Purple Line (TAEKOOK)

By fhiet_hyun

161K 14.5K 999

Apa itu cinta ? Apa itu takdir ? Sebuah benang yang terus terulur menuju pada duniamu, meski pada kenyataanny... More

Prolog
Chapter 01
Chapter 02
Chapter 3
Chapter 4
Mau Tanya
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 09
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 16
IF YOU
Chapter 17
QnA
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
I'M BACK
Chapter 21
Chapter 22
Jadi gini....

Chapter 15

4.1K 449 24
By fhiet_hyun

Happy reading..






Seharusnya pagi ini menjadi pagi yang indah bagi Kim Taehyung, tapi nyatanya tidak. Pertengkarannya dengan si pria Jeon menjadikannya hampir lepas kendali.

Dan ini untuk pertama kalinya.

Taehyung memijit pelipisnya, berusaha menghilangkan pening yang membuat kepalanya seakan berputar.

Dia begitu khawatir, kenapa Jungkook bahkan tidak mau mengerti ?

Lagi-lagi helaan nafas panjang terdengar.

"Isajangnim, waktunya anda bertemu dengan perwakilan perusahan Changsa Group menggantikan jadwal Kim Daehyun Sajangnim." Suara Nicole sekretaris ayahnya terdengar dibalik pintu setelah sebuah ketukan terdengar.

Taehyung memejam mata sembari lagi-lagi menghela nafas kemudian bangkit dari duduknya sembari menjawab.

"Ya, aku akan bersiap."

//

//

Pada siang yang padat dimana banyak orang yang kelaparan setelah jam padat dengan tumpukan kegiatan memilih segera mencari tempat nyaman untuk sekedar mengisi perut yang keroncongan.

Disana, disalah satu restoran yang tak jauh dari gedung kantornya terlihat Jimin dan Jungkook duduk berhadapan dalam satu meja dengan beberapa menu yang telah terhidang diatas meja persegi di ujung ruangan berjendela kaca lebar.

"Kook, kau tau kan maksud Taehyung bukan begitu." Jimin menatap lamat-lamat manik sang sahabat.

"Tapi aku tidak suka dikekang Jim, dan kau dengar sendiri apa yang dia katakan kan ? Itu menyakitiku, apapun itu aku juga menyangi anakku." Jungkook bersuara dengan kerut dahi yang terukir begitu kentara.

"Taehyung tadi emosi karena dia khawatir, kandunganmu lebih lemah dan itu adalah kekhawatiran Taehyung."

Jungkook menghela nafas, memainkan sumpit yang ia pegang sekedar mengacak makanan diatas piringnya tanpa minat.

"Aku takut Jim__" Suaranya melemah hampir seperti bisikan.

"Takut ? Kenapa ?" Menjadikan Jimin semakin tak habis pikir.

"Bagaimana jika suatu hari nanti dia berubah pikiran ? Lalu meninggalkan dia karena Taehyung belum merasa siap. Dia bahkan belum dua puluh Jim." Raut si Pria Jeon begitu pias, kekhawatiran begitu membelenggunya dan Jimin paham betul bahwa seseorang yang tengah mengandung memiliki perasaan yang amat sangat sensitif.

"Kook dengarkan aku." Jimin menggeser kursinya sekedar semakin merapat pada meja, menjadikan fokusnya hanya pada sahabatnya yang kini diselimuti mendung, menghiraukan makan siang yang bahkan tak terlihat lezat dengan percakapan ini.

"Aku amat sangat mengenal Taehyung, dia meskipun bocah belum genap dua puluh tapi dia tau dengan pasti apa yang dia ucapkan, apa yang akan dia inginkan. Dia terdidik seperti itu, secara naluriah sebuah tanggung jawab adalah hal utamanya. Dan jangan lupakan cintanya Jungkook, dia mencintaimu."

Jimin menghela nafas entah kesekian kali untuk hari ini.

Jungkook terdiam tanpa ada tanda-tanda ingin menyahut, menjadikan Jimin mendadak pusing.

"Kim Taehyung itu akan sangat protektif dengan apa yang sudah menjadi miliknya, dan itu kau Jungkook, apalagi sekarang ada bayinya didalam perutmu. Kau kira semudah itu dia mencampakan kau dan anakmu hanya karena dia merasa bosan begitu ? Kook, kau tidak mengerti apa yang Taehyung rasakan." Suara frustasi pada Jimin begitu kentara, bagaimana bisa sahabat kolotnya sebatu ini.

Sedangkan Jungkook tetap bertahan pada diamnya, otaknya serasa buntu begitu saja. Karena nyatanya ketakutan itu terlalu membelenggunya, hingga menutupi apa yang sebenarnya didepan mata.

Ya, Jeon Jungkook memang sepayah itu soal cinta.

"Sebentar, aku terima telfon dulu." Suara Jimin menginterupsi, Jungkook hanya mengangguk mengiyakan. Membiarkan sahabatnya itu menjauh dari kursinya dan menghilang pada balik pintu diujung sana.

Sebenarnya Jeon Jungkook bahkan enggan peduli, karena lagi-lagi otaknya terlalu macet untuk segala hal pada sekitarnya. Hingga satu sapaan menyapanya, menjadikannya menoleh hanya untuk sekedar membeku pada tempatnya.

