Meet Again ; Ketika Kisah Bel...

By kinantiii26

4.1K 1K 16

[COMPLETED] "Ayla gue itu perhatian engga kayak lo yang cuek, Ayla gue itu orang nya sabar engga kayak lo yan... More

Prolog
Sekolah
Tawaran Pertemanan
Nayla, Namanya
Teman?
Nayla bukan Ayla
Sudah Biasa
Insiden UKS
Boomerang?
Di Bonceng
Gue bukan Ayla!
Seperti Hilang Arah
Nayla Nacaella Putri
Kenyataan
Masih Sama
Sakit
Bukan Siapa-Siapa
Masalah
Bakso Mercon
Deska Naekafa Erland
Sahabat
Sebelum Aku Pergi?
Awal atau Akhir?
Mundur?
Cerita Masa Lalu
Apa yang Terjadi?
Mantan, I Love You
Peduli
Ikat Pinggang
Kembali Menjauh
Kecewa
Akhir Penantian?
Pergi
Harapan Tahun Lalu
Sedikit Layu
Menata Hati
Sebuah Harapan?
Hikmah
Perihal Waktu
Meet Again (Versi Nayla)
Dear, Mantan Pacar
Meet Again (Versi Langit)
Epilog
[Extra Part]

Ikatan Batin

78 21 0
By kinantiii26

"Akhir dari kesabaran adalah pencapaian penantian yang manis"

~Nayla Nacaella Putri~
***

Nayla memakirkan sepeda motor nya didepan rumah bernuansa klasik yang tidak jauh dari cafe's lovers yang disinggahinya tadi. Nayla menatap bangunan rumah yang bisa dibilang mewah, dan menyejukkan mata untuk siapa pun yang berada diposisi Nayla saat ini.

"Motor nya ditaruh disitu aja Nak, nanti biar satpam yang parkirkan" ucap seorang wanita paruh baya yang memperkenalkan dirinya tadi sebagai bunda nya Nayla. Nayla hanya mengangguk setuju, sebenarnya ada rasa aneh yang menjalar dihatinya sejak menapakan kakinya disini.

"Ayo masuk, rumah Bunda kan rumah Nayla juga" terdengar biasa, namun anehnya hati Nayla menghangat setelah mendengarnya. Nayla tidak pernah diperlakukan lembut seperti ini sebelumnya, bahkan tanpa sadar sebulir air menetes dari tempatnya.

"Kamu kenapa?"

"Ha?" Tanya Nayla tidak mengerti arah pembicaraan tante Aella, namun sedetik kemudian dia langsung menggeleng pelan dan segera mengusap bekas air mata dipipinya dengan tangan kanannya.

"Yaudah, kamu duduk disini dulu ya. Bunda mau kebelakang sebentar" Nayla mengangguk lagi, tenggoroan nya terasa kering untuk sekedar mengucapkan sepatah kata. Bahkan sejak tadi, dia tidak berhenti bergulat dengan pikirannya.

Hari ini terlalu mendadak. Hari ini terlalu tiba-tiba. Hari ini terasa aneh, semua terlihat membingungkan, bahkan Nayla ragu jika dirinya dulu pernah tinggal dirumah sebagus ini. Mungkin memang tidak sebesar rumahnya namun rumah ini terlihat lebih elegan dengan interior klasik yang menambah kesan adem jika berada disini. Semua ditata dengan sebegitu rupa, bahkan terlihat lebih rapi jika dibandingkan dengan rumahnya. Apa karena rumahnya tidak pernah diurus oleh pemiliknya? Ah iya, bahkan pekerjaan jauh lebih penting daripada sekedar istirahat dirumah.

Kedua retinanya tiba tiba menangkap sebuah lukisan yang terlihat seperti tidak asing? Nayla melangkahkan kaki mendekat, menatap dari kejauhan membuatnya tidak puas. Nayla menyipitkan matanya setelah berada didepan lukisan yang terpajang didinding.

"Ini kan Mama nya Radit?" Gumam Nayla.

"Kamu kenal Radit sayang?" Nayla menoleh, entah sejak kapan wanita paruh baya yang mengenakan jilbab itu berada disana. Bahkan secara tidak langsung, wanita itu mendengar gumaman Nayla yang sangat pelan.

Nayla mengangguk sekali lagi, membenarkan pertanyaan tante Aella. Lidahnya selalu terasa kelu jika berhadapan dengan tante Aella.

"Dia itu sahabat kecil kamu Nay, tapi waktu kalian SD dia pindah keluar kota" ucap tante Aella sendu. Masa lalu nya terlalu suram, bahkan jika teringat dia pernah kehilangan seorang anak perempuan yang masih kecil, membuat hati nya selalu gelisah. Bahkan hati kecil nya terus menyalahkan dirinya yang lalai dalam pengawasan waktu itu.

