Meet Again ; Ketika Kisah Bel...

By kinantiii26

4.2K 1K 16

[COMPLETED] "Ayla gue itu perhatian engga kayak lo yang cuek, Ayla gue itu orang nya sabar engga kayak lo yan... More

Prolog
Sekolah
Tawaran Pertemanan
Nayla, Namanya
Teman?
Nayla bukan Ayla
Sudah Biasa
Insiden UKS
Boomerang?
Di Bonceng
Gue bukan Ayla!
Seperti Hilang Arah
Nayla Nacaella Putri
Kenyataan
Masih Sama
Sakit
Bukan Siapa-Siapa
Masalah
Bakso Mercon
Deska Naekafa Erland
Sahabat
Sebelum Aku Pergi?
Awal atau Akhir?
Mundur?
Cerita Masa Lalu
Apa yang Terjadi?
Mantan, I Love You
Peduli
Ikat Pinggang
Kembali Menjauh
Akhir Penantian?
Ikatan Batin
Pergi
Harapan Tahun Lalu
Sedikit Layu
Menata Hati
Sebuah Harapan?
Hikmah
Perihal Waktu
Meet Again (Versi Nayla)
Dear, Mantan Pacar
Meet Again (Versi Langit)
Epilog
[Extra Part]

Kecewa

65 19 0
By kinantiii26

"Lucu ya, aku cemburu bahkan disaat kamu bukan siapa-siapa dalam kehidupan ku kini"

~Nayla Nacaella Putri~

***

"Nay"

"Heum?"

"Lo mikirin apa si? Sampai sakit kayak gini?" Tanya Kaka penasaran, dia ingat dulu Nayla juga pernah sakit seperti ini. Memang tidak parah hanya sakit maag dan kelelahan.

"Entah" jawab Nayla yang masih sibuk mencari judul drakor yang akan ditontonnya.

"Aneh"cibir Kaka yang masih setia men scroll akun instagramnya.

"Eh, Nay"

"Nay. Ini siapa?"

"Nay?" Tidak lama setelahnya terdengar dengkuran halus dari Nayla. Kaka hanya tersenyum melihat Nayla yang tengah tidur, terasa damai. Meski sebenarnya banyak beban yang dipikul oleh Nayla, Kaka tau hal itu.

Sahabat nya memang sudah berubah 180° dari yang ia kenal dulu. Entah apa yang Kaka lewati, padahal kalau dipikir pikir dia hanya meninggalkan Nayla kurang lebih 3 tahunan. Ternyata, selama itu Nayla berjuang sendirian.

Saat ini mereka berdua tengah ada di rumah Kaka tepatnya dikamar tamu, karena Nayla sendiri yang meminta. Nayla lelah terus terusan cekcok dengan mama nya. Tidak kah mereka lelah terus terusan menyembunyikan rahasia tentang Nayla?

Kaka mengedar kan pandangan, hingga matanya terkunci pada satu bingkai foto yang ada diruangan itu. Itu adalah foto yang diambil saat mereka lulus dari SD, sudah lama memang namun foto itu penuh kenangan bersama Nayla.

Dulu Kaka suka sekali merecoki Nayla saat masa masa putih merah, namun suatu hari saat Kaka terjebak dan dikelilingi kakak kelas yang sangat gemar meminta uang pada adek kelas dan saat itulah, Nayla datang sebagai pahlawan di siang hari. Dengan beraninya Nayla datang sesaat setelah berhasil mengikuti Kaka diam diam. Sebenarnya Nayla juga takut saat itu, tapi dia sangat iba dengan musuhnya yang tidak lain adalah Kaka, jadi dia mencoba berani.

"Lho, Kaka?" Ucap Nayla dengan tenang nya saat berada disekeliling kakak kelas.

"Ngapain lo disini? Bocil?"

"Bocil?" Nayla menirukan gaya salah satu kakak kelasnya itu.

"Saya kak?" Tanya Nayla lagi dengan menunjuk dirinya sendiri.

"Iya lah!"

"Bentaran Kak, saya cuma mau ngomong sama Kaka sekali aja kak"

"Omongan lo kayak orang mau pergi jauh aja"

"Lho, Kakak ga tau?"

"Tau apa?"

