RAJAWALI

By Mutiarrada

7.9K 803 1.3K

Rajawali Ken Ahansa, cowok tampan yang menjadi buronan para cewek di SMA Perwira. Jabatannya sebagai ketua ge... More

1. Rajawali Ken Ahansa
2. Salwa Mauliya
3. Menyesal
4. Lawan Balik
5. Jumpa
7. Melindungi
8. Damai
9. Tidak Peduli
10. Pagar Sekolah
11. Tamu Tak Diundang
12. Upacara
13. Selesai Upacara
14. Kata Biaana Aneswara
15. Sang Pemimpin Bridal
16. Rumah
17. Kotak P3K
18. Hai Salwa
19. Halo Alita
20. Makan Bareng
21. Ajakan Salwa
22. I Need You
23. Misi
24. Ditembak Ketua Regaz
25. Yes or No
26. Awal Bersamamu
27. First Kiss

6. Heboh

395 33 47
By Mutiarrada

Hal sederhana bisa menjadi luar biasa, tergantung objeknya. Bahkan terkadang lebih dari kata luar biasa. Jika objek itu terlalu berpengaruh di lingkungan.

Pagi ini, akun instagram sperwira_update dibanjiri ribuan komentar. Padahal postingan foto itu baru diunggah satu menit yang lalu, dengan caption 'Kabar baru yang mampu membuat cewek-cewek cemburu, wkwkwk. Kalian dapat saingan baru guys'. Hanya melihat foto itu saja banyak cewek penggemarnya patah hati, apalagi dengan caption yang sangat mendukung membakar hati.

Hampir seluruh komentar dari mereka terdapat kata 'ambyar'. Mungkin memang sangat merasa hancur saat melihat cowok yang mereka sukai berduaan dengan cewek lain.

Gambar cowok tampan yang sedang menampilkan sederet gigi putihnya, mampu membuat kaum Hawa tergila-gila saat melihat. Tetapi di depan cowok itu, terdapat cewek yang lumayan terbilang cantik. Meski wajahnya tidak terlalu jelas karena tertutupi rambut. Tidak ada kesan romantis atau seperti sepasang kekasih. Hanya saja objeknya—Rajawali yang menjadi sorotan sekaligus heboh.

"Bu Gigi makan sekuteng. Selamat pagi orang ganteng," sapa Ucup tiba-tiba muncul dari pintu dengan senyum lebarnya sambil melambaikan kedua tangan.

"Si Marucup kepo makan sekuteng. Eh, Bang Ucup gelo baru dateng," balas Billi dengan pede.

"Si Caca mancing bogo. Kurang pas bego!" balas Ucup tidak santai—gak selongegas.

Bugh!

Ucup mendapat pukulan keras di kepala bagian belakang. Bukan benda keras seperti kayu yang menghantam, namun lumayan bikin kepala pusing tujuh keliling.

"Ngapain bawa-bawa nama gue? Dasar gelo!" teriak Caca kesal. "Belum pernah ngerasain tinjuan cewek PMS yah?"

"Mirip kayak macan betina ngamuk kan, Ca?" tanya Ucup sambil mengedip-ngedipkan kedua matanya.

"UCUP MARUCUP!" teriak Caca lebih keras lagi, hingga semua teman kelasnya menutup telinga.

Tidak mau membuang kesempatan, Ucup sudah lari ke belakang menghindari amukkan teman satu kelasnya itu. Sedangkan Caca, sibuk menggulung kedua lengan baju ke atas, mengikat rambut, dan mengambil buku tebal yang lumayan pas sebagai senjata.

Sekitar dua menit mereka berputar di dalam kelas seperti komedi putar, akhirnya berhenti juga. Ucup mengaku salah dan meminta maaf. Caca yang sudah merasa lelah pun, menjawab 'Y' lalu pergi begitu saja. Mungkin jika celana Ucup tidak sobek, aksi kejar-kejaran itu belum selesai. Karena, jujur ... kejar-kejaran seperti drama di tv, sambil meledek cewek adalah hobi Ucup—hobi yang disertai modus.

"Bos, celana gue sobek. Tolonglah ajudanmu ini yang malang," ujar Ucup lebay. Kebiasaan, jika ada masalah dia akan mengadu pada Rajawali. Bosnya sudah dianggap seperti bapaknya sendiri.

