Unpredictable Journey [Tamat]

By sskwtsptr

7.2M 452K 20.5K

Mentari tergila-gila pada Baskara, sedangkan Baskara setengah mati menghindari Mentari. Arti namanya mungkin... More

Mentari dan Mataharinya
Sakit
Cinderella KW seribu
Bukan budak cinta
Ceroboh level 99
Perjanjian 127 juta
Ancaman manis
Mochi dan sumber kesakitan Mentari
Penolakan dan keputusan
Terpaksa profesional
Selangkah lebih jauh
Mas Fajar
Terasa sukar
Baskara sakit?
Sesuatu dibalik celana
Akibat COVID-19
Terbongkar
Ini akhirnya
Kecupan tengah malam
Mimpi buruk Mentari
Pupus
Kisah lain
Baik-baik saja
Berakhirnya perang saudara
Sudah sah
Cerai?
Menjemput restu
Hidup baru
Memulai dari awal
Seseorang mulai tertarik
Setelah malam pertama
Masalah rumah tangga
Restu bunda
Bahagia
Ratapan singa betina
Kejutan
Adegan kamar mandi
Rencana sedot lemak
Kehadiran Mereka
(Bukan) keluarga harmonis
Ternyata ...
Mencari
Hilang kendali
Trauma
Mansion Raharja
Mengambil alih
Mentari pembunuh?
Pelengkap
Extra part

Epilog

213K 7.6K 273
By sskwtsptr

Semua udah pada buka puasa, kan? Kalau udah, aman berarti. 😋
Part ini mengandung unsur dewasa 🔞. Mohon bijak dalam membaca dan untuk anak di bawah umur, kalian bisa skip aja part ini.
=========================

Tayangan gosip yang sebelumnya menyita perhatian wanita bergincu cokelat tua itu buyar saat melihat bayangan dari arah belakangnya lewat sudut mata. Tahu jika itu bukan bahaya, wanita yang adalah Mentari itu memilih melanjutkan tontonannya, namun deheman keras yang sengaja ia lakukan membuat bayangan itu berhenti sejenak dan kembali berjalan lebih pelan.

"Bintaang ...," panggil Mentari dengan suara lembut, namun siapa saja yang sudah mengenalnya pasti akan tahu sesuatu yang buruk akan terjadi jika yang akan ia lihat nanti tidak sesuai dengan yang seharusnya.

"Iya, Bunda," jawab dua orang anak serempak dengan tak kalah manisnya. Mereka tahu jika bunda mereka memanggil dengan nama 'Bintang' itu berarti mereka berdua yang Mentari maksud, lain lagi jika memanggil dengan hanya nama depan.

Dua bocah laki-laki berumur lima tahun dengan rupa mirip kemudian terihat mendekat dan berdiri di depan Mentari dengan senyum lebar. Salah satu dari dua anak itu menampilkan satu gigi ompongnya dideretan gigi bawah. Lucu.

Mentari bersedekap, melihat penampilan kedua anaknya dengan pandangan menyelidik.

"Cakra, Candra, kalian abis dari mana?" Mentari bertanya pada kedua anaknya dengan senyum lembut namun berbeda dengan matanya yang menajam.

Melihat Cakra yang sekarang menyibukan diri dengan menggosok telapak kakinya dengan kakinya yang lain. Tangannya menenteng tas punggungnya dengan sebelah tangan hingga tas itu menyentuh lantai, terlihat kotor dibeberapa bagian, begitu pula dengan seragam TKnya yang berantakan.

Candrapun begitu, namun anaknya yang satu itu masih terlihat menggendong tas punggungnya dan ujung baju yang masih terselip dipinggang celananya.

"Uum, Aa' sama adik abis pulang sekolah. Terus di jalan tiba-tiba ada ujan, jalanannya jadi becek. Terus, terus kita lari, bunda ... Aa' jatoh terus ditolongin sama Adik. Iya, kan, Dik?" Cakra beralih pada Candra setelah menjelaskan kejadian versi dirinya dengan singkat kemudian mengedip-ngedipkan matanya cepat pada Candra.

Candra yang mendapat kode dari sang kakak mengangguk cepat dan balas mengedip-ngedipkan matanya. "Iya, Bunda," jawabnya kemudian dengan senyum meyakinkan ke arah sang bunda.

"Ooh, begitu ya?" Mentari mengangguk masih mempertahankan senyumnya.
"Coba Bunda tanya sekali lagi, kali ini sama Adik, ya. Candra, anak Bunda yang manis .... Kalian abis dari mana?"

Mentari beralih tersenyum ke arah anaknya yang ompong, bertanya dengan nada lembut agar anaknya itu berkata jujur. Untuk Cakra, Mentari rasa anak itu terlalu usil untuk dipercaya ucapannya.

