Perfect | Hhj ✔

By aeanakim-

123K 28.9K 5.5K

Kusam, butek, jerawatan, pendek, perut maju, padahal badan kurus. Pokoknya gue enggak banget! Tapi kenapa gue... More

intro
01 (new chapter)
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46

34

2K 558 72
By aeanakim-

Sylvia tidak bisa berhenti menangis, malah semakin menjadi, sampai ia tidak bisa melanjutkan makannya, dan meletakan sendoknya, karena kedua tangannya ia gunakan untuk menutupi keseluruhan wajahnya.

Christ bangkit berdiri, ia mencuci tangannya sejenak, sebelum berdiri di samping Sylvia, meraih bahunya, dan membiarkan gadis itu bersandar di perutnya, dengan ia mengusap-usap bahu Sylvia untuk menenangkannya.

"Kalau dia emang mau pergi... hiksh, tapi dia gak mau bilang mau kemana... dia gak mungkin pergi yang jauh...," gumam Sylvia disela isakan tangisnya, "Gue takut dia beneran pergi... gue sayang banget sama dia,"

"Siapa sih orangnya? Coba kasih tau gue dah. Kalau perginya mau mati gak akan gue hajar, tapi kalau dia perginya mau ke suatu tempat, biar gue hajar,"

Sylvia memukul perut Christ, sembari mengangkat kepalanya.

"Mau ngapain dihajar?" seru Sylvia.

"Ya, biar dia gak jadi pergilah, gimana sih?" respon Christ.

"Gak ngaruh, lagian dia kemaren baru dihajar habis-habisan sama orang. Enak aja mau Lo hajar lagi. Jangan dikit-dikit main kekerasan," kata Sylvia.

Christ mengambil tisu yang ada di atas meja, kemudian mengelap air mata sampai ingus Sylvia. Sylvia tentu saja terkejut diperlakukan seperti itu, dan hanya bisa menatap Christ dengan kening mengkerut.

"Ish, emang gue anak kecil?" gerutu Sylvia kemudian, saat menyadari tindakan Christ padanya seperti ke anak kecil.

"Lah, emang," ucap Christ, sembari menjauh dari Sylvia, dan kembali ke tempat duduknya.

"Enak aja, gue udah dewasa!" seru Sylvia tak terima.

"Syl, namanya orang itu bakal datang dan pergi, kalau udah pergi ya udah relain aja," ujar Christ.

"Mana bisa kayak gitu,"

"Lo gak terima sama kepergian orang itu, karena pasti berharap bisa sama orang itu selamanya. Padahal ya gak bisa, banyak alesan buat orang itu bisa pergi, entah punya kesibukan sendiri, mati, atau emang pengen pergi gitu aja, kayak bonyok gue," papar Christ.

"Nyokap sama bokap gue sampe sekarang masih bareng-bareng kok," gumam Sylvia.

"Umur gak ada yang tau," timpal Christ.

"Lo nyumpahin orang tua meninggal?"

"Enggak! Gue sekarang ngomongnya realistis aja,"

"Tapi emangnya Lo bisa relain kepergian temen Lo gitu aja? Pasti enggak kan?"

Christ mendengus, "Gue bisa, orang udah biasa ditinggalin. Emang gue suka ngejar-ngejar orang yang pernah jadi 'temen' gue, tapi bukan karena keinginan gue sendiri,"

"Terus?"

"Udahlah, Lo gak akan ngerti,"

Sylvia mendengus, ia sebenarnya mengerti. Maksud Christ 'teman', pasti anggota gengnya.

"Tapi berkat Lo gue memutuskan buat berenti ngejar-ngejar temen-temen gue itu. Capek juga sih, mereka gak akan pernah balik juga," tutur Christ.

'Yang dikejar-kejar gak cuman om Hyunjin, toh,' batin Sylvia.

"Emangnya gue ngapain?" tanya Sylvia.

"Gara-gara omongan Lo pas di koridor rumah sakit," jawab Christ.

"Cuman yaa... gue harus terima konsekuensinya sewaktu-waktu," gumam Christ.

"Konsekuensi gimana?" tanya Sylvia.

"Konsekuensi karena gak bisa mertahanin temen-temen gue,"

"Hah? Bahaya konsekuensinya?"

Christ tidak langsung menjawab, ia melirik Isabel sekilas, kemudian menghela napasnya.