"Eh? Nyadar kalau ajudan," ujar Billi.

"Ganti sana," balas Rajawali terkekeh.

Jika teman-teman yang lain, sedang tertawa terpingkal-pingkal. Bagaimana tidak tertawa, celana Ucup sobek dari pantat sampai bawah. Hingga menampilkan auratnya yang masih terbungkus celana satu lagi. Baju Ucup yang dimasukkan ke dalam, sangat mendukung membuat dia malu. Apalagi dengan dalaman bermotif bunga-bunga warna ungu.

"Bang Raja, tolongin gue," pinta Ucup dengan wajah memelas. Matanya sudah berkaca-kaca. Mungkin saking malunya, Ucup jadi pengin nangis.

"Tin, cepet temenin ganti. Ambil celana di loker gue," ujar Arkan santai. Sedari tadi dia tidak menatap teman-temannya, hanya mendengarkan, dan tetap sibuk berkutat dengan pacar kesayangnya, buku. Mungkin karena merasa terganggu, akhirnya memutuskan untuk bicara.

Tino yang mendapat perintah, langsung berdiri tegak dan berhenti tertawa. "Siap laksanakan. Ayo Cup, kantong Doraemon sudah berbicara."

Pelan-pelan Ucup berdiri dengan merapatkan kedua kaki. Dia melompat tiga kali menuju mejanya untuk mengambil jaket, tetapi itu malah membuatnya semakin malu. Karena celananya sobek lagi dan menimbulkan bunyi cukup keras. Bunyi itu berhasil membuat gelak tawa teman-temannya kembali terdengar.

Dengan tergesa-gesa Ucup mengikat kedua lengan jaket di pinggang. Ucup sudah tidak kuasa menahan malu. Namun, saat di ambang pintu, kepalanya mendapat pukulan lagi. Karena yang Ucup tarik tangan Caca bukan Tino.

Mampus gue. Lagi genting kek gini masih aja bego.

Caca menarik napas dalam. Ketika akan mengeluarkan omelannya, Ucup sudah kabur lebih dulu. Alhasil, Ucup terpaksa sendirian ke toilet. Kayak jomlo, tapi emang nyata masih jomlo.

"Awas lo, Cup. Gue rujak nanti jari-jari tangan lo!" teriak Caca emosi.

"Modus dia, Ca. Rujak aja nanti kasih kucing gue," ujar Ansel mengacungkan kedua jempolnya.

"Halah, malu-malu tapi mau si Caca mah. Sebenernya juga seneng banget tuh tangannya dipegang Marucup," goda Billi dengan menampilkan muka mengejek.

"Hiya hiya hiya, Caca blushing," ujar Rajawali ikut menggoda.

Caca yang merasa kalah omong, akhirnya pergi meninggalkan kelas.

Tidak butuh waktu lama, Ucup selesai berganti celana. Sekarang jaketnya dipakai, melekat dengan pas di tubuh. Itu membuat Ucup terlihat bertambah gagah. Apalagi gambar sayap di bagian belakang, sangat mendukung.

"Pak Asfikum liat awan. Assalamu'alaikum kawan-kawan," sapa Ucup yang baru masuk ke kelas.

Spotan semua menjawab salam Ucup kompak. Meski masih ada yang cengengesan, Ucup dengan pede berjalan menghampiri temannya tanpa melihat orang tahan tawa.

"Cie yang udah bahagia," ujar Billi mengusap pipi Ucup dengan telunjuk.

"Belum!" balas Ucup cepat dan tegas.

Teman-temannya mengernyit.

"Hati gue butuh dibahagiain. Butuh asupan gizi nih."

"Ke kantin Bule aja sana," balas Tino.

"Emang ada?"

"Ada. Di sana ada nasi plus kawan-kawan penambah gizi."

Ucup langsung melempar tasnya ke muka Tino. Sedangkan Bimo setia menjadi penonton, karena dia tidak bisa menjadi pendengar yang baik.

"Cup, disapa dong pembaca kita," ujar Bimo tiba-tiba.