Cuaca cerah seperti ini bisa datang hujan dari mana? Jikapun hujan, ada sopir yang menjemput mereka menggunakan mobil. Jadi tidak mungkin mereka begitu kotor hanya karena pulang dari sekolah dan kehujanan.

"Kita di ajak kakek buyut ke istananya, lihat kuda sama singa. Aauuumm!" Candra mengangkat sepuluh jarinya ke udara seolah-olah hendak menerkam Mentari.

"Terus sama kakek buyut disuruh sisirin rambut singanya. Aa' Cakra mau, tapi Adik gak berani. Jadi yang main sama singa cuma kakek buyut sama Aa' Cakra aja. Bunda gak marah sama Adik, kan? Yang main sama singa, kan cuma Aa' aja," lanjut Candra menjelaskan dengan lancar, matanya mengedip polos melihat bundanya yang tersenyum puas.

Cakra yang ada di sampingnya sudah mati kutu, takut bergerak sedikitpun namun di dalam hati sudah kesal dan berniat tidak akan bertegur sapa lagi dengan Candra.

"Oohh, baguss, ya?! Main sama singa lagi? Bunda berapa kali harus bilang sama Cakra? Kalau main ke rumah kakek buyut gak boleh ke belakang, mainnya di taman depan aja. Ngapain ke kandang singa sama kuda? Cakra mau ditendang sama kudanya? Atau mau dimakan sama singa?"

Mentari memaksa Baskara pindah dari mansion Raharja setelah tahu jika peliharaan pria tua itu adalah hewan buas. Mentari masih sayang nyawa dan tidak ingin menantang maut dengan berada di wilayah yang sama dengan raja hutan itu. Jadi setelah dua bulan tinggal di sana, Baskara memutuskan untuk membeli rumah di sebuah komplek perumahan elit dengan keamanan yang terjamin.

Dan di sinilah mereka sekarang sejak kurang dari 6 tahun lalu.

Cakra diam menunduk dalam, bibirnya mengerucut sebal dengan bunda juga Candra yang penghianat. Tadi, kan sebelum masuk rumah sudah setuju tidak akan bilang pada Mentari tentang kejadian yang sebenarnya, tapi kenapa waktu dipuji sedikit saja langsung lancar mengadu? Dasar!

"Aa' denger bunda, gak?"

Cakra mengangguk. "Iya, Bunda. Aa' minta maaf," ujarnya dengan suara polos. Cakra menyenggol lengan Candra yang masih cengengesan memandang Mentari, kemudian berbisik pelan. "Adik, ayo minta maaf juga sama bunda."

"Adik, kan gak salah. Adik gak ikut sisirin singanya." Candra ikut berbisik di samping kakaknya.

"Tapi tetep salah karena kita pergi gak izin dulu sama bunda." Cakra tetap kekeuh untuk menyuruh adiknya minta maaf, Candra mengangguk mengerti.

"Bunda, Adik minta maaf ya ... tapi Bunda tau, kan, kalau Adik gak salah?"

Lho, dialognya terdengar familiar. Memangnya ada orang minta maaf tapi masih membela diri dan tidak mengaku salah? Sepertinya sifat Mentari yang tak mau kalah menurun pada anaknya satu itu, selebihnya ya diambil dari gen ayahnya.

"Iya, Bunda maafin. Sekarang kalian mandi dulu, baju kotor dan tas kalian taruh dikeranjang cucian, jangan lupa bukunya dipindahin dulu."

"Terimakasih, Bundaa ...." Cakra dan Candra merentangkan tangan ceria, bermaksud untuk memeluk Mentari yang sayangnya malah menggoyangkan telunjuk di depan mereka.

"Eeits! Jangan peluk-peluk dulu sebelum mandi. Bunda sih sudah cantik, sudah harum .... Jadi nanti pas ayah pulang Bunda bisa langsung peluk, deh." Mentari mengibaskan rambutnya yang semakin pendek.

Omong kosong jika dulu Mentari bilang ingin memanjangkan rambutnya seperti Rapunzel. Nyatanya setelah melahirkan, Mentari selalu gerah saat sibuk mengurus kedua puteranya. Alhasil rambutnya yang sebahu dipotong hingga sampai leher dan berlanjut hingga kini.

Untuk membuat penampilannya lebih dewasa, Mentari memakai lipstik gelap sebagai pengganti.

"Aa' emang gak mau peluk ayah, maunya cuma peluk Bunda!" tegas Cakra, kemudian berlalu dengan menghentak kaki keras pada lantai.

"Iya, adik juga cuma mau sama Bunda!" Candra ikut-ikutan dengan kakaknya.

Mentari mendesah pasrah dengan senyum geli diwajahnya, menghempaskan punggung disandaran sofa dan meraih remot tv.

