Meet Again ; Ketika Kisah Bel...

Af kinantiii26

4.1K 1K 16

[COMPLETED] "Ayla gue itu perhatian engga kayak lo yang cuek, Ayla gue itu orang nya sabar engga kayak lo yan... Mere

Prolog
Sekolah
Tawaran Pertemanan
Nayla, Namanya
Teman?
Nayla bukan Ayla
Sudah Biasa
Insiden UKS
Boomerang?
Di Bonceng
Gue bukan Ayla!
Seperti Hilang Arah
Nayla Nacaella Putri
Kenyataan
Masih Sama
Sakit
Bukan Siapa-Siapa
Masalah
Bakso Mercon
Deska Naekafa Erland
Sahabat
Sebelum Aku Pergi?
Awal atau Akhir?
Mundur?
Cerita Masa Lalu
Apa yang Terjadi?
Mantan, I Love You
Peduli
Ikat Pinggang
Kembali Menjauh
Kecewa
Akhir Penantian?
Ikatan Batin
Pergi
Harapan Tahun Lalu
Sedikit Layu
Menata Hati
Sebuah Harapan?
Hikmah
Perihal Waktu
Meet Again (Versi Nayla)
Dear, Mantan Pacar
Epilog
[Extra Part]

Meet Again (Versi Langit)

76 13 3
Af kinantiii26

"Seperti halnya senja yang menunggu kamu datang kembali, seperti itulah aku"

~Faeza Langit Dermantara~
***

"Kamu mau kemana pagi-pagi gini, Fa?"

"Mau pacaran dong Ma" Mama nya hanya tertawa mendengar penuturan sang anak. Dia bahagia, setelah sekian lama melihat anak nya yang sering murung, akhirnya kini mulai terlihat aura kebahagiaan nya.

Kejadian ini terjadi seusai Faeza pulang dari rumah sakit. Faeza yang sudah mau mengobrol santai dengan nya, Faeza yang sering suka mengumbar tawa nya, Faeza yang rajin belajar, Faeza yang sudah mau memaafkan kesalahan nya.

Dari lubuk hati yang terdalam, dia merasa bersalah karena Faeza hadir dalam keluarga yang begitu tidak harmonis. Dimana Papa dari Faeza yang lebih memilih hidup bersama dengan selingkuhannya dan melupakan nya beserta Faeza. Dia selalu melimpahkan kasih sayang pada Faeza, namun tetap saja ketidakhadiran Papa nya membuat Faeza ingin merasakan rasanya memiliki keluarga yang lengkap.

"Kayak punya pacar aja!"

"Punya Ma" Balas Langit tidak terima. Ya meskipun ini memang yang pertama bagi Langit. Merasa begitu dicintai dan mencintai seseorang sebegitu dalam nya.

"Emang ada yang mau sama kamu? Udah jelek ga pintar lagi" Kalimat yang berakhir dengan nada tertawa itu membuat Langit berdecak sebal. Akhir-akhir ini Mama begitu senang menggodanya.

"Aku jelek ya Ma? Berarti Mama juga jelek? Kan aku dari produksi Mama" Balas nya lalu segera lari keluar rumah tak lupa salam dia ucapkan sambil terus berlari.

***

Ditarik nya nafas lalu dihembuskan pelan, dia melakukan nya tiga kali. Sejak tadi dia terus merasa deg-deg-an padahal dia sudah sering main kerumah Rey, dulunya. Ini masih sama, rumah Rey. Namun rasa nya dia terus saja merasa jika detak jantung nya berjalan lebih cepat dari biasanya.

Setelah memarkirkan sepeda motornya, lantas ia berjalan menuju rumah Nayla. Rumah ini masih sama seperti dulu kala. Rumah yang sering ia singgahi saat merasa kesepian dirumah atau saat merasa sedang kacau karena mendengar pertengkaran dari orang tua nya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" Terdengar suara balasan dari dalam. Dari suaranya ia berfikir jika itu suara dari Bunda nya Nayla. Dan benar saja saat pintu terbuka terlihat wanita paruh baya yang tidak lain adalah Bunda dari Nayla dan Rey.

"Selamat pagi tante" Ucap nya sambil menyalami wanita paruh baya itu.

