Meet Again ; Ketika Kisah Bel...

By kinantiii26

4.2K 1K 16

[COMPLETED] "Ayla gue itu perhatian engga kayak lo yang cuek, Ayla gue itu orang nya sabar engga kayak lo yan... More

Prolog
Sekolah
Tawaran Pertemanan
Nayla, Namanya
Teman?
Nayla bukan Ayla
Sudah Biasa
Insiden UKS
Boomerang?
Di Bonceng
Gue bukan Ayla!
Seperti Hilang Arah
Nayla Nacaella Putri
Kenyataan
Masih Sama
Sakit
Bukan Siapa-Siapa
Masalah
Bakso Mercon
Deska Naekafa Erland
Sahabat
Sebelum Aku Pergi?
Awal atau Akhir?
Mundur?
Apa yang Terjadi?
Mantan, I Love You
Peduli
Ikat Pinggang
Kembali Menjauh
Kecewa
Akhir Penantian?
Ikatan Batin
Pergi
Harapan Tahun Lalu
Sedikit Layu
Menata Hati
Sebuah Harapan?
Hikmah
Perihal Waktu
Meet Again (Versi Nayla)
Dear, Mantan Pacar
Meet Again (Versi Langit)
Epilog
[Extra Part]

Cerita Masa Lalu

67 19 0
By kinantiii26

"Satu hal yang tidak mungkin berubah, kamu tetaplah bagian dari perjalanan cinta ku"

~Nayla Nacaella Putri~
***

Ini adalah hari H, hari dimana ia akan tampil. Dengan balutan sederhana yang menempel ditubuhnya, dia terlihat cantik. Siapa lagi kalau bukan Nayla gadis dengan sejuta misteri, tentang sikapnya yang dingin, tentang sikapnya yang terlampaui cuek, atau bahkan tentang dirinya yang lebih suka menyendiri.

Langit hanya bisa menatap Nayla dari kejauhan, mau mendekat rasanya pasti aneh karena kehadiran Kaka yang selalu ada disisi Nayla membuat Langit merasa insecure. Bukan karena tanpa alasan, tapi yang jelas Kaka lebih bisa membuat Nayla bahagia saat bersama nya.

Dari sisi kanan panggung terlihat Nayla yang tengah gusar karena setelah ini dia yang akan tampil diatas panggung yang berada diaula ini. Baju oversize berwarna putih yang dipadukan dengan celana hitam membuat Nayla terlihat imut, apalagi dengan rambut yang dia kuncir dan disisakan sebagian rambut bagian depan agar terlihat kesan cantiknya.

"Diam bisa ga si Nay?" tanya Kaka sebal, karena sejak tadi Nayla terlihat khawatir. Kakinya yang gemetar ditambah mimik wajah yang terlihat gusar. Nayla hanya melirik Kaka sebentar lalu menggeleng pelan, sejak dulu dia paling khawatir jika akan tampil didepan khalayak umum seperti ini.

"Gue tau, lo bisa" sekali lagi Nayla hanya meliriknya sebentar lalu menatap temannya yang tengah menunjukan seni menari mereka yang terlihat percaya diri, tidak seperti dirinya.

Kakinya mulai gemetar lebih cepat karena Nayla yakin tidak lama namanya akan dipanggil untuk maju kedepan. Siapa pun tolong bawa kabur Nayla dari sini! Alarm UGD bergetar dikepala Nayla. Ah, sial! Batin Nayla.

Nayla yang tengah berdebat dengan pikirannya sendiri pun langsung tersentak ketika tangannya dirasa ada yang menggenggam. Nayla menoleh pelan dan langsung dihadiahi sebuah senyuman manis yang tercetak dibibir pemuda itu. Siapa pun yang tengah ditatapnya seperti ini pasti akan meleleh hati nya, tapi tidak bagi Nayla. Bahkan Nayla bosan melihat raut wajah sahabatnya yang satu ini, siapa lagi kalau bukan Kaka?

"Lo bisa" ucapnya sekali lagi sambil tersenyum manis memperlihatkan lesung pipi yang dimilikinya dan diakhiri dengan anggukan keyakinan. Ini lebih dari cukup untuk sekedar membuat Nayla tidak lagi terlalu khawatir.

"Tarik nafas"

"Buang" Nayla mengikuti instruksi yang diberikan Kaka tanpa penolakan.

Sejak dulu hanya Kaka yang tau tentang kebiasaannya seperti ini, bahkan tanpa sungkan dia membantu Nayla.