"Harry ganteng pacarnya Caca. Hai kamu yang lagi baca, ada salam dari kita." Ucup berkali-kali meletakkan telapak tangan kanan di bibir, lalu diluruskan ke depan, dan ditiup—agar serbuk cinta terbang sampai tujuan. Ucup menamai gerakkan itu 'cium jarak jauh'.

"Lanjut A Ucup," seru teman-temannya.

"Burung Gelatik pakai rexona. Hai pembaca cantik mempesona." Ucup terkekeh sendiri saat mendengar gombalan recehnya.

"Gelo. Mana ada burung pake rexona. Jangan samain ketiak burung sama ketiak lo dong, Cup," celetuk Ansel membuat Ucup memasang muka murung. "Samain tuh ketiak lo sama ketiak monyet," sambungnya dengan kurang ajar.

Rajawali menepuk-nepuk bahu Ucup, lalu duduk di belakangnya. Dada bidang Rajawali benar-benar menempel di punggung Ucup. Kedua tangan Rajawali memegang lengan temannya itu, lalu digerakkan layaknya wayang. "Suka-suka Ucup. Ucup punya hak," ujar Rajawali dengan suara seperti anak kecil—menggemaskan.

"Ucup bukan boneka," ujar Billi sambil menangkup kedua pipi Ucup dengan sayang.

"Idih. Jijik gue." Ucup berdiri lalu berjalan menjauh dari teman-temannya.

Galen, Tino, dan Ansel tertawa dibuatnya. Sedangkan Bimo, hanya melongo bak orang gelo.

"Cup, sini! Mau dapet balesan pantun gak?" tanya Galen berteriak karena Ucup sudah ada di belakang.

"Emang ada yang mau bales?"

"Pantunin satu kali lagi!" suruh Galen.

"Si Bubu punya burung Gagak. Ada yang mau bales enggak?" tanya Ucup entah pada siapa.

"Daripada gak ada yang bales, mending gue aja. Sebagai orang yang baik dan tidak sombong. Burung merpati ter—" Mulut Galen lebih dulu dibekap sebelum mengucapkan balasan pantun sampai selesai oleh tangan Ucup.

"Diem! Balesan lo pasti hujatan."

"Kapan, Cup?" tanya Bimo antusias.

Ucup memijat pelipisnya. "Apanya yang kapan, Lot?"

"Hajatan. Tadi lo bilang mau hajatan. Tapi, buat apa? Lo mau disunat lagi?"

Dengan tidak sopan, Ucup menarik kepala Bimo lalu dia berbicara tepat di depan telinga. "HUJATAN! BOLOT! HU-JA-TAN!"

"Oh. Ko lo aneh banget sih, Cup? Terang-terang gini bilang kehujanan, gelo banget," ujar Bimo santai.

"Yang gelo lo!" Ucup memegang kedua pipi Bimo. Meraka saling memandang. "Lo mau gue tampar?" tanya Ucup bertetiak.

Bimo langsung melepaskan tangan Ucup dari pipinya. "Jangan dong! Sakit tau. Masa lo tega sama temen sendiri," balasnya.

"Dahlah capek gue." Ucup berjalan ke belakang untuk duduk di pojok lagi. "Si Akia nunggu jamban sambil goyang. Aku tunggu jawaban kalian sayang," ujar Ucup entah pada siapa.

"Jamban ditungguin, buat apa coba? Sini Cup jangan di pojok mulu. Ngambekan banget kayak janda," ujar Galen.

Yang dipanggil menulikan pendengarannya. Dia tetap duduk di pojok. Galen pun berjalan mendekati Ucup, lalu menarik kerah bajunya.

"Gal! Ntar tinggal baju gue yang sobek," ujar Ucup kesal.

"Bodo." Galen menjulurkan lidahnya seperti anjing.

Caca masuk ke dalam kelas. Berjalan menghampiri Ucup. "Marucup, pengin tau gak?" tanyanya sambil senyum-senyum.

Kenapa dah nih bocah? Tadi marah-marah sekarang sok manis. "Tentang apa?" tanya Ucup.

"Gue cuma mau bilang. Kemarin gue lagi makan ketoprak, eh, pas lo lewat kok gue jadi pen berak, ya? Aneh banget," kata Caca jelas dan lugas.

"Wooo ... parah!" seloroh Ansel.

