RAJAWALI

By Mutiarrada

8K 804 1.3K

Rajawali Ken Ahansa, cowok tampan yang menjadi buronan para cewek di SMA Perwira. Jabatannya sebagai ketua ge... More

1. Rajawali Ken Ahansa
2. Salwa Mauliya
3. Menyesal
4. Lawan Balik
5. Jumpa
6. Heboh
7. Melindungi
8. Damai
9. Tidak Peduli
10. Pagar Sekolah
11. Tamu Tak Diundang
12. Upacara
13. Selesai Upacara
15. Sang Pemimpin Bridal
16. Rumah
17. Kotak P3K
18. Hai Salwa
19. Halo Alita
20. Makan Bareng
21. Ajakan Salwa
22. I Need You
23. Misi
24. Ditembak Ketua Regaz
25. Yes or No
26. Awal Bersamamu
27. First Kiss

14. Kata Biaana Aneswara

189 24 25
By Mutiarrada

Dua hari berlalu setelah Rajawali meminta maaf pada Salwa, sampai sekarang mereka belum bertemu kembali. Jika pun berpapasan, entah mengapa Salwa seperti menghindari Rajawali. Membuat cowok itu tidak ada celah untuk sekadar menyapa.

Rajawali merasa bingung. Seharusnya kalau Salwa sudah memaafkan, tidak mungkin bersikap seperti ini. Apa mungkin sebenarnya Salwa masih marah? Tetapi, kesalahan mana lagi yang Rajawali lakukan?

Memikirkan hal itu, membuat Rajawali berkali-kali mengusap rambutnya gusar. Sekolah pun rasanya tidak bersemangat. Padahal alasan akhir-akhir ini cowok itu rajin sekolah, karena ingin melihat Salwa.

"Woi! Ngelamun aja lo," ujar Anwar menepuk bahu Rajawali keras, membuat cowok itu terkejut.

Rajawali menatap Anwar kesal. "Ganggu aja lo, pergi sana."

"Idih, kesambet baru tau rasa lo. Banyak Mbak Kunti tau. Ikut ke kantin aja yok?"

"Duluan aja, gue mau ketemu seseorang dulu."

"Tjieee. Makan samyang sama tempe, ada yang lagi pedekate." Ucup lalu menggiring teman-temannya keluar kelas. "Rajawali, lagi butuh privasi, ayo kita pergi."

Tidak selang lama, Rajawali juga keluar kelas. Membuat para cewek langsung menyapa, dengan ramah Rajawali membalas sembari menarik kedua sudut bibirnya ke atas.

°°°°

"Sal, Sal, gimana? Berhasilkan rencana gue?"

"Mungkin. Tapi bukannya aku jadi keliatan jahat, ya, Bi? Menjauhi seseorang tanpa sebab."

Bia menghela napas. "Ada sebabnya dong. Seenaknya aja tuh Raja Hutan ngakuin lo sebagai pacar, lalu beberapa hari kemudian bilang cuma mau ngelindungin lo. Ini hati Bray, bukan layangan yang bisa tarik ulur sembarangan."

"Itu bukannya lirik lagu, ya?" tanya Salwa sambil terkekeh.

"Ishhh, ngerusak aja lo." Sejenak Bia meminum air dari botolnya. "Lagian gue seneng banget liat Raja Hutan yang tampan itu uring-uringan."

"Gitu?" Salwa hanya merespons singkat. Fokusnya masih pada buku yang sedang dibaca.

Bia beranjak duduk di depan meja Salwa sambil membawa semua jajanannya. "Iyalah. Gue heran banget deh, si Raja Hutan kan jago berantem, kenapa waktu itu enggak baku hantam aja? Bukannya bersembunyi di balik kalimat dusta."

"Najis. Beralasan dalam rangka melindungi. Raga lo emang terlindungi, tapi apa kabar dengan hati?"

Salwa diam tidak menimpali. Cewek itu lebih memilih mendengarkan luapan emosi Bia.

"Tapi sekarang gue jadi yakin, tuh cowok suka sama lo, Sal."

Salwa melototkan mata. "Kalau ngomong jangan asal."

"Gue mah bicara fakta kali, kalau enggak suka ngapain dua hari kemarin nyariin lo?"

"Mungkin emang ada kepetingan."

"Enggak. Pasti karena rindu. Ah, untung lo ngikutin saran gue tetep jauhin Raja Hutan. Biar dia ngerasain beratnya rasa rindu."

Bia membuka janjanan kembali. Sudah tiga bungkus habis dengan waktu cepat. "Sal, ini dong ikut makan. Sayang kalau enggak habis."

"Yakin enggak habis sendirian?"

"Habis sih, perut gue masih longgar untuk menampung lima bungkus makanan lagi," balas Bia menyengir kuda.

Salwa hanya menggeleng-geleng kepala.

"Bi, kalau Rajawali tiba-tiba dateng te-"

"Jauhin, Sal. Inget, ya! Lo gak boleh deket-deket Rajawali dulu. Gue mau liat sebesar apa perjuangan sang pemimpin Regaz yang selalu dipuja-puja siswi Perwira."

Bia meletakan janjannya di meja. Lalu menatap Salwa intens. "Setelah gue amati dan cermati. Ternyata Raja Hutan itu kejam, mainin perasaan cewek. Jadi lebih baik lo jauh-jauh aja. Emang ganteng, tapi kalau nyakitin mulu kan yang ada makan ati tiap hari."

"Kamu kan belum tau Raja gimana aslinya."

"Dari awal aja udah gini, ya jelas akhirnya gitu. Gak perlu tau-tau banget, gue udah bisa nebak. Lupa? Gue itu cenayang kelas kakap."

