JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK❤
HAPPY READING🔥
*****
Disebuah kamar bernuansa klasik dengan hiasan patung Serigala, terduduk seongok makhluk yang sedang menata baju beserta bingkisan untuk kekasihnya. Sebetulnya ia tak rela jika kembali berjauhan dengan gadisnya. Namun karena bujuk rayu ibu dan gadis itu, dengan berat hati ia mengizinkannya.
"Akhirnya selesai" ucapnya yang kini tengah terlentang ditempat tidurnya.
Dia memejamkan matanya sejenak. Guna menghilangkan rasa penat akibat membungkus berbagai hadiah untuk kekasihnya. Tiba-tiba pria itu merasakan ranjangnya bergerak. Seolah ada seseorang yang baru saja menaikinya.
"Sayang"
Tak ada sahutan. Dia membuka matanya dan terkejut dengan seseorang yang kini tengah menampilkan wajah bodohnya.
"Astaga! Darell !"
"Hai! Luc"
Lucas menipuk wajah Darell dengan bantal. Ia sangat kesal bercampur kecewa karena yang datang bukanlah matenya.
"Dimana Zwetta?" tanya Lucas kepada Darell yang kini tengah mengupil sambil menungging. Andai para wanita tau bagaimana sifat dibalik wajah rupawan seorang Darell. Mungkin seketika mereka akan merasa ilfill. Kecuali jika yang sudah buta dengan cinta seorang Darell.
"Mana aku tahu. Memangnya aku kakeknya?"
Lucas memutar bola matanya malas. Berbicara dengan Darell hanya akan menguras tenaga. Namun disaat Lucas sinkron dengan Darell, maka dunia ini akan tergoyang dengan gelak tawa dan tingkah konyol mereka.
Lucas menuruni ranjang. Berjalan menuju pintu dengan langkah kaki perlahan. Darell yang melihat Lucas beranjak lantas bertanya
"Kau mau kemana Luc?"
"Cari kecoa!"
Darell mengerutkan dahinya. Ia tak terlalu paham maksud Lucas.
"Bukankah disini sudah ada kecoa? untuk apa mencari lagi?" monolog Darell dikamar Lucas yang telah sepi. Hanya hembusan angin pembawa debu yang menjadi lagu kesunyiannya.
"Astaga! Darell kau sangat bodoh! tentu saja Lucas ingin mencari gadis es itu!"
"Hah, Kasian Zwetta disamakan dengan kecoa. Poor you ice girl !" Lanjut Darell yang masih bermonolog seperti orang gila. Setelah itu Darell bergegas meninggalkan kamar Lucas dan berniat menghampiri Ebert.
🐺🐺🐺🐺
Lucas tengah mencari Zwetta di setiap lorong dan ruangan Castle ini. Namun sudah 1 jam lamanya tidak ada tanda-tanda keberadaan Zwetta. Baunya pun juga tidak ada disekitaran Castle ini.
"Apa mungkin dia pergi kehutan? Tapi untuk apa?" batin Lucas yang sudah kelimpungan mencari Zwetta.
Lucas kembali melangkahkan kakinya. Entah mengapa perasaannya tidak enak. Kali ini ia melangkahkan kakinya menuju Hutan. Instingnya mengatakan bahwa matenya ada disana. Jika benar, maka matenya pasti dalam bahaya!
Lucas semakin dalam menuju hutan. Suasana juga semakin sepi dan mencekam. Tepat saat ia sampai diperbatasan ia mencium bau harum matenya.
"Kawasan rogue?"
Lucas nekat melewati perbatasan itu. Ia tidak ingin melihat matenya berpeluh darah. Cukup 1 kali ia bersikap bodoh. Jika nanti ia menemukan matenya dalam keadaan mati. Maka dia harus mati juga.
Lucas semakin dekat dengan tempat dimana terdapat bau harum matenya. Ia mempercepat laju jalannya. Tepat di bawah pohon yang rindang. Matenya sedang terduduk dengan tangan yang memegangi lengannya. Seakan tengah menahan sesuatu.
"Sa..."
Ucapan Lucas terhenti. Ia melihat rogue yang berjalan dengan air liur yang terus menetes membasahi daun yang terjatuh ditanah. Lucas tahu rogue itu mengincar matenya. Maka dari itu dia bergegas untuk menyelamatkan Zwetta.
Namun baru satu langkah ia beranjak dari tempatnya bersembunyi. Kini ia dikejutkan dengan aksi Zwetta yang dengan sekali layangan pisau tepat mengenai jantung rogue itu.