"Pagi. Sini masuk"

"Iya tante" Ucap nya sambil tersenyum. Tersenyum menutupi kegugupannya.

"Duduk dulu. Biar tante panggilkan Rey dulu" Melihat Langit yang bingung akhirnya Bunda nya Nayla itu tertawa menggoda lalu meralat omongannya.

"Eh maksud tante, tante panggilkan Nayla dulu" Ralat nya sambil tersenyum geli. Sedangkan Langit, dia hanya menggaruk tengkuk nya sambil meringis.

"Eh, iya tante. Terimakasih" Melihat tante Aella menjauh akhirnya Langit dapat bernafas lega. Tidak tau lagi jika tante Aella lebih lama disini. Tadi saja, jantung nya sudah berasa ingin copot.

"Lang?" Belum lama bernafas lega, sapaan dari laki-laki paruh baya yang tidak lain adalah Om Ditra, kembali membuat jantung Langit bekerja lebih dari biasanya.

"Om?" Sapa nya kembali sambil menyalaminya.

"Mau main Play Station lagi?"

"Tidak om. Udah lama tidak main si sebenarnya"

"Mau main sama om?"

"Boleh om. Tapi" Langit menjeda kalimat nya sedikit lama. Sebelum akhirnya retinanya menangkap bayangan Nayla dari arah belakang. Saat dilihat lagi, ternyata memang benar Nayla. Terlihat cantik dengan balutan celana olahraga beserta kaos polos berwarna putih.

"Tapi?" Suara itu membuat Langit kembali dalam kesadarannya. Kesadaran dimana dia sedang berada di hadapan Om Ditra. Ayah Nayla.

"Ta--tapi" Melihat Langit yang gugup, suara kekehan Om Ditra terdengar nyaring ditelinga Langit.

"Tapi kamu mau jalan sama putri Om, kan?"

"Iya Om" Ucapnya sambil mengangguk.

"Om titip Nayla. Bantu Om jagain dia"

"Iya Om. Pasti saya jagain"

***

"Sunrise nya cantik"

"Iya. Kamu cantik" Nayla menoleh. Saat mata nya bertemu dengan mata Langit, jantung nya kembali berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Eh?" Langit tersenyum simpul. Nayla nya kembali. Pertemuan nya kali ini, menjadi saksi bahwa sejauh manapun tulang rusuk mu pergi, dia akan tetap kembali dimana pun tulang punggung nya berada.

Untuk doa dan usaha nya 3 tahun belakangan ini, terimakasih. Berkat kalian, Langit belajar bagaimana seharusnya dia menghargai waktu yang didapatkannya.

Teruntuk Nayla, terimakasih telah mau memberikan Langit kesempatan. Setidak nya dia masih memiliki waktu untuk membuat Nayla bahagia. Bahagia karena dirinya.

Teruntuk Radit, terimakasih karena usulan dari Radit waktu itu untuk belajar nyanyi dirumahnya membuat dia tau jika akhirnya Nayla adalah saudara dari Reyhan. Lukisan yang terpajang waktu itu, membuat Langit sedikit curiga dan pada akhirnya dia menemukan titik terang dimana keluarga Rey dan keluarga Radit, mereka adalah teman lama. Yang sudah hilang kontak selama bertahun-tahun.

Teruntuk Om Ditra, calon mertua. Terimakasih karena telah mempercayakan Nayla pada nya. Dia berjanji akan selalu menjaga Nayla. Akan selalu menjadi tempat Nayla pulang.

Dari perceraian orang tuanya, dia belajar bahwa orang ketiga tidak akan masuk jika tidak diberi izin oleh pemilik rumah. Dan pemilik rumah tidak membukakan pintu untuk sekedar berbasa-basi. Dari perselingkuhan Ayah nya, dia belajar bahwa dia tidak akan menyakiti wanita karena bagaimana pun dialah yang melihat bagaimana hancurnya hidup Mama nya.

Dari kehidupan nya kali ini, dia belajar bahwa Tuhan maha membolak-balik kan isi hati. Dia begitu tidak percaya adanya cinta sejati karena kedua orang tua nya yang begitu terlihat bahagia seiring waktu menjadi suka bertengkar. Ribut masalah sepele dan akhirnya perceraian menjadi jalan yang dipilih.

