HAMA [COMPLETED]

By -Esqueen

23.2K 3.1K 455

Bagi Reva, Nathan adalah Hama. Bagi Reva, kakak angkatnya itu adalah makhluk paling meresahkan yang pernah ia... More

[]Prolog[]
[] Part 1 []
[]Part 2[]
[]Part 3[]
[]Part 4[]
[]Part 6[]
[]Part 7[]
[]Part 8[]
[]Part 9[]
[]Part 10[]
[]Part 11[]
[]Part 12[]
[]Part 13[]
[]Part 14[]
[]Part 15[]
[]Part 16[]
[]Part 17[]
[]Part 18[]
[]Part 19[]
[]Part 20[]
[]Part 21[]
[]Part 22[]
[]Part 23[]
[]Part 24[]
[]Part 25[]
[]Part 26[]
[]Part 27[]
[]Part 28[]
[]Part 29[]
[]Part 30[]
[]Part 31[]
[]Part 32[]
[]Part 33[]
[]Part 34[]
[]Part 35[]
[]Part 36[]
[]Part 37[]
[]Part 38[]
[]Part 39[]
[]Part 40[]
[]Part 41[]
[]Part 42[]
[]Part 43[]
[]Epilog[]

[]Part 5[]

671 126 11
By -Esqueen

Nathan, Reva, Vivi, dan Andra terlihat baru saja keluar dari area bioskop. Mereka berempat berjalan beriringan untuk menuju ke sebuah tempat makan. Tentunya untuk mengisi perut mereka.

Nathan, sedari tadi pemuda itu tak henti-hentinya tertawa renyah seraya mencuri-curi pandang terhadap Reva.

Ayolah, Nathan rasanya ingin tertawa keras kalau saja ia berada di rumah saat ini. Ia seperti itu karna teringat akan kelakuan Reva saat mereka sedang menonton film tadi. Mereka menonton film horror yang paling Reva jauhi. Sepanjang film, Reva memeluk erat lengan Vivi. Saat ada adegan seram, ia akan berteriak kencang hingga dihadiahi decakan keras dari penonton lainnya. Tak jarang juga doa-doa dan surah pendek ia lafalkan dengan lantang, mengundang perhatian dari seluruh penonton lain.

Andra dan Vivi bahkan sampai menyembunyikan wajah mereka saking malunya membawa Reva ke tempat ini. Mereka tak menyangka gadis itu akan berbuat hal memalukan seperti tadi. Biasanya saat mereka nonton bersama, tidak pernah sekalipun mereka memilih film bergenre horror. Terkecuali jika menonton di rumah atau ruangan pribadi.

"Vi, gue rasa ada bayangan yang ikutin gue, Vi."

Vivi menoleh pada Reva saat gadis itu berucap demikian. Terlihat Reva yang terus memerhatikan kebelakang dengan ekspresi waspadanya. Tangan gadis itu terus saja mengamit erat lengan Vivi. Bahkan, Vivi nyaris berteriak saat Reva semakin mengencangkan pegangannya.

"Ini tempat ramai, Re. Jangan parnoan gitu, ah," ujar Vivi.

Reva menyorot Vivi dengan mata yang berkaca-kaca, "Vi~," rengeknya seperti anak kecil.

Vivi balas menyorot Reva, sedetik kemudian Vivi membulatkan matanya tak percaya. Reva, gadis itu sekarang terlihat sangat pucat, keringat membanjiri kening dan pelipisnya, dan matanya sudah siap untuk menumpahkan air mata.

"Nathan, Reva, Nat," ujar Vivi seraya menepuk punggung Nathan yang berada di depannya. Entah sejak kapan pemuda itu berjalan mendahului dirinya.

Nathan berbalik. "kenapa, Vi?" tanyanya.

Vivi memberikan kode dengan matanya agar Nathan menoleh pada Reva.

Nathan yang paham segera mengalihkan pandangannya pada Reva. Pemuda itu mengernyit heran saat melihat Reva tertunduk dengan bahu yang terguncang.

Tangan kanan Nathan terangkat dan menyentuh bahu Reva, "Re..." panggilnya seraya sedikit mengguncang bahu gadis itu.