"Dimana dia belajar seperti itu?" batin lucas tak henti-hentinya dibuat bingung serta heran dengan Zwetta.
Zwetta bangkit dan menghampiri rogue itu yang kini tengah tersungkur menahan sakit dijantungnya. Ia menatap Rogue itu dengan remeh. Berdecih dan meludah tepat didepan rogue itu.
"Vampir saja bisa aku bunuh. Apalagi kau! kembarannya anjing. ya meskipun beda badan doang sih. Tapi tetap aja sama. NGGAK NGOTAK!"
Zwetta mengambil pisau yang satunya lagi. Ada 5 pisau yang selalu ia bawa. Dan itupun dari berbagai bentuk dan ketajaman. Ia mengambil pisau yang berukuran lumayan besar. Zwetta membelai pisau itu seolah-olah tengah mengecek ketajamannya. kemudian ia mengayunkan pisau besar itu ke udara mendaratkan tepat dikaki rogue itu.
"Aarrggg.....Aauuuuuu..hhrrr"
"Huh...suaramu sungguh jelek. Nyaring dan sangat memekakkan!"
Zwetta mengabaikan rintihan hewan berkaki empat itu. Ia terus beraksi hingga hasrat yang selama ini ia tahan terpenuhi dengan sempurna dan penuh kepuasan.
"Kau sangat jahat! lihatlah lenganku sobek karena kau! Apa kau ingin merasakannya juga?"
Rogue itu tak menghiraukan ucapan aneh zwetta. Ia hanya terfokus pada rasa sakit yang kini menjalar diseluruh tubuhnya.
"Diam,hmm? baiklah aku rasa aku tahu apa maumu!"
Dengan sekali tekan,pisau yang masih menancap didada rogue itu kini semakin dalam. Menarik dan mengoyak lah yang kini Zwetta lakukan. Berniat untuk melihat organ dalam dari rogue itu. ia menggunakan tangannya untuk membuka tulang yang melindungi jantung beserta organ disekitarnya.
Krek...
Suara tulang remuk terdengar syahdu ditelinga Zwetta. Ia semakin semangat untuk mematahkan tulang yang menghalangi organ dalam itu. Setelah terbuka dengan sempurna. Dengan kuatnya Zwetta menarik jantung yang bersarang ditubuh Rogue itu.
Seketika napas sang rogue tidak berhembus. Detak jantungnya juga telah terputus. Menyisakan limpahan darah yang mewarnai dedaunan kering dibawahnya.
"Oh tidak! kau mati? Yah padahal aku masih ingin menyiksamu" Sesal Zwetta yang mendapati Rogue itu tidak berontak kembali.
"Emm..tak apa. Aku akan bermain dengan jantungmu ini. Bentuknya lucu sekali hahahah"
Zwetta membelah jantung itu. Seakan sebuah cake dengan isian selai strawberry. Tak hanya itu dia juga mencium aroma darah yang mengeruak. Padahal diwajahnya saat ini penuh dengan darah yang begitu kental dan pekat.
"Ahh inilah surga! Darahmu sungguh segar! jantungmu juga sangat bagus. Apa aku jual saja ya? buat ganti jantung manusia yang aku rengut hihihi"
Tawa kembali mengelegar. Memenuhi hutan belantara ini. Zwetta terus mengiris dan mencincang bagian lain dari tubuh rogue itu. Saat tepat dimatanya. Zwetta menusuk dengan pisau buah yang lebih kecil dari sebelumnya. Cairan dari mata itu menceruat mengenai wajah Zwetta. Ia tertawa renyah. Bahkan tawanya saat ini seperti tak ada beban. Begitu tulus dan penuh kegembiraan. Seperti anak kecil yang sangat senang saat bermain air.
"Uhhh matamu tak seindah mata Lucas. Oh astaga! tentu saja. Didepanku ini hanya binatang menjijikkan yang dapat menganggu pack Lucas. Berbeda dengan Lucas yang tampan dan sebersih malaikat!"
Zwetta terhanyut dalam kegiatan menjahitnya. Ia memasang kembali jantung itu dan menjahitnya sedemikian rupa. Seolah dirinya adalah ahli bedah yang profesional.
Namun tanpa ia sadari ada sepasang mata yang menatapnya dengan penuh kebencian dan merasa terluka atas apa yang Zwetta lakukan.
TO BE CONTINUE
Penasaran?
Ikuti kelanjutan cerita ini di chapter berikutnya❤
Jangan lupa vote
Salam manis dari aku yang sedang rebahan😋
6 Oktober 2020