"Disini kan tempat selanjutnya yang akan diselidiki polisi? Jadi kalau Kaka disini terus bisa bisa dia ditangkap polisi"

"Emang ini tempat apa dulunya?" Tanya ketua gengnya

"Tempat pembulian dan pembunuhan"

"Alah bilang aja lo cuma mau nakutin kita kan?"

"Kakak tidak percaya? Hitungan ke 5 pasti polisi datang kesini"ucap Nayla kelewat santai dengan tangan yang diam diam menyetel sirine mobil polisi setelah hitungan ke 5 di hp nya.

"Bohong kan lo? Mana?"

Setelah itu terdengar sirine mobil polisi yang menyebabkan semua orang berhamburan keluar dari area sini lalu tinggal lah Nayla dan Kaka.

"Hahahahahha"

"Lo kenapa ketawa gitu? Emang apa yang lucu?" Tanya Kaka dengan polosnya, dia tidak tau saja saat ini mukanya bahkan lebih lucu dari kakak kelasnya tadi.

"Kamu hahahahahah" tawa nya pecah lagi.

"Ayo Ay Kabur"

"Kenapa?"

"Takut ada polisi"

"Polisi ini yang dimaksud?" Tanya Nayla dengan menyalakan suara sirine mobil polisi dari hp nya.

***

Kedua matanya mengerjap pelan, sedikit demi sedikit cahaya mulai terlihat hingga kedua matanya terbuka sempurna. Nayla menatap setiap sudut kamar ini, seperti tidak asing tetapi bukan kamar nya karena Nayla ingat dengan baik seperti apa kamarnya itu.

Terdengar suara langkah kaki mendekat kearah kamar, Nayla langsung saja memejamkan mata untuk berpura pura jika dirinya masih belum tersadar. Hingga suara pintu dibuka terdengar, Nayla masih setia dengan akting nya ini.

"Belum bangun Nay?" Terdengar suara serak khas laki laki yang Nayla rasa itu adalah suara sahabatnya. Kaka.

"Yah, padahal gue bawa bakso" ucap Kaka sengaja, Kaka tau jika Nayla sudah sadar karena tadi dia sempat mengintip sebelum dirinya datang.

Kaka duduk di ujung ranjang dengan membawa semangkok bakso yang tadi dia beli. Kaka tau, Nayla masih menyukai makanan bernamakan bakso itu. Sejak dulu duduk di bangku Sekolah Dasar, Nayla kerap sekali membeli bakso bahkan bisa dibilang sering.

"Yaudah kalau masih mau tidur, gue makan aja sendiri" monolog Kaka. Dia seperti ini hanya untuk mancing saja sebenarnya. Emang dasar, Sahabat laknatnya.

"Hm" lalu matanya terbuka menampakan mata yang baru saja bangun tidur. Dirinya diam sejenak lalu melirik ke arah Kaka yang ternyata sedang menatapnya.

"Kaka?" Ujar Nayla dengan nada bertanya.

"Udah bangun putri tidur?" Sindirnya yang dibalas kekehan oleh Nayla.

"Buat gue ya?" Tanya Nayla dan langsung mengambil mangkok berisikan bakso itu dari tangan Kaka, bahkan Kaka belum menjawabnya.

"Makasih" tanpa basa basi, Kaka langsung menyindir Nayla yang tidak berterimakasih padanya dan dibalas anggukan oleh Nayla seraya mengucapkan "sama-sama"

Nayla menikmati setiap lahapan bakso yang masuk kedalam mulutnya. Dia juga bingung, bahkan jika dipaksa memilih antara makanan chef terkenal dengan bakso pinggiran jalan, dia langsung memilih bakso yang dijual dipinggiran. Alasan pertama karena enak, alasan kedua karena harga pas dikantong dan alasan ke tiga karena dia suka. Tapi jika ditraktir makan di resto mahal, Nayla juga tidak menolak karena bagaimana pun tidak baik untuk menolak rezeki.

"Nay"

"Heum?

"Ini fotonya Langit kan?" Nayla menghentikan acara makan nya lalu menoleh kearah Kaka yang tengah bermain hp.