Namun, semenjak kehadiran perempuan yang terlihat selalu ceria dan tidak memiliki beban hadir menyapa nya hingga mampu masuk kedalam ruang lingkup nya yang datar. Dia terlihat datar, karena memang dia bukan tipe orang yang akan tetap terlihat ceria disaat dia memiliki masalah. Dia begitu berbanding terbalik dengan Nayla.

Dia begitu acuh, hingga seseorang yang sering menyapa nya, sering mengajak nya mengobrol meski dia hanya diam, dan sering menawarkan bantuan, dia pergi bukan untuk sementara namun untuk selamanya. Membuatnya begitu merasa kacau.

Pertemuan nya kali ini, benar-benar membuatnya juga percaya bahwa akan ada pelangi setelah hujan. Akan ada kebahagiaan setelah kesedihan. Tuhan begitu adil, karena dirinya pernah ada pada posisi dimana hidupnya penuh dengan penyesalan dan sekarang dirinya akan membuat kata penyesalan hilang untuk selamanya karena mulai saat ini dia akan selalu memikirkan bagaimana cara nya hidup bahagia.

"Rencana setelah lulus apa Nay?"

"Kuliah mungkin, tapi kalau ada yang mau biayain biaya hidup si boleh"

"Kode minta dilamar hm?"

"Nggak kok" Elak Nayla. Dimata Langit kali ini, Nayla lebih terlihat seperti Nayla yang memang Nayla. Bukan Nayla yang sering membohongi publik.

Langit tau, dia masih sama. Masih Nayla yang sering banyak bicara, Nayla yang kadang masih tidak punya malu, dan Nayla yang yang masih dia sayangi.

"Aku udah berusaha move on, tapi selalu gagal"

"Makasih karena selalu gagal move on dari aku" Nayla tersenyum simpul menanggapi komentar Langit. Lalu kembali menatap matahari yang terlihat begitu indah.

"Aku mau beli minum dulu" Nayla mengangguk tanpa menoleh.

"Kak Nayla?" Nayla menoleh menatap laki-laki yang begitu tidak asing dimata nya. Namun dia lupa.

"Aku Hans, Kak"

"Tumben manggil 'Kak' ?"

"Aku kira waktu itu Kakak masih SMP. Kakak asli sini?"

***

Langit berjalan kearah Nayla yang terlihat sedang asik mengobrol dan sesekali tertawa ringan. Dia semakin mempercepat langkahnya hingga saat dia sampai, dia langsung menggandeng tangan Nayla.

"Sayang" Nayla mengernyit bingung atas kelakuan Langit yang tiba-tiba berubah seperti ini.

"Tadi aku ditelpon Mama katanya disuruh pulang"

"Pulang? Ya udah yuk pulang" Ucap Nayla lalu beranjak pergi sambil mengucapkan maaf pada Hans. Mereka berjalan menuju kearah parkiran motor. Lalu melaju dengan kecepatan sedang.

"Katanya pulang? Kok malah mampir?" Tanya Nayla. Karena mereka kini sudah berada di samping tempat penjual bubur ayam.

"Aku bohong"

"Bohong?" Langit mengangguk sambil menunduk. Melihat Langit yang seperti anak kecil membuat Nayla menahan tawa yang ingin membuncah.

"Kenapa?"

"Aku tidak suka lihat kamu dekat sama cowok tadi"

"Oh. Ya udah gih sana pesan. Aku mau cari tempat duduk" Dengan lesu, Langit mengangguk patuh.

"Maaf ya Nay"

"Hm"

"Dimaafin kan Nay?"

"Iya. Tapi jangan diulangi" Langit menghela nafasnya lega. Kali ini ia sedang mencoba tidak akan terjadi untuk yang kedua kalinya meski Langit tidak mengiyakan untuk tidak mengulanginya. Karena dimasa yang akan datang, jika situasinya sama dia tetap akan mengulanginya.

Melihat Langit yang masih tetap lesu, membuat Nayla tersenyum manis. Langit tengah cemburu dan Nayla menikmatinya.

"Dimakan, Sayang" Langit mendongak menatap Nayla yang juga tengah menatapnya.

"Apa Nay?"

Nayla menggeleng pelan lalu ia melanjutkan makan nya, menghiraukan Langit yang menatap nya dengan raut wajah yang lebih segar dari yang tadi.