Jika untuk gibah, Bia pasti bersemangat. Sekarang saja cewek itu tidak sadar suasana kelas tiba-tiba hening. Bia terus melontarkan kata demi kata yang mengungkapkan keburukan Rajawali.

Salwa mencoba memberi kode lewat mata agar Bia diam.

"Mata lo kenapa, Sal? Mau keluar, ya? Gara-gara saking muaknya sama Rajawali? Gak heran, gue juga muak banget," ujar Bia disertai kekehan. "Ah, dasar Rajawali jelek, gak ada otak, gak ada akhlak. Kalau tuh cowok ada di sini sekarang, gue tendang dah. Dia pikir gue takut? Enggak, seorang Biaana Anes-"

Deheman seseorang di belakang Bia, membuat aksi menghujatnya berhenti.

"Jadi enggak takut sama gue?"

Bia menelan saliva-nya susah payah. Dia paham betul suara itu. Mampus! Ya Tuhan, semoga ini hanya mimpi, gue enggak mau berurusan sama Rajawali.

Perlahan tapi pasti, Bia membalikan tubuhnya. Ketika melihat cowok berperawakan tinggi yang tadi sedang dibicarakan, membuat Bia menyengir kuda tanpa merasa berdosa.

"Eh, Rajawali ...," sapa Bia memberanikan diri. "Udah lama berdiri di sini?"

"Iya, selama lo ngomongin gue. Tau enggak? Kaki gue sampe pegel nungguin lo selesai menceritakan keburukan orang."

Sekali lagi, Bia menelan saliva-nya susah payah. Rasanya sekarang juga dia ingin hilang dari bumi. Jantungnya berdetak begitu cepat, membuat Bia semakin panik.

"Katanya mau nendang gue? Gak jadi?"

"Gue kan baik, masa iya nendang orang yang enggak bersalah."

"Beneran lo baik?" tanya Rajawali dingin. Bia hanya mampu menganggukkan kepala. "Kata Biaana Aneswara, menjauhi seseorang itu baik?" tanya Rajawali lagi sembari menatap tajam lawan bicaranya.

Spontan Bia menjawab, "Baik, karena seseorangnya itu lo." Seakan sadar kata-kata yang dilontarkan salah, Bia bertambah panik. "Ma-maksud gue bukan gitu."

"Terus gimana?" Rajawali mengangkat sebelah alisnya. "Jadi lo biang keroknya?"

Bia lebih memilih diam, karena begitu takut.

"Cih. Mendadak bisu? Tinggal jawab aja gak bisa." Rajawali menarik lengan baju Bia, lalu menyeretnya keluar kelas. "Sal, gue pinjem bentar temennya, mau direhab dulu mulutnya. Biar enggak asal bacot."

Salwa mematung di tempat. Untuk menolong pun dia tidak bisa. Ya, akhirnya membiarkan Bia dibawa. Salwa hanya berharap semoga Bia baik-baik saja.

Sepanjang jalan Rajawali dan Bia menjadi pusat perhatian dan pergunjingan. Hal itu sama sekali itu mengusik Rajawali. Dia tetap menyeret Bia sampai akhirnya berhenti di belakang gudang.

Tubuh Bia bergetar, matanya mulai berkaca-kaca. Bia berusaha keras menahan. Kalau sampai jatuh setetes saja di depan Rajawali, itu sangat memalukan. "Lo mau ngapain bawa gue ke sini?"

Rajawali menyeringai. "Lo takut? Kayaknya tadi lo enteng banget bilang enggak takut sama gue."

"Itu waktu gue enggak sadar." Bia meremas roknya. Keringat dingin mulai mengalir. "Gue minta maaf, beneran deh gue cuma bercanda. Jangan apa-apain gue, Raj."

"Najis gue apa-apain lo."

Bia mendengus kesal saat mendengarnya.

"Santai, Bi. Gue mau maafin, asal lo mau bantu gue."

Dengan cepat Bia mengangguk. Rajawali pun mulai membisikan permintaannya pada Bia.

"Lo lagi enggak main-main, kan?" tanya Bia sinis.

"Enggak."

"Oke, asal lo juga mau bantu gue."

Tanpa menunggu respons Rajawali, Bia sudah mulai berbisik di telinga. Baru beberapa kata, Rajawali lebih dulu memotong.

"Enggak. Gue gak mau," protes Rajawali tegas.

"Ya udah, gue juga gak mau bantuin lo," ujar Bia kesal.

Rahang tegas Rajawali mengeras. "Gue enggak bisa, yang lain aja."

"Ya udah, babai." Bia berjalan meninggalkan area gudang sekolah.

"OKE, GUE USAHAIN."

Seketika Bia mematung di tempat karena terkejut. Belum lagi tiba-tiba bahunya ditabrak Rajawali yang berjalan melewatinya. "Dasar Raja Hutan jelek," teriak Bia misuh-misuh.

Rajawali membalikan badan. "Satu lagi, kalau punya mulut dijaga! Gue lakban baru tau rasa lo," ujarnya penuh ancaman. "Lagipula lo katarak? Muka ganteng gini dibilang jelek. Dasar cewek enggak waras."

Bia tidak menghiraukan, dia malah tersenyum-senyum sendiri karena Rajawali menyetujui permintaannya. Mungkin mulai saat ini Bia akan berteman baik dengan Rajawali.

Anwar Andeskar: Ja, Bridal nyerang kita lebih awal.

****

Continue Reading

You'll Also Like

887K 63.7K 62
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
499K 37.6K 44
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...
681K 19.9K 40
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...
1M 19.5K 46
Gadis cantik yang masih duduk di bangku SMA terpaksa menjalankan misi misi aneh dari layar transparan di hadapannya, karena kalau tak di jalankan, ma...