"Gue bukan murahan kan Ka?" mendengar pertanyaan konyol yang dilontarkan Nayla, Kaka pun hanya bisa mengerutkan dahinya bingung.

"Dengan lo yang pegang tangan gue kayak gini, bukan berarti gue murahan kan?" tanya Nayla memperjelas kalimat sebelumnya, sambil menatap kearah tangannya yang masih digenggam oleh Kaka.

"Siapa yang bilang lo murahan?" saat Nayla akan menjawab, suara gemuruh tepuk tangan terdengar meriah, Nayla menatap pembawa acara dan mengangguk setelah mendapat kode akan tampil setelah ini.

"Gue duluan" ucap Nayla sambil melepaskan genggaman tangan dari Kaka lalu berjalan kearah panggung.

"Semangat" ucap Kaka yang membuat Nayla menoleh sebentar lalu tersenyum getir mengingat dulu dia pernah merasa dipermalukan karena perbuatannya sendiri yang menurut nya lumrah karena phobia nya.

"Lo sama sekali tidak murahan Ayla"

***

Suara Nayla mengalun indah bersamaan dengan melodi melodi yang terdengar mendamaikan hati setiap orang yang tengah mencermati isi lagu yang dibawakan Nayla saat ini.

Lagu yang berjudul Maafkan aku yang dipopulerkan oleh Tiara Andini itu mengalun indah dengan karakter Nayla yang menjiwai setiap lirik lagu ini. Bagi Nayla, lagu ini terlihat pas untuk menggambarkan suasana hatinya dulu, tidak tau kalau sekarang. Dia hanya ingin bercerita pada semua orang tentang perasaannya lewat lagu yang dibawakannya, meskipun ini cerita lama.

Manik matanya menangkap wajah seseorang yang dengan terang-terangan tengah menatapnya, Nayla langsung mengalihkan pandangannya kearah lain. Dalam hati dia hanya tersenyum getir mengingat perjalanan cintanya dimasa lalu. Dia sebenarnya enggan membuka kembali ingatan tentang cerita nya dulu, namun dia hanya ingin laki-laki yang pernah dia sukai dulu mengetahui perasaannya. Meskipun telah berlalu.

Aku t'lah tau hati ini harus menghindar
Namun kenyataan ku 'tak bisa
Maafkan aku terlanjur mencinta
Ternyata hati tak sanggup melupa

Bait terakhir dari lagu yang dibawakannya terdengar menjiwai, disambut tepukan tangan oleh semua penonton membuat hati Nayla terenyuh, bolehkah Nayla menangis saat ini? Lagi-lagi retinanya menangkap wajah seseorang yang tengah menatapnya sambil bertepuk tangan.

Nayla turun dari panggung lalu berjalan kearah Kaka yang sedang menatapnya sambil tersenyum senang. Tanpa ragu Kaka mengacungkan kedua ibu jarinya dihadapan Nayla.

"Apa gue bilang? Lo pasti bisa" ucapnya dengan penuh keyakinan. Lalu Nayla tersenyum senang bahkan karena refleknya dia berhamburan kepelukan sahabatnya. Kaka hanya diam dipeluk oleh Nayla, sejak dulu kalau sedang bahagia pasti Nayla refleks memeluk orang yang diyakininya.

"Makasih" ucapnya sambil melepas pelukan.

"Sebentar" ucap Kaka saat mendengar nada dering teleponnya, lalu menjauh dari Nayla untuk mengangkat panggilan telepon itu.

Tak butuh waktu lama, Kaka pun kembali dengan raut wajah khawatir nya, Nayla akan diam selama Kaka belum mau cerita dengannya. Lalu Kaka pamit untuk pergi sebentar yang diangguki oleh Nayla.

"Hati-hati" ucap Nayla saat Kaka mulai terlihat menjauh dari pandangannya.

"Suara lo bagus" seketika Nayla menoleh,

"Makasih" ucapnya pada Langit, entah Nayla yang perasaan atau bagaimana, Langit terlihat menyedihkan. Bagaimana tidak? Wajah nya yang kurang bersemangat dan suaranya yang terdengar lesu, membuat Nayla memikirkan hal itu.

"Makan-makan kuy" dari arah belakang Rey muncul dengan cengiran khas yang selalu ditunjukannya. Nayla menggeleng menolak, karena saat ini jujur saja dirinya sedang tidak memiliki banyak uang. Karena mulai saat detik dimana dia tau bahwa dia hanya anak pungut, dia berjanji tidak akan menyusahkan kedua orang tuanya dan tidak akan menghamburkan uang untuk urusan yang menurutnya tidak penting.