"Mana?" Nayla menatap foto yang ada di postingan Langit beberapa menit yang lalu di akun instagramnya dengan caption 'Andai suatu hari nanti'. Nayla tersenyum miris bukan karena caption tapi karena foto yang dipostingan itu. Foto Langit bersama perempuan cantik seusianya yang dia perkirakan bukan dari sekolahnya. Nayla tidak marah, hanya saja dia kecewa. Harusnya beberapa hari terakhir Langit tidak perlu terlalu membuatnya seperti diistimewakan. Dia harusnya tidak memperkeruh suasana. Harusnya Langit tidak perlu kembali dikehidupannya. Nayla kecewa, ternyata Langit masih sebrengsek dulu atau Nayla yang masih menyimpan perasaan hingga membuatnya cemburu ?

Nayla meneruskan acara makan yang belum selesai itu. Tanpa sadar, otak nya terus memaksa memikirkan foto tadi. Hingga suara deheman mengalihkan pandangannya. Dia menoleh kearah Kaka yang juga tengah menatapnya.

"Lo suka Langit?" Nayla menggeleng pelan hingga gerakannya semakin tak terlihat.

"Gue rasa lo lagi cemburu" Nayla menggelengkan kepala lagi. Jujur saja Nayla tidak tau perasaan macam apa yang ia rasakan. Disatu sisi, Langit adalah masa lalu nya yang telah ia coba untuk melupakannya dan disisi lain Langit adalah seseorang yang selama ini ia rindukan juga. Karena bagaimanapun Nayla belum sepenuhnya berhasil mengubur perasaan yang dulu ia rasakan. First love, memang akan sangat sulit untuk benar benar melupakannya. Dia adalah orang yang pertama kali mengenalkan Nayla akan rasanya jatuh cinta, antara berkorban untuk hati atau mengorbankan hatinya sendiri.

"Cemburu itu wajar, yang tidak wajar itu orang yang tidak cemburu saat melihat orang yang dicintai jalan sama orang lain" seolah Kaka tau apa yang tengah dipikirkan oleh gadis cantik bernama Nayla yang tidak lain adalah sahabatnya itu.

"Tapi dia bahkan bukan siapa-siapa gue" ucap Nayla lirih bahkan seperti gumaman, tapi tentunya pendengaran Kaka masih tajam.

"Cemburu itu hak setiap orang. Kalau tidak bisa merasakan cemburu, tidak punya perasaan dong" Nayla yang tadinya menunduk langsung mendongak menatap Kaka dengan tatapan yang sulit dimengerti.

"Kalau suka kenapa bersikap dingin, hm?" Tanya Kaka dengan intonasi pelan dan lembut.

"Kalau bel---"

"Mantan" terobos Nayla dengan cepat dan membuat Kaka langsung menatap Nayla dengan penuh tanda tanya. Kaka yakin kali ini dia tidak salah pendengaran. Kata'mantan' adalah kata yang tidak pernah terlintas dipikirannya, dia kira Nayla masih sendiri belum memiliki mantan.

"Lo mantannya Langit?" Tanya Kaka meyakinkan. Dengan sigap, Nayla mengangguk yakin, walau sebenarnya dia tidak ingin membuka luka lama tapi ini menyangkut masa kini dan masa depannya kelak.

"Kapan? Kok gue baru tau? Tapi kenapa bisa putus? Jangan bilang dia selingkuh? Emang kelihatan banget tuh dari muka nya kalau dia playboy, tapi serius lo itu mantan nya? Emang Langit mau sama lo yang jelek ini?" Nayla memutar mata nya jengah, mendengar pertanyaan yang diucapkan Kaka membuatnya malas membuka suara. Tapi melihat Kaka yang memang benar benar kepo, jadi ia putuskan untuk bercerita.

"Waktu SMP kelas 8, dia nembak gue setelah gue kejar kejar si sebenarnya. Tapi tidak tau kenapa dia yang sering nolak gue tiba tiba nembak gue, ya gue terima lah." Kaka mendengarkan dengan seksama.

"Terus sampai pada waktunya dia mutusin gue waktu gue lagi sayang sayangnya. Bayangin aja lo ditinggal sama orang yang lo sayang tiba tiba, kan sakitnya nusuk dihati gimana gitu. Iya kan Ka?" Kaka berdehem sejenak, dia memang pernah mengalami hal itu, benar seperti apa yang dikatakan Nayla bahwa nusuknya sampai kehati gimana gitu. Kaka menggeleng pelan, di sini kan Nayla hanya akan bercerita tentang mantannya itu tapi mengapa malah curhat seperti ini?

