LEADER OF THE MAFIA ; AARON C...

By queenaars

136K 7.6K 784

#TheMafiaSeries1 [PART BELUM DI HAPUS SELURUHNYA] _________________________________________ "Aku tidak terpe... More

prolog
CAST.
The Mafia 1 - The First Meet (Pertemuan pertama)
The Mafia 2 - The Mansion
The Mafia 3 - Aaron's game (Permainan Aaron)
The Mafia 4 - Heartbeat (Detak Jantung)
The Mafia 5 - About Meeting (Tentang pertemuan)
The Mafia 6 - A Request (Sebuah Permintaan)
The Mafia 7 - About The Past ( Tentang Masa Lalu)
The Mafia 8 - The Feeling (Perasaan)
The Mafia 10 - Desire (Hasrat)
The Mafia 11 - Aaron's Company
The Mafia 12 - Pursuit (Pengejaran)
The Mafia 13 - The Day With Aaron 1 (Hari Bersama Aaron)
The Mafia 14 - The Day With Aaron 2 (Hari Bersama Aaron)
The Mafia 16 - Disappointed (Kecewa)
The Mafia 17 - Something Hapened (Sesuatu telah terjadi)
The Mafia 18 - The Truth ( Kebenaran )
The Mafia 19 - Another Mafia ( Mafia Lain )
The Mafia 20 - Fight ( pertarungan )
The Mafia 21 - Apology (Permintaan Maaf)
The Mafia 22 - Hospital ( Rumah Sakit )
The Mafia 23 - Sorry and Thank You ( Maaf dan Terima Kasih )
The Mafia 24 - Discus (Diskusi)
The Mafia 26 - Gift ( hadiah )
The Mafia 27 - Bryan and Reline
The Mafia 28 - Confession of Love 1 ( Pengakuan Cinta )
The Mafia 29 - Confession of Love 2 ( Pengakuan Cinta )
The Mafia 30 - He said .... Bucin!
The Mafia 31 - Aaron's Past ( Masa Lalu Aaron )
The Mafia 32 - Aaron's Past 2 ( Masa Lalu Aaron )
The Mafia 33 - Inner Wound (Luka Batin)
The Mafia 34 - Collins Family ( Keluarga Collins )
The Mafia 35 - Her Sister (Saudara Perempuannya)
The Mafia 36 - Fiance ( Tunangan )
The Mafia 37 - A Quarrel (Pertengkaran)
Pre Order Gelombang Pertama!
PO ke 2
Cerita Baru
PO cetakan ke 2!

The Mafia 9 - Dark Bloods

3.3K 196 9
By queenaars

LEADER OF THE MAFIA

Happy Reading !

Seluruh Mafioso yang di pimpin oleh Aaron sedang berkumpul di aula besar yang berada di bagian barat Mansion Aaron. Ruangan itu di buat khusus untuk pertemuan mereka, ataupun sekedar berpesta saja.

Para Mafioso yang awalnya sibuk bercengkerama kini terdiam. Hening. Melihat pemimpin mereka, Aaron Cedric memasuki Aula diikuti Axel, Albert dan Marcell di belakangnya. Seluruh Mafioso sontak memberikan hormat mereka. Sementara Aaron hanya mangangguk sekilas lalu memasuki ruang yang akan ia gunakan untuk rapat bersama perwakilan-perwakilan tim yang ia bentuk.

Dark Bloods . Nama kelompok Mafia yang di pimpin oleh Aaron Cedric selama 10 tahun. Aaron bekerja keras untuk membuat kelompoknya semakin besar dan berpengaruh. Sampai saat ini, Dark Bloods telah memiliki lebih dari Ratusan juta anggota, yang tersebar seluruh daratan Eropa. Bisa di bilang ... Aaron adalah penguasa daratan Eropa yang sesungguhnya. Menjadikannya kelompok Mafia terbesar di dunia saat ini. Ciri khas Dark Bloods adalah pakaian serba hitam mereka. Mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Itu artinya, anggota Dark Bloods harus memiliki rambut yang hitam. Mereka juga di tandai dengan tatto inisial DB, yang tentunya harus berwarna hitam di bagian punggung.