"Heum, lumayan, tapi... gue bakal berusaha ngelindungin diri gue sama Isabel. Ah, aduh, sorry gue malah ngomong yang gak jelas, Lo pasti bingung,"

Sylvia hanya membalasnya dengan senyuman samar. Tidak, ia sama sekali tidak bingung. Ia mengerti maksud Christ.

"Jadi Lo maunya gimana sama temen Lo itu?" tanya Christ.

"Entahlah, kalau dia emang mau pergi... mau gimana lagi? Gue gak bisa nahan, meskipun gue emang gak terima, hah... bingung," ucap Sylvia sembari mengusap wajahnya.

"Habisin aja waktu Lo sama dia, selagi dia masih ada sekarang," kata Christ.

"Tapi please doain biar temen gue itu gak pergi kemana-mana," pinta Sylvia.

"Gue gak punya Tuhan," Christ berkata demikian dengan santai, padahal yang mendengar tentu saja shock.

"Hah? Tapi nama Lo?"

"Itu cuman nama doang, bonyok yang ngasih."

Christ mengambil minuman sodanya kemudian meminumnya dengan cepat. Sepertinya Christ langsung jadi sensitif kalau membahas sesuatu yang berhubungan dengan orang tuanya.

•••

Pintu dibuka, Sylvia pun masuk ke dalam kamar inap Hyunjin dengan langkah pelan. Ia terdiam sejenak di depan pintu, melihat pria berambut panjang dengan warna terang yang tampak halus, tengah memunggunginya. Ia berdiri di depan jendela, dan berdiri menggunakan bantuan kruk.

Menyadari ada yang datang, Hyunjin menolehkan kepalanya ke belakang, kemudian tersenyum saat melihat Sylvia.

Sylvia balik tersenyum sembari menutup pintu kembali.

"Lama banget," ucap Hyunjin.

"Tadi soalnya Isabel mau main, jadi lama. Oruang tua Om tadi habis dari sini?" ujar Sylvia.

"Udah dari dua jam yang lalu pergi," jawab Hyunjin, "Lo bawain sesuatu gak buat gue? Pengen ngemil,"

"Burger, paketan sama susu, terus cemilan-cemilan kecil," kata Sylvia, sembari meletakan kantung plastik yang ia bawa di meja.

"Lo bisa santai sama Christ?" tanya Hyunjin sembari berjalan ke kasur, kemudian ia duduk di pinggirnya.

"Bisa," balas Sylvia, "Dia gak buruk-buruk banget,"

Hyunjin mengerucutkan bibir, "Jangan-jangan Lo jadi suka sama dia, ya?"

"Yaelah, punya hubungan baik sama lawan jenis, belum tentu ada rasalah," ucap Sylvia.

"Tapi gue penasaran sih, kalau kayak Christ gitu, berarti gak bisa berkeluarga dong? Mana ada cewek yang mau sama anak geng motor kan? Pekerjaannya gak jelas, kalau ada sesuatu, keluarganya bisa-bisa diincer, kayak yang Om alamin," ujar Sylvia.

"Sebenernya kalau dia udah masuk penjara, dia bisa dianggap bukan anggota lagi, dan gak akan diincer, cuman masih dipantau dan dikasih ancaman, takut tiba-tiba dia lapor kan. Ancamannya ya keluarganya. Kalau mau masuk lagi bisa, tapi gak boleh keluar, kalau sampe masuk penjara lagi, pas dia keluar penjara, bakal dihabisin. Itu berlaku buat geng gue, gak tau kalau geng lain gimana," celoteh Hyunjin.

"Ah, ngeri ya," gumam Sylvia.

"Kenapa? Lo mau berkeluarga sama dia?" sahut Hyunjin sinis.

"Ck, apaan sih?" decak Sylvia, "Tapi kalau iya, kenapa?"

Hyunjin seketika menatap tajam Sylvia.

"Yaa... gimana ya, gue terenyuh gitu liat dia sayang sama adeknya, padahal adek tiri loh, tapi dia sayang banget. Terus dia ternyata gak seburuk yang gue pikirin, jadi-," kalimat Sylvia terhenti karena Hyunjin tiba-tiba berdiri sembari mendekatkan tubuhnya pada tubuh Sylvia.