"Ah iya, kamu sudah lihat album fotonya? " Nayla menggeleng, karena sejak tadi fokusnya malah kepada lukisan keluarga yang terpampang jelas di dinding. Lagipula, Nayla juga tidak tau letak album fotonya.

"Ayo sini duduk, kamu tidak capek berdiri terus? Ini bunda bikin jus jeruk, kamu minum ya" Nayla mengikuti langkah nya hingga berhenti pada sofa, mereka duduk bersebelahan. Saat Nayla sedang menenggak minumnya, sebuah album foto tersodor pada nya.

Nayla membuka nya perlahan, halaman pertama dari buku itu adalah foto keluarga kecil yang hanya terdiri dari tante Aella, om Ditra, dan satu anak laki laki yang sepertinya sedikit lebih besar dari pada anak perempuan yang berdiri disebalahnya. Raut wajah kebahagiaan tercetak jelas difoto. Nayla mulai berfikir apakah anak perempuan dengan gaun berwana merah jambu dan rambut terurai yang berdiri disebelah anak laki laki itu adalah dirinya? Mengapa mukanya tidak asing? Sepertinya dia pernah melihat wajah anak perempuan itu, tapi dimana?

Lalu di halaman kedua adalah foto tante Aella yang tengah menggendong anak perempuan. Nayla menatap nya dengan teliti, seperti ada yang mengganjal dalam foto itu. Setelah seperkian detik menyipitkan mata akhirnya dia menemukannya, sebuah gelang dengan bertulis nama 'Nayla Nacaella Putri'

"Kok melamun?" Tanya tante Aella dengan menepuk pundak Nayla, lamunannya reflexs terbuyar kemana mana.

"Ini kado waktu Nayla ulang tahun?" Pertanyaan itu terlontar dengan tidak disadari oleh Nayla, bahkan jari tanganya sudah berada pada gambar gelang yang dipakai anak perempuan digambar.

Tante Aella yang tadinya menatap gelang itu, langsung menatap Nayla setelah mendengar pertanyaan Nayla barusan. Jantung nya mulai berdetak tak karuan, mungkin hati kecil nya kali ini tidak salah. Tanpa butuh waktu lama, wanita paruh baya itu langsung saja merengkuh tubuh Nayla kedalam pelukan hangat nya. Nayla yang tidak siap pun hanya bisa diam, lagi lagi ini adalah kali pertama dirinya dipeluk dengat hangat, hati nya tersentuh dengan apa yang baru saja tante Aella lakukan.

"Hati kecil bunda tidak salah. Kamu memang putri kecil bunda sayang" ucap nya lirih, bahkan dapat Nayla rasakan, jika tubuh tante Aella gemetar. Suaranya juga terdengar dengan sesunggukan. Kali ini, tante Aella memeluk Nayla lebih dalam.

Semua yang terjadi hari ini serba pertama. Pertama kali Nayla merasakan memiiki seorang ibu yang begitu sayang pada nya. Pertama kali Nayla merasa adem saat wanita paruh baya itu berbicara dengan sangat lembut. Pertama kali Nayla mendapat pelukan hangat.

Nayla melonggarkan pelukannya, lalu menatap sendu pada wanita didepannya. Rasanya ia ingin sekali kembali merengkuh wanita itu dalam dekapannya. Ingin sekali Nayla menghapus air mata yang mengalir dipipi wanita itu. Nayla menghela nafas nya pelan, semoga ini memang akhir daripada penantiannya selama ini.

"Ucapan kamu membuat bunda semakin yakin, sayang" ucap nya dengan intonasi rendah sambil tersenyum manis. Bahkan tanpa Nayla sadari, senyuman wanita itu menular pada dirinya.

"Ucapan?" Tanya Nayla setelah paham arti ucapan tante Aella.

"Iya. Ini adalah gelang hadiah ulang tahun kamu saat kamu masih umur 8 tahun dulu"

Deg.

Nafas nya seperti tercekik setelah mendengar penuturan tante Aella. Nayla mulai bingung, semua yang terjadi seakan terjadi seperti apa yang pernah dimimpikan oleh Nayla waktu itu.

"Terus saya diculik oleh badut?"

Tante Aella diam. Bukan suara yang terdengar, namun kembali jatuhnya air mata yang terlihat. Wanita itu menangis kembali bahkan lebih kejer daripada sebelumnya. Tanpa aba aba, Nayla langsung memberanikan diri merengkuh nya dalam pelukan.

"Maafin bunda"

"Bunda lalai menjaga kamu waktu itu"ucap nya lagi dengan sesunggukan.

"Kamu boleh marah sama bunda, tapi tolong jangan pergi lagi"

"Bunda tidak mau kehilangan putri bunda untuk yang kedua kali nya. Bunda janji, tidak akan lalai lagi seperti waktu itu" Nayla diam mendengarkan, hati nya seperti tercubit. Sakit, Nayla juga ada diposisi yang sama dengan tante Aella.

Apa memang tante Aella adalah bundanya ?