Itulah masalahnya yang membuat Mentari selalu sibuk mengurus kedua anaknya, Cakra dan Candra hanya mau bersamanya dan cemburu bila Mentari berduaan saja dengan Baskara. Setiap malam kedua puteranya pasti selalu menyelinap masuk ke dalam kamar Baskara dan Mentari, tidur di tengah agar Baskara tidak dapat menyentuh bunda Mereka.

"Sayaaang!" Baskara berseru memanggil isterinya dari luar rumah. Mentari mendengarnya dan langsung berlari menghampiri suaminya dengan senyum lebar.

"Aku bawa oleh-oleh buat kamu sama Bintang." Baskara menyodorkan beberapa paper bag dan Mentari merebutnya cepat dengan senyum mengembang, langsung mengabaikan kehadiran suami di depannya.

Mentari sibuk melihat-lihat isinya masih sambil berdiri, menemukan beberapa potong baju dan mainan untuk Cakra dan Candra. Dan untuknya, ada banyak ... lingerie?.

"Kak, kok beli ini?"

Baskara tersenyum mesum. "Ya biar kamu seksi, lah," ujarnya dan langsung maju melumat bibir isterinya. Kedua tangannya memeluk Mentari erat, merambat hingga sampai dikedua bongkahan bokong Mentari kemudian meremasnya sensual.

"Aku lagi pengen. Seminggu gak ketemu kamu rasanya gak enak banget." Baskara memundurkan wajahnya, tangannya masih bekerja di belakang Mentari.

Pergi satu minggu ke pusat kasino yang berada di Timur Tengah membuatnya tak bisa sesuka hati pulang pergi. Dan hari ini Mentari harus menebusnya dengan melayaninya.

"Tapi anak-anak gimana?"

"Emangnya di mana mereka?

"Lagi mandi," jawab Mentari sambil menggandeng suaminya masuk ke dalam rumah. Paper bag yang Baskara berikan diletakan di atas sofa.

Baskara sumringah, anaknya memang bisa mandi sendiri, berarti mereka akan membutuhkan waktu sedikit lama jika Mentari tidak membantunya. Dengan semangat Baskara menarik Mentari ke ruang tempat mencuci baju, jika melakukannya di kamar, mereka akan mudah ditemukan oleh kedua puteranya, dan itu tidak baik untuk kelangsungan percintaan mereka.

"Eeh, pelan-pelan dong, Kak."

Baskara mengabaikan bisikan isterinya, membuka sendiri sabuk dan celananya hingga melorot ke kaki, begitupun dengan celana dalamnya dan Mentari yang untungnya memakai dres.

Mereka mulai saling memagut dan Mentari yang sudah tahu tugasnya memijat benda besar milik suaminya yang menegang di antara mereka.

"Jangan lama-lama, Kak, nanti mereka lihat," ujar Mentari serak, Baskara mengangguk mengerti dan memulai aksi intinya.

Masih dengan memakai kemeja dan Mentari yang menggunakan dres, Baskara mengangkat sebelah kaki Mentari dan mulai menelusupkan miliknya ke lubang Mentari yang hangat. Memompa cepat dan bergerak seirama agar tak membuang banyak waktu dan dipergoki kedua puteranya.

Lima belas menit berlalu, Baskara mulai mengatur kembali posisi Mentari. Membalikkan badan isterinya dan membiarkan Mentari menahan tubuh di depan mesin cuci sedangkan Baskara kembali masuk melalui belakang.

"Aah, Sayang, kapan-kapan kita harus titipin Bintang ke neneknya biar bisa main sampe puas. Gak terus-terusan sembunyi gini," ujar Baskara tertahan di antara desahannya. Aksinya di bawah sana masih sangat semangat sedangkan Mentari kini hampir mencapai puncaknya.

"Eemh, cepetan, Kak. Aku mmh, hampir sampai."

"Tunggu," balas Baskara singkat dan kembali fokus ke tujuan utama mereka. Bergerak semakin kasar hingga mesin cuci tempat Mentari menumpu tubuhnya ikut bergerak-gerak.

Mentari sampai berjinjit dengan ujung jari kakinya akibat Baskara yang semakin cepat dan keras, menarik pinggulnya semakin kebelakang agar melekat sempurna dengan milik Baskara yang sudah mulai terasa panas dan berkedut.

"Aaahh, Mentarii ...."

"Eeemmhh ...."

Baskara dan Mentari mendesah tertahan saat mendapat orgasme bersamaan, tubuh Mentari menggelinjang hebat hingga wanita itu menjatuhkan kepalanya di atas mesin cuci dan Baskara masih menahan miliknya yang memancarkan cairan hangat dalam lubang kenikmatan Mentari.

