Meet Again ; Ketika Kisah Bel...

بواسطة kinantiii26

4.1K 1K 16

[COMPLETED] "Ayla gue itu perhatian engga kayak lo yang cuek, Ayla gue itu orang nya sabar engga kayak lo yan... المزيد

Prolog
Sekolah
Tawaran Pertemanan
Nayla, Namanya
Teman?
Nayla bukan Ayla
Sudah Biasa
Insiden UKS
Boomerang?
Di Bonceng
Gue bukan Ayla!
Seperti Hilang Arah
Nayla Nacaella Putri
Kenyataan
Masih Sama
Sakit
Bukan Siapa-Siapa
Masalah
Bakso Mercon
Deska Naekafa Erland
Sahabat
Awal atau Akhir?
Mundur?
Cerita Masa Lalu
Apa yang Terjadi?
Mantan, I Love You
Peduli
Ikat Pinggang
Kembali Menjauh
Kecewa
Akhir Penantian?
Ikatan Batin
Pergi
Harapan Tahun Lalu
Sedikit Layu
Menata Hati
Sebuah Harapan?
Hikmah
Perihal Waktu
Meet Again (Versi Nayla)
Dear, Mantan Pacar
Meet Again (Versi Langit)
Epilog
[Extra Part]

Sebelum Aku Pergi?

65 19 0
بواسطة kinantiii26

"Sebelum kamu pergi, semua tampak baik-baik saja ternyata"


~Faeza Langit Dermantara~
***

Acara tahunan yang pasti diadakan oleh sekolah nya Nayla adalah mengadakan pentas seni yang diikuti oleh setiap perwakilan kelas dari kelas X sampai kelas tingkat akhir.

Kali ini Nayla ditunjuk untuk mengikuti perwakilan pensi dari kelasnya, karena sebelumnya juga pernah ada acara seperti ini dan dia tidak ikut acara itu dikarenakan sedang sakit.

"Nay, lo besok mau nunjukin apa?"

"Menyanyi" jawab Nayla ragu-ragu karena ini adalah kali pertama Nayla mengikuti pensi seperti ini. Karena jelas tidak mungkin Nayla menari nantinya, alasannya karena Nayla memang tidak luwes dalam menari.

"Lagunya?" Nayla hanya mengendikan kedua bahunya.

Nayla terus terusan memikirkan bagaimana besok dia akan pensi. Dia sangat gugup untuk berhadapan didepan khalayak umum. Selama menjadi pendiam dan selalu sendiri termasuk ujian terberat bagi Nayla karena dirinya harus ekstra akting agar terlihat bahwa dia pemberani dan kuat. Semuanya hanya gimik semata.

"Eh Nay" panggilan itu membuat Nayla menoleh kearah Rey, menunggu kalimat yang akan terlontar selanjutnya.

"Kata si ketua kelas, kita nanti latihan nyanyinya sama kelas sebelah"

"Duet?"

"Bukan. Kalian nyanyi sendiri-sendiri tapi latihannya bareng. Gimana kalau dirumah gue?" tawar Rey dengan senyuman yang terlewat manis itu. Dengan lesung pipi yang dimilikinya, dia jadi terlihat sangat manis saat tersenyum. Namun anehnya, Nayla malah tidak tergiur dengan si manis satu ini. Didekatnya, Nayla lebih merasa nyaman sebagai orang terdekat walau tak sedekat seperti Kaka. Merasa seperti kakak baginya.

"Nanti lihat dulu siapa aja orangnya"

"Lo, Radit sama si Langit yang ganteng pake banget itu" celetuk salah satu teman satu kelasnya yang memang terang-terangan mengagumi Langit.

Nayla mendengarnya tidak percaya, mungkin dia salah dengar atau mungkin Lala yang salah bicara. Namun tidak ada ralat yang terdengar dari mulut Lala yang berarti Nayla tidak salah dengar!