"Gue yang traktir"

"Udah ga perlu sungkan, ayo ah" lalu Rey menggandeng tangan Nayla dan tangan Langit untuk pergi kekantin. Nayla hanya menurut karena mau menolak pun tidak ada alasan lagi.

"Lo pacaran sama Deska udah lama?" tanya Rey penasaran, bahkan Langit yang terlihat tidak bersemangat pun ikut menatap Nayla penasaran.

"Emm" bingung Nayla

"Kalian tadi pelukan, kaya ga ada kecanggungan lagi gitu" mendengar penjelasan Rey, Nayla pun mengangguk mengerti. Mengerti maksud Rey, namun kan Nayla bingung sendiri mau menjawab apa? Karena dia dan Kaka kan memang tidak pacaran.

"Yaudah si kalau ga dijawab juga gapapa kalik Rey" ucap Langit saat tau kalau Nayla seperti nya enggan menjawab pertanyaan Rey.

Saat ketiganya tengah menikmati semangkok bakso yang tadi dipesan, suara pemberitahuan chat masuk terdengar. Dengan segera, Langit pun mengambil handphone nya dari saku baju dan menggeser layar untuk membuka password. Pesan dari mamanya membuat Langit yang masih ingin berada ditempat ini harus pergi.

Nayla menatap Langit yang buru-buru keluar dari area kantin dengan perasaan aneh yang menjalar di hatinya. Campur aduk.

"Lo suka Langit?" ini adalah pertanyaan yang sama yang pernah Rey tanyakan untuk Nayla. Nayla menoleh lalu menggeleng pelan, antara ragu atau memang tidak? Nayla tidak yakin, namun satu hal yang tidak akan pernah berubah, Faeza Langit Dermantara tetap menjadi cinta pertama dari seorang Nayla Nacaella Putri atau lebih sering dipanggil Ayla dulunya.

"Suara lo bagus banget tadi Nay" Nayla hanya mengangguk lalu tersenyum kearah Rey, kenapa wajah ini seperti tidak asing bagi Rey? Rey rasa dia pernah bertemu dengan Nayla sebelumnya. Memang seperti tidak asing, namun pertanyaannya siapa?

Siapa Nayla didepannya ini? Rey terus saja bertanya-tanya namun hanya ia tanyakan lewat hati kecilnya. Lalu, siapa yang akan menjawabnya? Rey tertawa sinis memikirkan siapa yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari dirinya sendiri.

"Nay" Nayla menoleh tanpa bersuara, diam mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh teman sebangku nya itu.

"Kapan-kapan main dirumah gue ya?"

"Ha?" tanya Nayla cengo , Nayla bingung mengapa tiba-tiba Rey ingin mengajaknya kerumahnya?

"Gue mau ngenalin lo sama bunda"

"Bunda?" gumam Nayla yang masih didengar Rey. Bahkan Rey tau raut wajah Nayla berubah seketika setelah mendengar penuturan Rey.

Nayla merasa Rey lebih beruntung daripada dirinya. Rey masih memiliki bundanya sedangkan dia? Bahkan sampai detik ini belum ia temukan jawaban dari segala pertanyaannya.

"Gue mau ngasih tau bunda, kalau gue punya teman kayak lo gini" lagi-lagi Nayla menoleh kearah Rey sambil melototkan mata tanda tak terima.

***

Nayla berjalan sendirian menyusuri jalanan yang terlihat sepi. Karena ini memang masih jam nya sekolah jadi pasti sepi, hanya beberapa yang terlihat melewati jalanan ini.

Pikiran nya mulai berkecamuk, memaksa mengingat sesuatu yang dirinya sendiri tidak tau. Memaksa pikirannya berkelana tentang kehidupannya dulu. Bukan jawaban nya ia dapatkan malah rasa sakit yang menjalar dikepala nya yang ia rasakan.

Nayla berjongkok dengan kedua tangan yang memegang kepalanya yang terasa nyeri. Lalu perlahan dia duduk dipinggir jalan aspal yang sempit. Sudah 2 jam dia berjalan, makanya tidak hanya kepala yang terasa nyeri namun kaki nya juga terasa pegal.

Nayla memeluk kedua kakinya sambil duduk, lalu wajahnya ia telungkupkan diatas kedua lututnya dengan rambut yang ia biarkan maju semua. Dia bingung, kehilangan arah.