"Jungkook ? Benar ini kau ?"




//

//


"Dimana dia ?" Taehyung menyapa, menatap Jimin yang sudah menunggunya pada pintu masuk restoran yang Jimin datangi bersama pujaan hatinya.

"Dia masih didalam, kau tau dia pucat sekali, tidak nafsu makan dan yahh semuanya membuat dirinya kacau." Jelas Jimin.

Taehyung mengangguk mengerti, kemudian mengikuti langkah Jimin memasuki area restoran tersebut.

"Dia sensitif Tae, jadi aku harap kau bisa lebih hati-hati kalau bicara sesuatu. Bagaimanapun dia sedang hamil dan itu berpengaruh sekali dengan mood-nya."

Ketika keduanya hampir dekat dengan meja dimana Jungkook berada, langkah Taehyung seketika membeku kala satu pandangan menyapa indranya. Menjadikan Jimin mengerut dahi pada pergerakan Taehyung yang tiba-tiba berhenti hingga netranya mengikuti pada satu arah dimana menjadi fokus si pemuda Kim yang membeku.

Disana, ditempat Jimin tadi duduk berdua bersama sang sahabat kini telah diduduki oleh pria lain yang sialnya terlampau Jimin hafal.

"Shit, bajingan itu." Gerutu Jimin dengan raut yang kentara tak suka.

"Siapa ?" Bahkan netranya enggan lepas pada satu adegan dimana telapak Jungkook digenggam begitu halus oleh pria lain yang kini duduk dihadapan pujaan hatinya.

"Mantan sialan Jungkook." Jawaban Jimin cukup menjadikan raut Taehyung mengeras.

Langkahnya begitu pasti, hingga tepat saat dirinya berhenti dan berdiri diantara keduanya yang terpisah satu meja. Netranya sama, masih tertuju pada Jungkook yang kini mendongak dengan raut terperangah.

"Kenapa tidak makan dengan benar ?" Tanyanya, menghiraukan satu intensitas yang menatapnya terganggu.

"A-aku tidak lapar." Suara Jungkook bahkan bergetar.

"Kau harus makan, ayo cari tempat yang lebih nyaman." Dan saat uluran tanganya terjulur pada si pria Jeon yang menatapnya, hingga sebuah suara pada akhirnya menginterupsi pergerakannya.

"Kook, kukira kau sendirian."

Menjadikan Jungkook mengalihkan atensi sekejap sebelum kembali menatap Taehyung yang kini menatap terlampau datar pada sosok pria matang dihadapannya.

"Seingatku, bahkan saat kau tiba pun dia tidak sendirian. Ada makhkuk hidup lain yang akan selalu bersamanya. Jadi ?"

Pria tersebut mendengus.

"Kau bukan bocah yang tersesat kan ?"

Taehyung terkekeh samar, kembali mengulur tangan kemudian perlahan membimbing Jungkook sekedar berdiri disisinya sembari menggenggam pada satu telapak Jungkook yang berkeringat dingin.

"Hanya orang dengan pemikiran sempit yang memandang seorang bocah yang kau maksud begitu remeh."

"Tidak perlu menjadi berumur hanya untuk berpikir lebih rasional." Dan satu smirk Taehyung ukir sebelum akhirnya beranjak dengan satu rengkuhan pada tubuh Jungkook yang patuh menyamankan langkah.

"Jungkook, bagaimanapun kita harus berbicara. Aku akan menemui lagi."

Menjadikan Taehyung kembali menghentikan langkah, memutar separuh tubuhnya hanya untuk menyahut dengan suara begitu datar.

"Jangan pernah berpikir untuk melakukan keinginanmu pada Jungkook-ku." Hingga menjadikan Taehyung kembali melangkah menuju pintu keluar dan kembali bersitatap pada Jimin yang sedari tadi memperhatikan dari jauh.

Dan satu anggukan Jimin berikan setelah bersitatap dengan netra Taehyung sebelum akhirnya Taehyung menghilang sepenuhnya dibalik pintu, membawa Jungkook pergi bersama tatapan emosi pada sosok pria yang masih menginvasi tempat duduk yang seharusnya menjadi hak Jimin untuk duduk.

Jimin mendekat sembari mengukir senyum, senyum mencemooh.

"Kukira kau masih punya malu sekedar bertemu dengan sahabatku, ternyata tidak." Jimin menggeleng dramatis.

"Kau tidak berhak ikut campur urusanku Park Jimin." Desisnya.

Jimin terkekeh sembari menyugar surainya kebelakang seketika merubah raut wajahnya menjadi super menjengkelkan lalu menjawab.

"Aku mungkin tidak berhak, tapi lelaki tadi adalah berhak untuk segalanya dalam diri Jungkook. Jadi, jangan bermain-main lagi Cha Eunwoo-shi."



Jimin berbalik berlalu, menghiraukan raut bertanya pada wajah Eunwoo yang menjadikan Jimin cukup memiliki paham bahwa kali ini bukanlah hal mudah pada hubungan Jungkook dan Taehyung setelahnya.










TBC

Continue Reading

You'll Also Like

521K 5.6K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
320K 24.2K 109
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
1M 86.9K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
200K 9.9K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...