Nayla menelan ludahnya dengan susah payah, lalu kembali mencoba sadar dengan lingkungannya saat ini. Nayla hanya mengangguk sebagai jawaban dari nya. Lidahnya terlalu kelu untuk mengucapkan terimakasih, apalagi dengan orang yang menurutnya asing baginya.

Pentas seni diadakan lima hari dari hari ini, yang menandakan Nayla harus berlatih sejak hari ini. Acara ini biasa, namun tetap saja Nayla tidak mau malu didepan banyak orang nanti nya. Harga dirinya terlalu tinggi untuk dijatuhkan.

"Nayla" merasa ada panggilan dengan segera Nayla mencari sumber suara namun yang dia dapati adalah Radit yang tengah berdiri didepan pintu kelasnya. Nayla mengernyit bingung, lagian untuk apa Radit memanggilnya? Bicara soal Radit, laki-laki itu tidak jadi masuk kedalam kelas Nayla karena suatu hal.

"Nay!" panggilnya lagi. Kali ini Nayla menunjuk diri nya sendiri yang diangguki oleh Radit. Merasa memang diri nya yang dipanggil akhirnya Nayla meninggalkan bangkunya dan berjalan kearah pintu kelas.

"Nanti latihan nyanyi dirumah gue" Nayla hanya mengangguk pelan lalu kembali ke bangkunya meninggalkan Radit yang tengah termenung didepan kelasnya.

"Kenapa Nay?"

"Latihan nyanyi dirumah Radit"

"Gue ikut ya Nay ya? Please" ucapnya sambil mengedipkan kedua matanya berharap Nayla akan luluh dengan wajah imut yang dibuat buatnya. Nayla menatap kedua matanya secara intens, Nayla seperti menemukan jati dirinya dalam kedua mata itu. Jantungnya berdebar sangat cepat membuat Nayla mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Ya Nay ya?" sedangkan Rey masih terus merayu Nayla. Nayla tau, ini bukan deg-deg an yang pernah dia rasakan saat dulu dekat dengan Faeza nya. Mantannya. Ini beda, Nayla bisa rasakan ada sesuatu dari Rey yang membuat Nayla semakin penasaran.

Ini adalah kali kedua Nayla merasa penasaran dengan seseorang. Karena kali pertamanya sudah ia rasakan 4 tahun lalu dikedai bakso mercon. Rasa ini jelas berbeda sekali. Tapi kenapa kini Nayla malah membandingkan Rey dengan Faeza? Faeza nya yang brengsek itu. Jelas Rey lebih dari mantannya itu.

Namun sekali lagi, Nayla tidak bisa menilai seseorang dari luarnya. Karena bagaimanapun bagi Nayla, Rey adalah orang baru dalam hidupnya yang entah sengaja ataupun tidak, masuk kedalam kehidupan Nayla yang datar ini.

***

Nayla berjalan kearah Kaka yang tengah tebar pesona dengan murid perempuan yang berjalan melewatinya. Memang dasarnya Kaka dari dulu seperti ini. Nayla hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan sahabatnya yang satu ini. Kini Nayla mulai berfikir ulang tentang bagaimana dia bisa berteman dekat dengan Kaka.

"Nay, gue minta nomor lo buat share lock nanti" Nayla menoleh kesamping kanannya, pertanyaannya sejak kapan Radit berdiri disebelahnya? Nayla terlihat berpikir ulang untuk memberikan nomornya pada orang lain. Traumanya tidak pernah hilang sejak dulu.

"Nay ayo" teriakan Kaka membuat Nayla berhenti melamun.

"Gue kerumah lo sekarang aja"

"Oke. Ayo naik" tawar Radit dengan senyum khasnya.

"Gue bareng Kaka"

"Oh bareng pacar" ucap Radit dengan manggut-manggut.

Ucapan Kaka ditengah lapangan tadi menjadi topik perbincangan hangat hari ini. Karena ini merupakan berita besar, bagaimana tidak? Seseorang yang selalu terlihat dingin yang memiliki daya pikat tersendiri ternyata sudah memiliki pawang nya.