Dalam kelompok ini, Aaron membagi mereka dalam beberapa tim yang masing-masing memiliki perwakilan yang di percaya oleh Aaron dapat memimpin tim. Untuk hari ini, Aaron hanya mengundang beberapa tim saja. Karena ... tentu saja Mansion Aaron tak akan muat menampung ribuan bahkan ratusan juta anggota, bukan?.  Selain itu, mereka hanya mengadakan rapat kecil saja.

Aaron tak suka basa basi. Karena itu, ia lebih memilih untuk menunggu para perwakilan tim dalam sebuah ruangan yang di buat khusus untuk rapat. Desain yang lagi-lagi sesuai dengan selera Aaron, warna yang gelap.

Aaron memasang sorot wajah dinginnya saat para Mafioso yang merupakan perwakilan tim-nya mulai mengisi tempat di hadapan Aaron.

Karena melihat seluruh kursi telah terisi, Aaron pun segera memulai rapat mereka.

○○○

"Cam, aku ingin menanyakan sesuatu padamu" Sahut Alice yang sekarang sedang tengkurap dan menopang pipinya dengan kedua tangannya.

Camelia yang sedang merapikan kamar Alice pun menoleh,
"Tentu, nona. Silahkan"

"Sudah berapa lama kau bekerja disini?" Tanya Alice.

"Sekitar 5 tahun, nona" jawab sang pelayan.

"Waaah" Alice merubah posisinya menjadi duduk sekarang. Ia menatap Camelia antusias.

"Berarti kau tahu kakakku kan?" Tanya Alice dengan semangat. Mungkin, ia bisa mendapat informasi tambahan lewat Camelia.

Camelia menatap Alice bingung. Ia tidak mengerti siapa yang di maksud oleh Alice.

"Allura. Kau tau?" Tanya Alice yang menyadari kebingungan Camelia.

"Ah ya, nona Allura. Saya yang menjadi pelayannya saat itu" jawab Camelia setelah berusaha mengingat kembali.

"Syukurlah kau yang menjadi pelayannya" Alice tersenyum lebar.

"Nona Allura adalah saudara nona? Pantas saja wajah kalian mirip" Camelia menatap Alice takjub. Sejak melihat Alice, ia terlihat familiar. Ternyata karena Allura adalah kakaknya.

"Ya, kami memang terlihat mirip sekilas" Alice tersenyum tipis.

"Meskipun terlihat mirip. Nona memiliki kepribadian yang sangat berbeda dari nona Allura" sahut Camelia yang kembali bersih-bersih. Jika Allura selalu bersikap angkuh dan dingin padanyan, Alice justru memperlakukan Camelia layaknya teman.

Namun, ia menyadari perkataannya.
Lalu mulai merutuki mulutnya itu.

"Ma-maaf , nona. Saya tidak bermaksud" Camelia menunduk takut .

"Emm ya, tak apa Cam. Aku memang tidak dekat dengannya" Alice menyandarkan dirinya dan menghela nafas.

Sedari kecil, Alice ingin sekali dekat dengan kakak satu-satunya itu, seperti teman-temannya yang lain. Tapi, entah kenapa kakaknya selalu menjauhinya, tak mau bermain dengan dirinya. Sebenarnya apa salahnya?

"Lalu, bagaimana hubungan kakakku dengan Aaron?" Tanya Alice.

Camelia berfikir sebentar, berusaha mengingat.

"Yang saya tahu, tuan mencintai nona Allura. Tuan bahkan memberikan apapun yang nona Allura inginkan" jawab Camelia.

Alice tertegun. Entah mengapa ... ia merasa sakit? Oh ayolah, yang benar saja Alice!

"Tapi, semenjak nona Allura pergi, Tuan jadi sangat membencinya"

Alice menghela nafas,
"Kufikir, Aaron tidak benar-benar membencinya. Maksudku, ia pernah begitu mencintai Allura. Tidak mungkin kan kalau Aaron langsung membencinya begitu saja."

Ya .. seperti dirinya. Meskipun kekasih Alice di masa lalu meninggalkannya begitu saja, Alice bahkan masih merindukan lelaki itu. Alice adalah tipe gadis yang jika sudah jatuh cinta, susah untuk melupakan. Hal itu ia alami setahun yang lalu, tentunya, Alice sekarang telah move on.

Camelia menggeleng tidak setuju,
"Nona, saya memamg hanya pelayan disini. Tapi, yang saya tahu, tuan Aaron sangat benci dikhianati. Sekali di khianati, Tuan Aaron akan membenci orang itu. Termasuk Nona Allura"

Alice terdiam sesaat.