Nathan semakin keheranan saat tak mendapati jawaban dari Reva. Biasanya gadis itu akan menepis tangan Nathan dan memberikannya cacian kala Nathan menyentuh dirinya. Tapi kini tak sama sekali. Mencurigakan dan mengkhawatirkan.

"Re, napa, sih? Nyawa lo ketinggalan di dalem apa gimana?" tanya Nathan sekali lagi.

Masih tak ada jawaban sama sekali, membuat Nathan berubah semakin panik. Nathan kini menyentuh kedua sisi kepala Reva, mengangkat kepala gadis itu agar Reva bisa menatapnya.

Nathan terkesiap sesaat, sebelum akhirnya tawa pemuda itu meledak sampai membuatnya menjadi pusat perhatian bagi orang-orang di sekitarnya.

"Bwuahahahaha, lo napa pake nangis, Re? Itu cuma film doang," tutur Nathan. Pemuda itu mengusap sudut matanya, menghilangkan sedikit air yang ada disana.

Reva mengerucutkan bibirnya sebal, rasa takutnya secara ajaib hilang saat mendengar tawa menggelegar Nathan. Digantikan rasa kesal pada pemuda di hadapannya itu.

Reva mendelik tajam pada Nathan, wajahnya itu benar-benar terlihat suram sekarang, "BADAK SIALAN!! GUE SUMPAHIN KEINJEK GAJAH!!" teriaknya. Setelahnya Reva berbalik arah, berjalan cepat meninggalkan Nathan dan yang lainnya.

Vivi mengikuti gerakan Reva dengan matanya, gadis itu sudah angcang-ancang ingin mengejar Reva. Namun tangan Nathan yang mencekal tangannya menghentikan itu semua.

"Biarin aja, Vi. Bentar lagi juga balik itu orang. Lo tau sendiri anak itu mana berani keluyuran sendiri di mall," ujar Nathan santai.

Vivi terkekeh. "Jahat banget lo Nat sama adek sendiri," balasnya yang hanya dijawab dengan gidikan bahu Nathan.

"Kalian masih mau rumpi apa mau cari makan?"

Nathan dan Vivi melirik pada Andra yang barusan berujar. "Makan lah," jawab mereka berbarengan.

Ketiganya mulai melangkahkan kaki berbarengan. Baru saja beberapa langkah, ketiganya harus kembali berhenti saat mendengar suara langkah kaki sangat keras di belakang mereka. Jelas sekali, kalau pemilik kaki itu sengaja menghentak-hentakan kakinya.

"Jahat banget sih kalian nggak ngejar gue. Huft..."

Nathan tersenyum miring, benarkan apa katanya. Reva pasti akan balik lagi. Gadis itu tidak akan pernah bisa jika berjalan sendirian, cewek parnoan macam Reva sungguh mustahil bisa melinggalkan teman-temannya.

"Suruh siapa pake sok-sok'an ngambek begitu? Cewek bar-bar kayak lo gak cocok, Re. Sadar diri napa," ujar Nathan tak berperasaan.

Reva kembali mendelik pada Nathan, setelahnya ia memalingkan wajahnya kasar, beralih menatap Vivi dengan sorot prihatinya, "Vi~, temenin gue, yuk. Gue baru aja phobia sama si Badak. Yuk, ah, yuk," rengeknya. Ia bahkan menarik-narik tangan kanan Vivi.

Vivi terkekeh, di matanya, sekarang Reva tampak sangat lucu. "Hahahhaha, oke, deh. Dra, Nat, gue pisah dulu, ya. Kalau kalian mau pulang, pulang aja duluan. Bye," ujar Vivi.

Nathan dan Andra mengangguk, membuat Reva dengan segera menarik Vivi untuk berjalan mengikuti kehendaknya

=====

Malam ini, di meja makan keluarga Syihab, mata Kirana tempak bolak-balik memerhatikan Reva dan Nathan secara bergantian. Wanita paruh baya itu heran melihat kedua anaknya yang bertingkah aneh malam ini. Tak ada teriakan yang biasanya Reva lakukan, Nathan juga tak melakukan hal lain kecuali tersenyum pepsodent dan menaik turunkan alisnya sambil menyorot Reva.