Nayla hanya meringis pelan mendengar perkataan Radit. Apa dia harus mengikuti alur permainan Kaka dengan menjadi pacar pura-pura nya? Mungkin ini akan menjadi awal yang beda bagi seorang Nayla.

"Emm iya" jawab Nayla dengan sedikit berlari kearah Kaka.

"Mari tuan putri" sambut Kaka layaknya pangeran dalam disney yang sering ditonton Nayla saat dirinya masih kecil dulu.

"Mau kemana?" tanya Kaka menggoda saat Nayla telah duduk dijok belakang.

"Kerumah Radit" Kaka tampak melamun sekejap. Sepertinya nama Radit tidak asing ditelinga Kaka. Namun dia lupa, siapa Radit?

"Itu orangnya" tunjuk Nayla pada Radit yang tengah menatap dirinya dengan pertanyaan 'sudah siap?' lalu dibalas anggukan oleh Nayla. Kaka setia mengikuti Radit dari belakang sejak beberapa menit lalu.

"Jangan bilang dia selingkuhan lo?" tanya Kaka dengan sedikit keras agar Nayla mendengarkan. Nada bicaranya juga terdengar serius.

"Iya, lo jangan hajar dia ya"

"Siap tuan putri"

"Gila" gumam Nayla dengan senyum mengembangnya.

***

"Faeza" ini adalah panggilan yang ke 5 sejak tadi.

"Hm"

"Fa, sebentar aja. Bantu Ayla ya?" rayu Ayla dengan mengerjapkan matanya beberapa kali, berharap Faeza mau membantunya kali ini. Kali ini saja.

"Apa?" tanya Faeza dengan nada membentak. Keduanya terdiam, Ayla terlihat sedang berpikir keras tentang apa yang akan diucapkannya nanti, dia takut kalau kalau Faeza malah marah pada dirinya.

Namun kali ini keadaan yang memaksanya melakukan ini. Ini sudah menjadi kebiasaannya sejak dulu kala dia akan tampil didepan khalayak umum.

Dengan berani, akhirnya Ayla menautkan jemarinya pada jemari Faeza. Namun, yang namanya Faeza pasti akan langsung menatapnya dengan bingung.

"Lepasin" tukas Faeza sambil mencoba melepaskan tautan jemari mereka dengan kasarnya.

"Tidak"

"Apa si lo? Murahan banget! " ucapan Faeza kali ini menusuk dalam hati Ayla yang paling dalam bahkan membekas dalam ingatannya. Kata murahan yang ditujukan untuknya seperti ucapan yang menjatuhkannya. Karena harusnya Faeza menunggu penjelasan dari Ayla bukan malah mengeluarkan opini nya seenak jidatnya.

"Ayla bukan murahan!" lalu Ayla melepaskan tautan jemari nya dengan segera. Meskipun Ayla sudah jatuh-sejatuh jatuhnya dalam pesona seorang Faeza, namun tetap saja dirinya tidak suka Faeza menyebutnya murahan. Karena jika Ayla tidak menentang opini Faeza berarti Ayla memang terima jika dirinya diremehkan seperti ini.

"Terus maksud lo genggam tangan gue barusan apa? Modus?" Ayla menghela nafasnya kasar. Dia tidak boleh menurunkan moodnya saat detik-detik menjelang pementasannya setelah ini.

"Maaf" ucap Ayla dengan senyum palsunya.

Perkataan Faeza terpotong saat pembawa acara telah menyebutkan nama yang akan tampil setelah ini, siapa lagi kalau bukan Ayla? Seusai mendengar namanya dipanggil, dengan gugup pun Ayla mulai melangkahkan kaki nya menuju panggung yang telah tersedia.

"Ayla bisa" gumam Ayla menyemangati dirinya sendiri.

Ayla mulai memegang mic yang diberikan oleh sang pembawa acara dan mulai berjalan ketengah panggung. Panas dingin yang Ayla rasakan kini membuatnya gugup setengah mati. Mati-matian Ayla menahan rasa takut yang tengah menyerang pikirannya.