Bolehkah Nayla menyerah sekarang? Benar-benar frustasi dia, sedangkan dirinya tidak memiliki siapa-siapa dalam hidupnya.

"Nay" Nayla mendengar nama nya disebut, dia masih tidak bergeming, masih diam dalam posisi yang sama.

"Nay" panggilnya sekali lagi sambil memegang pundak Nayla. Dengan malas Nayla mendongak menatap kedua manik hitam lekat yang dimiliki orang itu.

"Lo kenapa disini?" tanyanya sambil mengambil posisi duduk disamping Nayla. Nayla menggeleng lalu kembali menelungkupkan wajah nya seperti tadi.

Menyadari ada sesuatu yang mengganjal dari pemuda itu. Nayla pun kembali menatap nya, melihat secara rinci muka nya.

"Berantem sama siapa?" tanya Nayla mengintrogasi setelah sadar ada luka lebam dipipi sebelah kanannya.

"Gue ga berantem" elaknya.

"Terus ini apa Ka?" tanya Nayla kesal sambil menunjuk luka lebam yang berwana biru kehijau-hijauan itu. Kaka meringis kesakitan, dia lupa kalau tadi dia dihajar habis-habisan oleh temannya.

"Jatuh mungkin"

"Bohong"

"Lo sendiri kenapa disini? Kayak orang hilang tau" terlihat Kaka sedang mengalihkan topik pembicaraan.

"Jangan alihin topik. Kita ini lagi bahas luka lo" Kaka hanya meringis pelan mengingat Nayla tidak mudah dikecoh. Tapi Kaka tau pasti bahwa Nayla adalah perempuan yang penyayang, tidak berlaku bagi semua orang memang. Namun berlaku bagi orang terdekatnya.

"Gue tadi menengahi orang yang lagi berantem, eh malah kena" Nayla menatap Kaka penuh curiga,

"Lo percaya kan? Gue jujur" ucap Kaka ketus, sebenarnya dia juga paling tidak bisa untuk berbohong namun kali ini dia coba akting yang baik. Siapa tau besok bisa jadi aktor? Nayla berdehem membalas ucapan Kaka.

"Lo sendiri?"

"Gue nginep dirumah lo"

"Boleh, tapi lo harus cerita dulu" Nayla mengangguk mengerti. Lalu dengan meyakinkan hati akhirnya Nayla berani mengungkapkan isi hatinya yang tengah rapuh dalam nya itu. Nayla bercerita tentang dirinya yang ternyata hanya anak pungut, lalu kedua orang tua nya yang terlihat selalu mengabaikan nya, lalu tentang dirinya yang masih mencari keberadaan orang tua nya. Satu hal yang Nayla tidak cerita, dia tidak bercerita tentang kisah cintanya, masa lalunya. Tepatnya cerita tentang bagaimana dia berubah menjadi sosok perempuan yang lebih dingin. Tentang Faeza Langit Dermantara, laki-laki dimasa lalunya yang kembali hadir dikehidupannya.

Nayla tau Faeza mencoba mendekati dirinya untuk menebus kesalahan, namun mata Nayla masih tersirat kekecewaan yang mendalam, sulit rasanya untuk kembali seperti dulu.

Nayla hanya tidak mau, hatinya kembali terluka seperti cerita masa lalunya. Mengapa Faeza kembali lagi? Apa takdir mencoba mempertemukan kedua insan itu kembali? Tapi mengapa?

Mungkin kali ini ia hanya akan melihat bagaimana tingkah laku Faeza nantinya, lalu menyerah pada keadaan mengenai jati dirinya yang sebenarnya.

Tbc.

***

Purworejo,

Continue Reading

You'll Also Like

109K 3K 72
By: Putri Insani Sedikit kata kata tentang hati yang patah
10.5K 334 21
"Jodoh itu bukan di tebak melainkan di cari itulah yang sedang di rasakan Renan saat ini" sekian prolog nya jangan lupa baca ya guys Please jangan p...
54.7K 2.9K 28
TELAH TERBIT || Part Masih Lengkap! Plagiator Harap Menjauh! Pelajari undang-undang hak cipta agar Anda tidak dikenai sanksi. *** "Aku mencintaimu, t...
37.4K 2.4K 47
Alya Sahnaz adalah remaja metropolitan kebanyakan. Pergaulan telah menjadikannya urakan dan tidak tahu aturan. Lalu bagaimana jika sang ayah akhirnya...