Reva, gadis itu menampilkan raut yang membuat Kirana bergidik ngeri melihatnya. Matanya melotot garang pada Nathan, nyaris saja keluar. Hidungnya kembang kempis dengan napas tak beraturan, dadanya terlihat naik turun. Kedua tangannya yang berada di atas meja tampak mengepal kuat.

Kirana berdecak pelan. "Kalian berdua ini kenapa, sih? Mama resah tau liat kalian," ujarnya.

Nathan menyudahi aksi menaik turunkan alisnya, dia beralih menatap Kirana. "Nggak kenapa-kenapa kok, Mah," jawabnya.

Kirana mengangguk sambil membulatkan mulutnya. Namun sedetik kemudian dia kembali menampilkan raut herannya. Tatapan matanya terarah pada Reva yang masih berekspresi sama. "Tapi Nat, kok Reva aneh sih? Mama males tau liat dia. Serem, ih. Dia nggak kerasukan setan bioskop kan, Nat?" tanya Kirana.

Nathan menggidikan bahunya. "Ngak tau tuh, Mah. Anak mamah sejak pulang ke rumah gitu mulu. Bikin sakit mata aja," balasnya.

Kirana kembali bergidik. "Untung anak ya Allah," gumamnya.

Kirana mulai bangkit dari duduknya, wanita itu mulai berjalan mengendap-ngendap ke arah Reva yang masih bergeming di tempatnya.

Saat sudah cukup dekat, telunjuk Kirana terangkat, menusuk pipi Reva dengan gerakan pelan. Hatinya sudah gelisah saat ini, jantungnya berdetak lebih cepat dua kali lipat. Takut kalau Reva benar-benar kerasukan.

Reva yang merasakan tusukan itu, kini menggerakan kepalanya, menatap Kirana dengan ekspresi yang masih sama.

Kirana terkesiap, dengan sekuat tenaga ia menutup matanya, tangan kanannya membuat gerakan 'stop' ke arah Reva. "Allāhu lā ilāha illā huw, al-ḥayyul-qayyụm, lā ta'khużuhụ sinatuw wa lā na'ụm, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil---"

"Plis, deh, Ma... akutuh nggak kerasukan," ujar Reva yang menyela bacaan ayat kursi dari Kirana.

Kirana mengatupkan mulutnya, dengan perlahan ia mulai membuka kedua matanya, beralih menggunakan mata itu untuk menelisik wajah Reva yang sekarang sudah normal.

Kirana menjentikan jarinya di hadapan wajah Reva, senyumnya merekah sempurna. "Nah, kan! Bener mama, Re. Dengan ayat kursi muka kamu balik lagi kayak semula. Nggak sepet dan malesin kayak tadi. Makannya rajin wudhu, Re. Biar setan nggak mudah nempel kayak tadi," ujar Kirana dengan bangga.

Reva memutar bola matanya. "Serah, Ma, serah. Reva ke kamar dulu. Makasih makanannya, sangat lezat wahai Ibunda!" ujarnya dengan tekanan pada kaliamat terakhirnya.

=====

Gimana maniez?
Krisarnya yah, vote juga buat nambahin semangat buat aku yang maniez ini, g.

----------∆TBC∆----------

Continue Reading

You'll Also Like

412K 19.6K 39
Isha dan Arsen adalah paket komplit yang saling melengkapi. Isha banyak bicara, sedangkan Arsen tidak memiliki perbendaharaan kata yang banyak. Ish...
579K 39.3K 41
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
2.3M 73.1K 74
NOVEL BISA Di BELI DI SHOPEE FIRAZ MEDIA "Bisa nangis juga? Gue kira cuma bisa buat orang nangis!" Nolan Althaf. "Gue lagi malas debat, pergi lo!" Al...
195K 6.2K 40
Mantan ya? Mantan itu adalah masa lalu yang gak harus dilupakan tapi harus di ikhlas kan. Banyak orang yang mengeluh katanya sih sering dihantui baya...