Ucup menyumbat telinganya dengan kedua jari telunjuk. "Udahlah ngetawain guenya," pinta Ucup dengan wajah memelas.

"Kita ganti topik aja," ujar Galen saat teringat kejadian kemarin.

Galen berbisik di telinga Ucup lumayan lama. Yang dibisiki hanya mengangguk dan tersenyum. Setelah diskusi beberapa menit selesai, lalu, "Gal, kemarin kayaknya ada yang main petak umpet deh," ujar Ucup mengawali pembicaraan. "Ngupetnya enak lagi bareng sama cewek. Aduhai ...."

"Iya, Cup. Diem-diem nyuri start, lari dari zona jomlo duluan," tambah Galen.

"Uwowowo, siapa nih?" tanya Billi penasaran.

"Gue kemarin gak lagi umpet-umpetan!" sentak Rajawali memasang muka marah.

"Si Engku pake daia. Ngaku juga dia," ujar Ucup memasang watadosnya.

Billi berjalan duduk di samping Rajawali. "Jadi foto lo yang di instagram itu beneran? Bukan editan?" tanyanya dengan tatapan menyelidik.

Rajawali hanya mengangkat sebelah alisnya.

"Beneran itu cewek lo?"

"Gaklah! Mana mungkin gue suka cewek itu."

"Nanti kalau tuh cewek diserang penggemar lo gimana? Apalagi penggemar kelas atas kayak Helya yang sangat berbahaya."

Rajawali berpikir sejenak. Ada yang mengganjal. Entah ada apa dengan hati dan otaknya. "Bodo amat!"

"Kura-kura diikat tali. Pura-pura gak peduli," ujar Ucup terkekeh. "Dahlah, main ular tangga aja."

Ucup mengeluarkan kertas berbentuk persegi yang bergambar ular dan tangga. Kertas itu buatannya sendiri. Hasil karya Ucup lumayan tidak mengecewakan. Dadunya terbuat dari kardus yang berisi penghapus dan dibentuk dengan sangat bagus. Catur kecilnya ada sepuluh. Itu juga hasil kerja kerasnya mengambil di mana-mana. Dua dapat dari rumah Billi, tiga nemu di samping tong sampah, dan lima mencuri punya adiknya.

"Gak modal banget lo. Tapi gue suka, lo kreatif," ujar Ansel menghina sekaligus memuji.

"Iyalah. Gue kan kere aktif," balas Ucup pede.

Mereka mulai menata posisi. Duduk melingkar di lantai. Arkan yang tidak berminat pun dipaksa ikut. Sebagai teman yang penurut dia mau-mau saja.

"Kok dadunga sepuluh? Satu buat siapa?" tanya Galen.

"Buat Pak Dadu. Ntar pelajaran kedua kita main lagi, ha ha ha," balas Ucup.

Ansel bersorak gembira. "Mantap. Ini bener-bener gila!"

Kebiasaan kurang baik yang sudah berlangsung beberapa kali. Awalnya Ucup hanya bercanda saat mengajak Pak Dadu bermain ular tangga, namun tanpa diduga guru bertompel itu malah mau. Bahkan Ucup dipuji karena mampu membuat papan permainan itu sendiri.

Setiap kali bermain ular tangga, Bimo yang menjadi raja. Cowok itu selalu menang, meski sudah didepak berkali-kali turun ke bawah—lebih tepatnya ke start. Entah taktik dan jurus apa yang dia pakai.

Sebelum permainan dimulai, mereka melakukan hompimpa untuk menentukan giliran main.

Ansel berkali-kali menarik tangannya dari atas ke bawah sambil berkata 'Yes'. "Gue duluan, siap-siap kalah kalian," ujarnya sombong.

"Lawan Bim, jangan kasih kendor!" suruh Ucup. "Aku mendukungmu. Aku padamu," lanjutnya lebay.

Bimo menengok, memperhatikan wajah Ucup beberapa detik lalu berkata, "Gue gak punya kolor. Minta sana sama engkong gue."

Ucup tidak menimpali. Karena hanya akan membuatnya darah tinggi.

Ansel mengocok dadunya dengan pelan. Katanya kocokan dadu keluar bagus tergantung proses. Entah benar atau memang takdir, angka yang keluar enam. Kocokan kedua keluar angka lima, membuat dia memimpin jauh di depan.