"Benarkah?"

Camelia mengangguk,
"Ya, Nona. Tuan Aaron bahkan berencana untuk membunuh nona Allura"

Alice terkesiap menyadarinya. Kembali tertampar kenyataan bahwa ia sedang berurusan dengan Mafia yang dapat membunuh keluarganya kapan saja. Tadi, ia telah mencoba membicarakannya pada Aaron. Tapi ... apakah Aaron akan menuruti permintaannya? Bagaimana jika Aaron benar-benar membunuh kakaknya?

"Mengerikan sekali. Aku kagum padamu yang bisa bertahan selama 5 tahun" gumam Alice menatap lesu ke arah jendela. Alice merasa sangat khawatir dengan keluarganya.

"Berurusan dengan Mafia memang tidak mudah , nona. Khususnya Dark Bloods. Mereka benar-benar menakutkan" Jelas Camelia yang kini telah duduk, beristirahat.

Alice menoleh padanya dan mengerutkan kening,
"Dark Bloods?"

Camelia mengangguk,
"Itu nama kelompok Mafia yang di pimpin oleh Tuan"

Alice hanya menggumam dan mengangguk mengerti. Lalu, kembali sibuk dengan fikirannya.

○○○

Aaron berdiri, diikuti oleh para Mafioso yang mengikuti rapat bersama Aaron. Mereka menunduk hormat pada Aaron.

"Baiklah. Untuk hari ini cukup. Pastikan kalian dan yang lainnya melaksanakan tugas kalian dengan baik"

Lalu, Aaron pun meninggalkan ruangan tersebut diikuti oleh Axel dan Marcell. Albert tetap tinggal untuk menemani para Mafioso sebagai perwakilan Aaron.

Ya. Axel, Albert, dan Marcell dapat dikatakan sebagai tim inti atau merupakan orang terdekat Aaron dalam kelompok Dark Bloods. Karena itu, mereka seringkali diminta Aaron untuk mewakili dirinya dalam berbagai Acara.

Aaron menuju ruang kerjanya. Ada hal yang harus ia kerjakan disana, tentang perusahaannya. Berprofesi sebagai CEO sekaligus pemimpin Mafia membuat Aaron sangat sibuk. Aaron .. cukup lelah.

"Aaron, kau ada pertemuan dengan para pemegang saham besok. Rapat itu sangat penting. Reline menelfonku" sahut Axel saat mereka telah berada di ruang kerja.

Aaron memutuskan untuk duduk di sofa dan menyandarkan kepalanya.
"Ya, beritahu dia aku akan ke kota besok" sahutnya yang di angguki oleh Axel. Axel segera menghubungi Reline.

Reline sendiri adalah sekretaris Aaron. Ia termasuk ke dalam daftar wanita yang sangat menginginkan Aaron. Reline sering sekali mencari perhatian Aaron saat sedang di kantor. Satu-satunya alasan Aaron mempertahankan Reline meskipun ia risih adalah kinerjanya yang baik.

Aaron adalah orang yang profesional. Tidak akan terlibat perasaan dengan rekan ataupun kliennya. Lagipula, ia merasa tidak tertarik pada Reline. Bahkan, sekarang ia merasa tidak tertarik lagi dengan perempuan malam yang sering Aaron temui.

Sejak Alice hadir dalam hidupnya, Aaron menjadi enggan untuk bermain wanita lagi. Karena .. ia fikir ia telah menemukan mainan baru.

Aaron tersenyum tanpa sadar saat membayangkan Alice yang pasti sedang kesal karena harus berdiam diri di kamarnya seharian.

"Apa kau tidak lelah? Kau memiliki dua jabatan sekaligus. Itu Sangat melelahkan" Marcell menggeleng tidak habis fikir pada Aaron. Sahabatnya itu, terlalu bekerja keras menurutnya.

Aaron tersenyum kecil,  menatap Marcell geli.
"Kau mencemaskanku?"

Marcell memutar bola matanya malas,
"Tentu saja. Aku adalah sahabatmu."

Aaron terkekeh. Melirik Marcell sekilas kemudian mengulas senyum. Meskipun ia kehilangan keluarganya, setidaknya ... ia masih punya sahabat yang peduli padanya.