Ditatapnya penonton mulai dari arah kiri hingga arak kanan dari panggungnya. Mereka begitu banyak hingga kepala Ayla mulai pusing menatap nya satu persatu. Ayla bukannya fokus dengan lagu yang akan di bawanya, malah dia mulai mengabsen satu persatu nama teman yang dia ketahui.

Iringan musik mulai berjalan, namun Ayla malah tak henti-hentinya mengabsen nama nama temannya. Sampai sorakan terdengar dari penonton yang tengah dia absen nama-namanya.

"Huuuuuuuuuuu" mereka semua seakan tengah latihan paduan suara hingga suara mereka terdengar nyaring secara bersamaan.

"Turun turun!" hingga Ayla mulai sadar bahwa kini dia sedang berada diatas panggung setelah beberapa orang melemparinya dengan secarik kertas yang sudah digenggam erat membentuk bola.

Dengan rasa malu, akhirnya Ayla turun dari atas panggung menuju tempat yang sepi. Dengan gusar, Ayla menelungkupkan kepalanya ditengah-tengah kedua kaki nya setelah memastikan tidak ada orang selain dirinya disana.

"Kaka dimana?"

"Ayla sendirian" racau Ayla dengan tidak sadar. Hatinya berkecamuk antara malu marah sedih dan kecewa. Dulu Kaka lah yang selalu meyakinkan dirinya bahwa dia bisa, namun kali ini harusnya Ayla ingat tentang kepergian Kaka ke Malang beberapa bulan silam.

Ayla memutuskan untuk mencuci muka nya di kamar mandi. Saat kakinya melangkah kesana, matanya menangkap seorang laki-laki yang notabenenya adalah pacarnya berjalan menuju kearah nya.

"Engga bisa ya sekali saja engga usah malu-maluin?" pertanyaan itu membuat Ayla mematung ditempat sambil menundukkan kepalanya menatap lantai koridor berwarna putih mengkilap itu.

"Maaf"

"Tadi Ayla gugup"

"Alasan"

"Tapi kan ini salah Faeza"

"Salah gue dari mananya? Bego lo!"

"Tadi kan Faeza bilang kalau Ayla murahan"

"Emang bener, nyatanya lo tadi pegang-pegang tangan gue tanpa seizin gue"

"Biasanya kalau Ayla mau tampil pasti selalu kayak tadi. Tapi biasanya sahabat Ayla selalu pegang tangan Ayla katanya biar tidak gugup lagi. Dan itu bener, tapi sahabat Ayla kan tidak ada disini jadi Ayla pinjem tangannya Faeza"

"Banyak alasan lo. Bilang aja lo tidak bisa nyanyi"

Percikan ingatan bersarang diotak Langit yang tengah menatap Nayla dengan seksama. Nayla itu dingin jauh berbeda dari Ayla nya yang periang. Ah, Lagi-lagi perasaan bersalah menghantui Langit. Langit hanya tersenyum masam mengingat kejadian dulu dimana dirinya terlalu bodoh sampai-sampai tidak bisa memikirkan mana yang benar dan mana yang salah.

Saat seperti ini mengapa Nayla terlihat damai wajahnya? Bahkan aura dingin dapat ditepis dengan mudahnya. Nayla terlihat tambah cantik berkali-kali lipat saat serius seperti ini.

"LANG" panggilan itu membuat Langit mengelus dadanya pelan karena tidak bisa menyembunyikan perasaan kagetnya.

"Apa?" tanya Langit ketus karena masih jengkel.

"Lo mau nyanyi lagu apa nanti?" tanya Radit sambil terkekeh diakhir katanya setelah melihat raut wajah kesal dari seorang Faeza Langit Dermantara.

"Belum tau"

"Gimana si lo?" Langit mengacuhkan pertanyaan yang ditujukan untuk nya itu lalu fokusnya kembali tertuju pada Nayla yang tengah bernyanyi.