Ketika giliran Bimo akan menggerakan caturnya, papan ular tangga itu ditarik secara tiba-tiba. Membuat mereka mendongak untuk melihat siapa pelakunya.

"Kenapa? Kaget? Marah?" tanya Dodo santai. Padahal yang ditanyai sedang menatapnya tajam dan memasang muka garang.

Ucup berdiri tegap, sejajar dengan Dodo. Matanya menatap sinis. "Kenapa lo ambil seenaknya?"

"Jam pertama ulangan, belajar jangan main ular mulu." Dodo berjalan ke tempat duduknya sambil membawa permainan Ucup. "Nanti gue balikin, tenang aja."

Ucup Marucup hanya mengepalkan tangannya kesal. Belum sampai meja, Dodo balik lagi menghadap Ucup. "Apa? Mau marah lagi?" tanya Ucup garang.

Dodo mengernyit sambil menarik satu sudut bibirnya. "Enggak. Gue cuma mau bilang, di gigi lo kayaknya ada cabenya." Dodo berkata santai seolah tidak akan memalukan seseorang.

Ucup yang awalnya akan marah, langsung kicep dibuatnya. Pernyataan Dodo berhasil seratus persen mengundang tawa satu kelas. Ya Rabb, kenapa hamba ditertawakan terus dari pagi?

Galen menarik tangan Ucup agar duduk kembali di lantai. "Rasain lo dibikin malu, makanya rajin sikat gigi. Kenapa gak jadi marah sama Dodo?"

"Pertama gue tadi pagi udah sikat gigi. Kedua kalau gue marah, ntar ulangan gak ada contekan. Mampus dah," jawab Ucup sambil meraba saku Billi. "Cermin mana?"

"Saku celana belakang."

"Ambilin dong, minta diraba-raba gue, ya?"

"Astaghfirullah. Amit-amit gue diraba lo." Billi merogoh saku celana, lalu melempar cerminnya tepat di muka Ucup.

"Udah pake celana motif bunga-bunga ungu, gigi ada cabe merah, besok tinggal pake bando kelinci, Cup," ujar Galen terkekeh kurang ajar.

Ucup merengut. "Gue pake celana itu juga terpaksa. Yang lain masih basah, dua minggu gak nyuci gue. Airnya hilang entah ke mana," ujarnya berbisik.

"Seribu alasan Ucup keluarkan," ujar Ansel. "Bilang aja males nyuci."

Lirikan tajam langsung Ucup tampilkan. "Emang iya, gue penginnya cuci mata di taman kota."

°°°°

Di tempat lain, gadis yang menjadi perbincangan publik berusaha menghindar dari keramaian—muka umum. Hanya Bia yang setia menemani dan menjaganya.

Saat ini Bia membawa Salwa ke taman sekolah. Di sana tenang, tidak terlalu ramai. Bia menatap kasihan temannya ini. Begitu banyak cobaan yang terus menimpa. Entah kapan penderitaan Salwa akan berakhir. Bahkan hanya berada dekat dengan cowok tampan saja, itu cobaan besar untuk Salwa.

Sesekali Bia membuat lelucon yang berhasil membuat Salwa tertawa sekaligus membuat dia tersenyum sendiri.

"Sal, gue suka kalau lo lagi ketawa gini."

"Ini juga gara-gara kamu," balas Salwa parau.

"Terus tersenyum, karena itu membuat satu masalah dalam hidup lo hilang."

Salwa mengangguk semangat. Tidak selang lama, bunyi ponsel menghentikan tawanya. Salwa langsung membuka pesan itu.

Helya Austika: Ketawa aja sampe puas. Sebelum gue larang!

Bia yang melihat perubahan muka Salwa pun merasa aneh. "Ada apa, Sal?"

"Enggak ada apa-apa kok, Bi."

Helya Austika: Saran gue sih, puasin bahagianya hari ini. Siapa tau besok gak bisa.

Helya Austika: Tunggu kejutan dari gue adikku tersayang.

****

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 44.2K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
10.6M 675K 43
Otw terbit di Penerbit LovRinz, silahkan ditunggu. Part sudah tidak lengkap. ~Don't copy my story if you have brain~ CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN D...
536K 58.1K 23
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 71.9K 33
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...