Sylvia mendengus, "Lagian Om kalau cemburu suka aneh-aneh aja ngomongnya,"

"Siapa yang cemburu?" dengus Hyunjin..

"Bisa-bisanya gitu ngebantah. Mau burgernya gak? Kalau enggak gue yang makan,"

"Nanti aja, udah gak mood,"

"Kesel dibikin sendiri," gumam Sylvia sembari membuka kantung plastik untuk mengeluarkan beberapa cemilan.

"Mau lanjutin nonton drama Korea yang kemaren gak? Tapi sekarang nontonnya di TV, sama papa udah dipindah ke flashdisk," ujar Hyunjin.

"Heumm," respon Sylvia singkat.

"Kok jadi Lo yang ngambek sih?"

"Siapa yang ngambek? Mana flashdisk- nya? Biar gue pasangin,"

"Udah dipasangin kok sama papa, kita tinggal nonton,"

Hyunjin naik ke atas ranjang, kemudian menepuk tempat kosong di sebelahnya. Sylvia pun naik dan duduk di samping Hyunjin, sembari meletakan cemilan di depan mereka.

"Gimana kerasanya badan Om sekarang?" tanya Sylvia, saat Hyunjin sedang menyalakan TV menggunakan remote.

"Udah mendingan, kata dokter badan gue cepet pulihnya, besok udah boleh pulang," jawaban Hyunjin, sukses membuat senyuman lebar merekah di wajah Sylvia.

"Tapi gue gak mau jalan-jalan sebelum Om bener-bener sembuh," kata Sylvia.

"Lah, kok gitu?"

"Gue maunya Om sembuh total dulu, baru kita jalan-jalan,"

Hyunjin mengerucutkan bibirnya.

"Kita bisa main di rumah, masak mie, nonton drama atau anime, gambar, baca buku, banyak kan kegiatan yang bisa dilakuin di rumah?" tutur Sylvia.

"Iya sih, yang penting sama Lo. Tapi kenapa harus masak mie?"

"Karena itu makanan terenak sedunia,"

"Bilang aja itu yang paling bisa Lo masak,"

Sylvia memajukan bibir bawahnya, "Huh, bisa kok masak yang lain."

Hyunjin terkekeh, kemudian mengacak rambut Sylvia.

Sylvia tiba-tiba menyandarkan kepalanya pada bahu Hyunjin, membuat Hyunjin tersentak kaget awalnya, namun ia kemudian mengangkat sebelah tangannya untuk merangkul Sylvia.

Hyunjin tiba-tiba teringat, dengan chatnya bersama Christ semalam.

From: Christ
Gue sekarang udah gak mau ganggu Lo lagi. Lo sendiri tau itu gak seratus persen keinginan gue, bukan karena atasan gue juga sih, karena mereka belum tau Lo. Tapi kita itu harus solid, ngerti lah maksud gue. Banyak anggota yang gak terima Lo keluar,

To: Christ
Apa yang bikin Lo tiba-tiba berubah pikiran?

From: Christ
Gak usah tau,

To: Christ
Oke,

'Gara-gara Sylvia kah?' pikir Hyunjin kala itu.

From: Christ
Tapi bukan berarti Lo bisa tenang, Ezra bakal ngincer Lo. Dia gak akan segan bunuh Lo, jadi hati-hati,

To: Christ
Iya, gue udah feeling dia bakal kayak gitu, makanya gue mau pergi.[]

lebih suka gif ini atau yg item?

Maaf ya gue upnya gk cepet kayak kemaren2, ada kalanya gue capek, jd on off gitu semangetnya mau nulis

Continue Reading

You'll Also Like

3.5K 404 18
Eunsoo berkenalan dengan orang asing lewat jejaring sosial ber-username Yichan selama setahun belakangan tanpa bertemu sama sekali. Gadis itu sering...
30.4K 1.2K 10
cerita perjuangan seorang perempuan yang ingin memilki tubuh ideal. ini adalah kali pertama ia melaksanakan diet. dengan bantuan orang yang bahkan ia...
82K 7.9K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
1.7M 304K 122
☾ Ft. Lee Eunsang ヾ2O19 ☽ Suka sama orang yang udah punya pacar, salah gak sih? 𝘤𝘤 : 𝘴𝘬𝘢𝘵𝘦𝘩𝘰𝘰𝘯