Maaf kan aku terlanjur mencinta
Ternyata hati tak sanggup melupa

Suara Nayla membuat Langit tidak bisa lepas dari pujian yang terus dilontarkan dalam hatinya teruntuk Nayla. Suara nya memang tidak sebagus penyanyi internasional namun suaranya itu mampu membuat Langit merasa nyaman. Bahkan saat suaranya tidak diiringi musik.

"Minum" Beberapa menit kemudian, Radit datang dengan membawa minuman berwarna oranye itu. Yang dibalas anggukan kepala oleh Langit. Langit berjalan kearah Nayla dengan membawa 2 gelas berisi minuman yang ditawarkan oleh Radit tadi.

"Minum Nay" ucapan Langit membuat Nayla yang tengah melamun, menatap nya. Lalu Nayla hanya mengangguk sambil menerima gelas yang disodorkan Langit padanya. Karena jujur, dia haus saat ini juga.

"Makasih" gumam Nayla pelan lalu mulai meminumnya. Langit tersenyum dalam hatinya melihat Nayla yang tidak menolak pemberiannya. Nayla menggeser duduknya kearah kanan mengkode Langit agar duduk disebelah Nayla. Nayla sedang tidak berniat untuk debat. Dirinya terlalu lelah kali ini.

"Lo bisa langsung tanya sama bokap lo, dimana orang tua kandung lo" tiba-tiba Langit membahas tentang satu masalah yang seperti nya tidak ada ujung jawabannya. Namun pertanyaan itu membuat Nayla berpikir ulang, namun kalau dia tanya peluang besar nya dijawab adalah cuma 2%. 2% juga masih kemungkinan.

Nayla menghela nafas pelan mungkin ini adalah cara terakhir yang bisa ia lakukan. Karena memang tidak ada titik terang ataupun kode tentang pemecahan masalah ini.

"Nanti gue coba" lalu keheningan menyelimuti keduanya.

"Nay" Langit mencoba memecahkan keheningan yang ada.

"Heum?"

"Before you go" kalimat yang terucap membuat Nayla menatap Langit dengan tatapan tidak dimengerti nya.

"Ha?" tanya Nayla dengan raut wajah bingung, bukan karena tidak bisa bahasa inggris namun justru karena dia tau artinya itu apa.

"Lagunya bagus. Liriknya pas sama apa yang gue rasain"

"Terus?"

"Gue cuma mau bilang aja" dan diakhiri dengan senyum manisnya lalu kembali menyeduh minumannya. Tatapan nya tidak goyah kali ini, Langit menatap sebuah lukisan yang terpajang didinding bernuansa biru itu. Menatap nya lekat-lekat dengan kedua manik matanya. Seperti ada yang mengganjal, tapi - - - apa?

Sedangkan Nayla, dirinya baru saja mencermati perkataan Langit tadi. Nayla sendiri sangat hafal lagu yang juga termasuk lagu kesukaannya itu. Kalau dicermati dari judulnya berarti artinya sebelum kamu pergi. Apa Langit sengaja menyindirnya? Apa Langit sudah tau tentang dirinya?

Nayla hanya tersenyum masam menyikapi hal ini. Semoga saja, sesuatu yang selama ini Nayla lakukan ada hasilnya. Lalu Nayla tersenyum tipis.

Before you go? Apa maksudnya, before I go?
Sebelum aku pergi?

Tbc.

***

Purworejo,

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

793K 35.5K 17
Sudah terbit! Dipublikasi pertama kali, di wattpad : 13 Agustus 2019 Untuk info pemesanan buku, bisa hubungi : 0812-5335-3619
37.3K 2.4K 47
Alya Sahnaz adalah remaja metropolitan kebanyakan. Pergaulan telah menjadikannya urakan dan tidak tahu aturan. Lalu bagaimana jika sang ayah akhirnya...
396 86 53
"Kurasa aku mulai jatuh cinta..." Dia Eliza, anti akan namanya cinta karena suatu peristiwa yang pernah di alaminya. Hingga ia dipertemukan dengan se...
37.8K 956 46
Cinta yang dulu pernah terbenam kini muncul lagi ke permukaan dengan segala komplik jalan cerita cinta mereka ...