"Nayla"

Nayla melepaskan pelukannya, lalu menutup wajah nya dengan kedua tangan nya. Kali ini hati nya juga berkata sama seperti apa yang tante Aella utarakan tadi. Hati nya mengatakan bahwa tante Aella memang bundanya.

"Nayla kenapa?" Suara nya semakin rendah, mungkin karena efek menangis yang terlalu lama membuat suaranya jadi sedikit serak.

"Bunda" mendengar panggilan itu, beliau langsung menoleh kebelakang manatap sang suami yang tengah tersenyum dengan setulus hati, terlihat juga matanya yang merah.

"Ayah" Beliau menganggukan kepala mantap sembari mengedipkan matanya, berusaha meyakin kan istrinya bahwa semua akan baik baik saja setelah ini. Akan ada pelangi setelah hujan.

"Nayla" panggil laki laki paruh baya yang masih terlihat bugar itu. Nayla menatap laki laki itu sebentar sebelum akhirnya dia memilih untuk menghaburkan dirinya dalam pelukan.

"Apa om adalah ayah Nayla?" Gumam Nayla yang masih bisa didengar

"Kalau kamu masih ragu, tidak apa apa nak. Kami memakluminya" lalu Nayla melepas pelukannya setelah tersadar apa yang baru saja ia lakukan.

"Eh, maaf om" tuturnya lalu menunduk. Menatap lantai kramik yang memantulkan bayangannya.

"Kok minta maaf? Kamu ngga salah Nay. Ya udah duduk lagi sini" ucapnya dengan menepuk pelan sofa yang diduduki nya.

***

"Assalamualaikum bunda"

"Waalaikumsalam sayang" semua mata tertuju pada remaja laki laki yang baru saja mengucapkan salam. Laki laki itu tampak mendekati ruang tamu lalu menyalami om Ditra dan tante Aella yang tengah duduk di sofa.

"Kok tumben baru pulang?"

"Iya bun, maaf ya lupa ngabarin hehe" ucapnya sambil tertawa. Bahkan dirinya belum sadar akan kehadiran perempuan yang duduk ditengah antara ayah dan bundanya.

"Bun---lho Nayla? " ucapannya terhenti saat kedua matanya melihat seorang perempuan yang tidak lain adalah teman satu bangku nya. Nayla.

"Kamu kenal?" Tanya ayah nya.

"Ini lho yah, yang waktu itu Rey ceritain."

"Yang Rey bilang kayak Nayla adik kamu itu?" Rey mengangguk. Karena sebelum nya dirinya memang pernah bercerita pada orang tuanya jika dia memiliki teman yang bernama Nayla, dan dia selalu mengingatkan akan hadirnya Nayla adik kandungnya.

"Kamu ganti baju dulu sana. Ayah mau anterin Nayla pulang dulu sama Bunda"

"Kok bunda ikut? Biar nanti Nayla, Rey aja yang anter"

"Udah sana ganti baju. Terus makan" Dengan sangat terpaksa Rey menganggukan kepalanya. Lalu melangkah pergi meninggalkan ruang tamu untuk menuju ke kamar tidurnya.

"Emm. Nayla bisa pulang sendiri kok om, jadi tidak usah diantar lagipula saya juga bawa motor tadi" tolak Nayla dengan halus. Sejujurnya dia masih bingung dengan keadaan ini, hati kecilnya memang menerima jika om Ditra dan tante Aella adalah orang tua kandung nya, namun disisi lain dia juga bingung. Entah lah apa yang membuat nya gelisah kali ini.

"Nanti motornya Nayla biar diantar sama supir. Soal nya Bunda mau bertemu dengan orang tua kamu yang dirumah sayang" tuturnya, memberi pengertian agar Nayla tidak salah paham nantinya.

Sebelumnya, Langit juga sudah cerita mengenai latar belakang Nayla. Bagaimana keadaan Nayla. Tidak ada yang ditutupi nya, kecuali kebenaran tentang dirinya yang tidak lain adalah mantan dari Nayla.

"Kamu tidak keberatan kan?"

Tbc.

***

Purworejo,

Continue Reading

You'll Also Like

396 86 53
"Kurasa aku mulai jatuh cinta..." Dia Eliza, anti akan namanya cinta karena suatu peristiwa yang pernah di alaminya. Hingga ia dipertemukan dengan se...
10.5K 334 21
"Jodoh itu bukan di tebak melainkan di cari itulah yang sedang di rasakan Renan saat ini" sekian prolog nya jangan lupa baca ya guys Please jangan p...
473K 26.1K 50
Seraphina Evangeline. Sesuai namanya,parasnya juga sangat cantik. Namun sayang,gadis yang kerap di sapa Sera itu terlalu 'bodoh'. Bukan dalam bidang...
793K 35.5K 17
Sudah terbit! Dipublikasi pertama kali, di wattpad : 13 Agustus 2019 Untuk info pemesanan buku, bisa hubungi : 0812-5335-3619