"Nay"

"Makan Fa"

"Nay" Rengek nya lagi. Dia benar-benar menghiraukan orang-orang yang menatapnya aneh.

"Makan ya, Sayang" Senyum itu terbit. Dengan patuh ia kembali memakan bubur ayam yang dipesan sambil terus menatap wajah Nayla dihadapannya.

"Nay"

"Apa lagi?"

"Cinta kamu"

***

"Aku suka senja. Entah mengapa, rasanya senja memiliki daya pikat tersendiri untuk membuatku mau kembali lagi datang kesini meski hanya untuk menyapanya" Ungkap Nayla jujur.

"Seperti halnya senja menunggu mu untuk datang kembali, seperti itu lah aku" Ungkap Langit membalas perkataan Nayla. Keduanya saling menatap untuk sepersekian detik karena Nayla yang langsung buang muka saat merasakan ada hawa panas diarea wajahnya saat ini

Mendengar hal itu, jantung nya langsung terasa berdetak cepat. Memang hanya Langit yang mampu membuat Nayla sebaper ini. Sialan, batin Nayla berdecak sebal.

"Apa si"

"Salting, Ay?"

"Tidak" Balas nya ketus sambil menatap ke arah sembarang. Dia benar-benar malu, dan mengapa Langit malah menggodanya seperti ini? Tidak taukah dia jika Nayla sedang merasa malu.

"Tapi kok tidak mau ngadep sini?" Tanya Langit pura-pura tidak mengerti.

"Biarin" Sambil bersedekap tangan.

"Hadap sini dong, sayang" Goda Langit lagi.

"Takut ih. Nanti kamu gigit lagi. Kamu kan nakal"

"Ha? Aku nakal? Ay. Sini deh, aku bukan vampir kok" Nayla menggeleng menolak. Padahal, hati nya tengah berbunga-bunga disana. Langit ini memang senang sekali menggodanya.

"Ya sudah. Biar aku menatap perempuan yang lagi duduk disana aja" Mendengar hal itu, sontak saja Nayla menatap Langit sambil melotot dan tak lupa muka cemburunya. Bukannya semakin jelek, malah semakin imut menurut Langit.

Langit menatap Nayla secara intens, mata mereka bertemu membuat Nayla susah untuk sekedar menelan ludah nya. Bibir Langit terangkat keatas secara perlahan hingga senyuman itu timbul dari bibirnya. Dia terus menatap Nayla dengan senyum manisnya, namun saat Nayla melihatnya malah membuat Nayla menoleh kesembarang arah.

Langit masih setia tersenyum simpul, sesekali dia menangkap Nayla yang tengah curi-curi pandang terhadapnya. Lirikan mata Nayla membuat Langit menahan tawanya. Nayla begitu lucu saat sedang salah tingkah seperti ini.

Dengan cepat, Langit mencuri kesempatan untuk mencium Nayla. Dia mencium kening Nayla cepat membuat Nayla menoleh kearah nya. Melihat Langit yang terus tersenyum membuat nya juga ikut menarik lengkungan bibirnya keatas. Ikut tersenyum malu.

"Kok ikut senyum?"

"Emang tidak boleh?" Tanyanya sinis.

"Boleh dong. Apa sih yang tidak buat pacar Faeza tersayang ini"

END

***

PURWOREJO,

Fortsæt med at læse

You'll Also Like

53.7K 10.7K 12
[on-hold] ❝Guanlin rasa Dilan❞ [Highest rank #101 in short story] © 2017 by minguw
16.5K 1.3K 27
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Sebenarnya pacar kamu yang mana, aku atau dia?" Kenyataan yang membuatnya semakin sakit adalah, tak hanya cinta pacarnya ya...
54.6K 2.9K 28
TELAH TERBIT || Part Masih Lengkap! Plagiator Harap Menjauh! Pelajari undang-undang hak cipta agar Anda tidak dikenai sanksi. *** "Aku mencintaimu, t...
37.3K 2.4K 47
Alya Sahnaz adalah remaja metropolitan kebanyakan. Pergaulan telah menjadikannya urakan dan tidak tahu aturan. Lalu bagaimana jika sang ayah akhirnya...