"Lanjut" titah Kaka yang dibalas cengiran oleh Nayla.

"Dan pada akhirnya gue tau kalau gue itu cuma jadi bahan taruhannya sama temannya itu. Jadi taruhannya harus pacaran sama gue selama berapa bulan gitu, gue lupa. Terus harus nembak dan mutusin gue nya dilapangan. Bayangin disana kan banyak orang, malu lah gue. Terus habis itu gue kecelakaan kecil" lanjut Nayla dengan intonasi pelan saat mengucapkan kalimat terakhir. Hati nya serasa dicubit, membuka luka lama memang seperti ini rasanya.

"Kecelakaan?" Nayla mengangguk.

"Iya,  habis itu dia tidak pernah besuk gue di rumah sakit, setelah gue sembuh, gue baru tau kalau dia udah punya pacar baru yang gak lain adalah teman sebangku gue. Gue semakin yakin kalau dia memang brengsek, ya gitu deh ceritanya. Habis kejadian itu gue tidak pernah ketemu lagi sama dia karena pindah sekolah pas kelas 9."

"Brengsek gimana maksud lo?"

"Ya pokoknya brengsek lah. Dia selalu nolak pemberian gue sebelum pacaran bahkan pernah tuh buang pemberian gue" ucap Nayla mengingat dia pernah memberikan roti dan bersembunyi di balik dinding untuk melihat apa yang dilakukan Faeza. Ternyata dia membuang roti pemberiannya.

"Waktu pacaran dia juga selalu mempermalukan gue, dia selalu hina gue katanya gue jelek terus gendut. Bahkan dia pernah bilang kalau gue murahan" Nayla mengingatnya dengan senyuman getir, miris sekali ternyata kisah First Love nya.

"Udah maafin Langit?" Tanya Kaka.

"Entah. Gue bingung. Gue cuma kecewa aja sama dia"

"Lo berubah gini karena dia?" Tanya Kaka yang diangguki oleh Nayla.

"Gue berubah biar dia nyesel dulu gituin gue"

"Sikap dingin lo?"

"Gue cuma takut kejadian masa lalu terulang lagi. Gue takut buka hati gue. Gue juga udah tidak percaya sama yang namanya teman. Cuma lo yang gue punya Kaka"

"Cukup jadi diri lo sendiri, itu udah lebih dari cukup" kali ini Nayla menggeleng.

"Susah" jawabnya dengan menunduk. Perasaan takut terlalu mendominasi dirinya.

"Lo bisa. Percaya gue. Suatu saat nanti lo harus jadi Ayla yang gue kenal ya?" Ucap Kaka dengan senyum manisnya, Nayla langsung saja memeluk sahabatnya itu. Menumpahkan segala resah yang dia punya, membagi beban ternyata meringankan dirinya. Sahabatnya, hanya dia yang Nayla miliki saat ini.

"Makasih" Lalu melepaskan pelukannya.

"Cengeng ih" seraya mengacak rambut Nayla yang dibalas tatapan tajam dari Nayla.

"Ke taman yuk" Nayla mengangguk mengiyakan.

Hanya dengan Kaka, Nayla menjadi dirinya sendiri. Kaka selalu berdoa agar Ayla nya yang dulu kembali, Ayla sahabatnya yang periang, ceria, cerewet, murah senyum, dan Ayla yang sering usil.

Tbc.

***

Purworejo ♡

Continue Reading

You'll Also Like

474K 26.2K 50
Seraphina Evangeline. Sesuai namanya,parasnya juga sangat cantik. Namun sayang,gadis yang kerap di sapa Sera itu terlalu 'bodoh'. Bukan dalam bidang...
10.5K 334 21
"Jodoh itu bukan di tebak melainkan di cari itulah yang sedang di rasakan Renan saat ini" sekian prolog nya jangan lupa baca ya guys Please jangan p...
396 86 53
"Kurasa aku mulai jatuh cinta..." Dia Eliza, anti akan namanya cinta karena suatu peristiwa yang pernah di alaminya. Hingga ia dipertemukan dengan se...
959K 78.2K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...