Aaron memang lelah. Disaat seperti ini, ia membutuhkan perhatian. Aaron teringat ibunya. Dulu, saat ia lelah sepulang sekolah, mengerjakan PR, ibunya akan ada di sampingnya, mengelus lembut rambutnya, dan memberikan semangat.

Hal yang tak akan Aaron rasakan lagi saat ini. Tanpa sadar, ia merasa matanya yang memanas. Lalu memejamkan matanya. Menahan segala kesedihan dan bayang-bayang kematian ibunya yang terus saja menghantuinya.

Marcell yang menyadari perubahan ekspresi Aaron pun mendekat, menepuk-nepuk pelan pundak sahabatnya itu. Saat mengetahui masa lalu Aaron, Marcell jadi lebih mengerti sikap Aaron yang kadang membingungkan.

"Kau tidak sendiri, brother. Ada Axel, Albert, dan tentunya diriku" sahut Marcell tersenyum. Marcell tahu ini sangat menggelikan, tapi, ia ingin menunjukkan bahwa Aaron tidak sendiri, Aaron punya sahabat yang akan menemani dirinya dalam suka dan duka.

Aaron membuka matanya dan menatap Marcell. Ada seulas senyum kecil terbit di bibirnya,
"Kau terdengar menjijikkan"

"Aku tahu aku tahu" Marcell mendengus. Ia mengusap matanya yang entah mengapa ikut berair.

Axel dan Albert memasuki ruang kerja Aaron. Mereka terdiam bingung, Mengapa ada adegan mellow di hadapannya sekarang?

"Apa yang ku lewatkan?" Tanya Axel memilih duduk di samping Aaron. Diikuti oleh Albert yang duduk di dekat Marcell.

"Mengapa kau menangis, huh?" Tanya Albert merangkul bahu Marcell.

"Singkirkan tanganmu, bodoh. Aku tidak ingin dikira gay" Marcell menepis tangan Albert yang berada di pundaknya. Sedangkan Albert semakin mengeratkan rangkulannya, tertawa menggoda Marcell.

Aaron dan Axel yang melihatnya pun tertawa.

Aaron melirik sahabatnya satu persatu. Dalam hati, ia membenarkan perkataan Marcell. Ia tidak sendiri.

"Katakan, kenapa kau menangis huh? Kalau tidak aku tak akan melepaskanmu" sahut Albert.

"Aku hanya ... aku ingin kita tetap bersama. Melewati semua masalah dan kebahagiaan bersama-sama" Lagi-lagi, Marcell merasa mengatakan sesuatu yang menggelikan. Namun, itulah yang ia rasakan. Ia tidak ingin kehilangan sahabat-sahabatnya itu.

"Meskipun terdengar menggelikan. Aku ingin kita sahabat sampai seterusnya" sahut Marcell lagi saat melihat semua sahabatnya terdiam.

"Aku juga ingin .. kalian berhenti berfikir kalau kalian sendirian" lanjutnya lagi. Aaron tersenyum kecil.

Axel maju dan menepuk bahu Marcell pelan,
"Kita akan terus bersahabat sampai akhir hayat, benar kan?"

Albert mengangguk dan tersenyum.
"Benar sekali"

Aaron merangkul Marcell dan Axel yang berada di sisi kanan dan kirinya. Jadilah, mereka saling merangkul. Mereka pun tertawa. Tawa yang benar-benar bahagia.

Untuk sejenak, mereka melupakan masalah hidup mereka masing-masing. Marcell benar, mereka tidak sendirian. Mereka bersama untuk saling mendukung dan menguatkan.

Siapapun yang melihat mereka tertawa ceria saat ini, mungkin tak akan percaya bahwa mereka adalah seorang Dark Bloods, kelompok Mafia terbesar dan kejam yang tidak berbelas kasih.











-queenaars-

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 36.8K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1M 1.9K 17
WARNING!!! Cerita ini akan berisi penuh dengan adegan panas berupa oneshoot, twoshoot atau bahkan lebih. Untuk yang merasa belum cukup umur, dimohon...
2.9M 302K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
333K 26.2K 57
Elviro, sering di sapa dengan sebutan El oleh teman-temannya, merupakan pemuda pecicilan yang sama sekali tak tahu aturan, bahkan kedua orang tuanya...