

"Satu sayatan untuk ibuku"

Syett...

"Dua sayatan untuk ucapan terimakasihku, karena kau telah mengajari aku bagaimana menjadi pembunuh yang handal. Hhahah"

Kini punggung Blevin seperti kebanjiran darah. Luka yang Zwetta buat bukanlah luka ringan. Bahkan lebih dalam daripada Lucas. Blevin menerima dengan lapang dada. Akar permasalahan ini memang berawal darinya. Jika dia melawannya lagi, hanya akan sia-sia. Zwetta telah dibutakan oleh dendam yang membara.

"Ada apa ini?!"

Suara itu, adalah suara yang sangat Zwetta kenali. Suara seseorang yang kini ia rindukan. Dengan kerasnya Zwetta mendorong tubuh kekar Blevin. Ia menoleh dan mendapati Lucas yang tengah menatapnya tajam.

"Hai, sayang. Apa kabar?" tanya riang Zwetta seperti tak ada beban apapun.

Lucas menaikan sebelah alisnya. Ia merasa ada yang janggal disini. Lantas ia pun maju menghampiri Zwetta dan memeluk pingangnya possesif.

"Aku nyariin kamu dari tadi,lho. Ternyata kamu disini sama kakak aku"

"Emm...cuma ngobrol doang kok. Bagaimanapun juga diakan kakak ipar aku"

Blevin yang diakui sebagai kakak ipar oleh Zwetta hanya tersenyum miris. Ada rasa bahagia namun bebarengan dengan rasa sakit ketika dia tidak bisa diposisi Lucas saat ini.

Lucas mangut-mangut menaggapi pernyataan Zwetta. Namun ia seperti mencium bau sesuatu. Bau yang begitu anyir dan sangat disukai oleh Zwetta.

"Kok bau darah ya?"

Zwetta gelagapan. Ia sebisa mungkin bersikap biasa dan tenang. Namun naas, Lucas lebih dulu menghampiri Blevin dan melihat darah yang terus merembes keluar dari balik baju Blevin.

"Astaga! punggungmu kenapa kak?!"

Blevin menyungingkan senyumnya. Ia tidak mengadu kepada Lucas perihal kelakuan matenya. Segitu cintakah Blevin kepada Zwetta? Hingga hal sebesar ini harus ia tutupi? Bodoh! Sangat amat bodoh!

"Apa ini ulahmu, sayang?" tanya Lucas yang memang mencurigai Zwetta.

Zwetta yang telah tertangkap basahpun hanya mengangguk dengan menyunggingkan senyum manisnya.

Lucas memutar bola matanya malas. Ia tak habis pikir dengan Zwetta. Padahal tadi pagi, Zwetta telah melukainya. Apakah itu tidak cukup?

"Sini!" pinta Lucas dengan lembut namun tegas.

Zwetta menurut. Ia melangkah menuju Lucas. Berdampingan disamping kekasihnya itu. Namun tiba-tiba telinganya terasa ditarik tinggi-tinggi seakan ingin lepas dari tempatnya.

"Aawwww.....sakit..Luc"

"Ini hukuman untukmu. Kalau kau ingin menyakiti orang, cukup aku saja. Jangan orang-orang disekitarku"

"Ta...tapi aku mencintaimu, Luc. Aku tak bisa jika terus-terusan menyakitimu" terang Zwetta yang malah membuat Lucas heran.

"Tak bisa apanya? Dia saja menyiksaku tanpa henti" bisik Lucas dalam hatinya

Lucas berpikir, penyelesaian apa yang bisa membuat Zwetta dan dirinya untung. Tanpa adanya orang yang tersakiti, kecuali memang pantas untuk disakiti.

"Lebih baik, Zwetta menyiksa para tahanan dibawah tanah"

Ide yang bagus! Saran dari Blevin itu mampu mencerahkan pikiran Lucas. Akan tetapi, mengapa Lucas tidak memikirkan itu dari dulu? ia malah rela menyumbangkan punggungnya untuk dimainkan oleh Zwetta!

"Aku setuju. Kau bebas melakukan apapun pada tahanan itu,sayang. Tapi kau harus berjanji padaku untuk tidak melukai orang-orang yang aku sayang. Bagaimana?"

"Baiklah aku setuju!"

"Good girl"

Lucas membelai rambut Zwetta sayang. Dengan terangnya ia mengumbar kemesraan didepan kakaknya. Tentu saja dengan melupakan fakta bahwa Blevin tengah terluka.

Sadar diri adalah posisi yang tepat untuk Blevin saat ini. Ia tak sanggup jika berlama-lama dengan pasangan yang sedang hangat-hangatnya. Lagi pula, cinta yang ia harapkan bukanlah untuknya. Cinta itu kini telah musnah. Namanya yang dulu tersemat kini tergantikan oleh nama Adiknya. Ikhlaslah yang harus ia lakukan. Karena tak baik juga mencintai tanpa dicintai balik. Hanya akan menguras emosi dan tenaga. Percuma jika Blevin tetap memperjuangkannya. Sedangkan hati Zwetta tak mau lagi berlabuh padanya.






TO BE CONTINUE

NEXT?

jangan lupa tinggalkan jejak ya😊

                               20 Oktober 2020

Continue Reading

You'll Also Like

499 53 9
Bagi Clea, Arilos adalah segalanya. Setelah kehancuran keluarganya, Arilos adalah sebuah kebahagiaan untuk Clea. Bahkan Clea rela berjam-jam menunggu...
3.2M 433K 95
Hidup sebagai salah satu tokoh protagonis dalam cerita? Alisha, perempuan yang pergi untuk mencari pekerjaan justru harus terjebak dalam sebuah novel...
4M 48.9K 8
Menceritakan seorang gadis yang keracunan wattpad. Mengharapkan seorang pria tampan seperti di wattpad wattpad mengclaim dirinya yang bak upik abu. D...
69.8K 6.6K 55
[Fantasy, Vampire, Romance, Action] ~First Story~ πŸŽ– # 1 Vampir - 7 Januari 2024 πŸŽ– # 1 Vampire - 7 Januari 2024 πŸŽ– # 1 Human - 23 Maret 2024 πŸŽ– # 2...