Meskipun permainan mereka bisa dibilang singkat, Baskara dan Mentari tetap mendapatkan kepuasan maksimal dan kegiatan mereka yang dilakukan di tempat yang tidak seharusnya dan bersembunyi, memacu adrenalin mereka dan menambah sensasi asing yang mungkin akan membuat mereka ketagihan.

Baskara menindih Mentari di atas mesin cuci, enggan melepas tautan mereka di bawah sana. "Kamu seksi banget, Mentari. Seharusnya aku emang gak perlu beli lingerie itu," aku Baskara dan menelusupkan kedua tangannya untuk meremas dada Mentari dari balik dres.

Tubuh Mentari yang berukuran itu-itu saja membuat Baskara merasa bercinta dengan Mentari yang baru masuk kuliah, tetap legit dan nikmat seperti masih gadis. Baskara terkekeh pelan mengingat mereka yang sudah menjadi ibu dan bapak dari dua anak laki-laki yang usil dan selalu menganggu momen romantis mereka.

"Kenapa ketawa," bisik Mentari dibawah Baskara.

"Gak, lagi inget aja sama Bintang. Pasti mereka kesel banget kalau tau ayahnya udah duluan nikung mereka," ujar Baskara yang membuat Mentari ikut terkekeh geli.

"Ayaah!! Ngapain deket-deket sama Bunda?!"

Astaga, baru juga disebut sudah langsung muncul saja seperti setan.

Teriakan dari arah pintu membuat Baskara dan Mentari terkejut dan buru-buru merapikan pakaian mereka. Beruntung masih ada mesin cuci yang menghalangi pandangan dua bocah laki-laki yang masih telanjang dengan tubuh basah itu dari penyatuan yang dilakukan oleh orang tua mereka dibalik sana.

Candra berlari mendekati orang tuanya, mendorong Baskara agar menjauh dari Mentari dan memanggil kakaknya yang masih menyorot Baskara dengan tatapan mata kesal.

"Aa' serang ayah!!" teriak Candra nyaring, dan setelah itu kedua bocah dengan perut dan pipi tembam yang bergetar ketika berlari, mengejar ayahnya yang kini berlindung di balik punggung Mentari yang berwajah bersemu merah.

Kedua kepalan anaknya meninju perut dan paha Baskara dengan kuat. Kuat menurut Cakra dan Candra namun bagi Baskara tak terasa apa-apa namun tetap mengaduh agar membuat kedua puteranya puas.

"Sayaang, tolongin aku! Ada dua monster kecil!" pekik Baskara dilebih-lebihkan, mengikuti Mentari yang berjalan dengan aneh keluar dari ruang cuci. Lendir sisa percintaanya dengan Baskara masih terasa lengket diselangkangannya. Dan kini Baskara malah semakin memeluk Mentari memancing kemurkaan dari dua jagoan mereka.

"Sasaran belum tumbang! Seraaang lagiii!!" Cakra dan Candra melompat dan bergelantungan dikedua kaki panjang Baskara, membuat lelaki itu memekik ketika merasakan gigitan dari kedua puteranya.

"Sayaangg, tolongiin! Kali ini mereka beneran ngamuk!"

Mentari mengernyit saat mendengar pekikan serta teriakan gaduh dari ketiga lelaki yang berstatus suami dan anaknya. Mendesah lelah melihat tingkah mereka bertiga yang tidak pernah akur.

"Biarin aja, sih, Kak. Untung-untung tadi gak ketahuan," ujar Mentari pasrah dan melepas kaitan tangan Baskara ditubuhnya, berjalan sembari berdecak pelan masuk ke dalam kamar.

"Jangan deketin bunda lagi!"

"Jangan ambil bundanya Aa' Cakra sama Adik! Bunda cuma milik kami berdua!"

"Ayah minta ampuun, Bintang! Tapi tadi Ayah enak, lho, sama bunda ...." Baskara terkekeh geli di antara serangan kedua puteranya.

"Seraaang lagiii, Aa'!!!"

"Seraaang!!"

"Sayaaang, tolooong!"

***

Ini anaknya,

Ini bapaknya,

Ini emaknya. Emang susah, sih, punya emak aduhay begini. Baru ditinggal bentar aja langsung disikat bapaknya 😂

Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 365K 38
Satu tahun tinggal di apartemen, Almira tidak pernah berinteraksi dengan tetangga kanan dan kirinya. meskipun tidak berinteraksi, bukan berarti ia ti...
81K 4K 32
Vanya awalnya tidak menyukai Ken, karena cowok itu sering menggodanya. Namun perlahan perasaan Vanya mulai berubah. Di saat dirinya menaruh hati pada...
5.5M 292K 56
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
1.4M 27.1K 10
Judul awal : Possessive Husband Raka Mahendra terlalu percaya diri dengan pilihannya tanpa bertanya lebih dulu. Hingga dia membawa orangtuanya untuk...