Meet Again ; Ketika Kisah Bel...

By kinantiii26

4.1K 1K 16

[COMPLETED] "Ayla gue itu perhatian engga kayak lo yang cuek, Ayla gue itu orang nya sabar engga kayak lo yan... More

Prolog
Sekolah
Tawaran Pertemanan
Nayla, Namanya
Teman?
Nayla bukan Ayla
Sudah Biasa
Insiden UKS
Boomerang?
Di Bonceng
Gue bukan Ayla!
Seperti Hilang Arah
Nayla Nacaella Putri
Kenyataan
Masih Sama
Sakit
Bukan Siapa-Siapa
Masalah
Deska Naekafa Erland
Sahabat
Sebelum Aku Pergi?
Awal atau Akhir?
Mundur?
Cerita Masa Lalu
Apa yang Terjadi?
Mantan, I Love You
Peduli
Ikat Pinggang
Kembali Menjauh
Kecewa
Akhir Penantian?
Ikatan Batin
Pergi
Harapan Tahun Lalu
Sedikit Layu
Menata Hati
Sebuah Harapan?
Hikmah
Perihal Waktu
Meet Again (Versi Nayla)
Dear, Mantan Pacar
Meet Again (Versi Langit)
Epilog
[Extra Part]

Bakso Mercon

69 21 1
By kinantiii26

"Tuhan Maha membolak-balikan perasaan manusia"

~MeetAgain~

***

Nayla hanya bisa diam saat Papa nya mengomel untuk pertama kalinya karena dirinya membolos sekolah kemarin. Bukannya takut, Nayla malah senang dalam hati karena diam-diam ternyata Papa nya memperhatikan nya.

"Kamu denger kan yang Papa katakan?" pertanyaan itu menyadarkan Nayla lalu dengan wajah bingungnya, dia mengangguk mengiyakan.

Rumah istana nya dulu, sekarang seakan rumah kosong. Tak ada kehangatan memang sejak dulu Nayla tinggal disini, namun hanya ini tempat tinggal sementara yang bisa Nayla tempati. Hanya sementara dan setelah semuanya terungkap dengan jelas, Nayla akan langsung angkat kaki. Nayla janji itu.

"Ya sudah, Papa mau kekantor lagi" lagi-lagi Nayla mengangguk. Sejak tadi gadis cantik itu belum mengeluarkan sepeserpun kata dan hanya mengangguk yang ia lakukan.

Nayla menghembuskan nafasnya pelan, cacing dalam perutnya terus saja meronta-ronta meminta diberi makan. Dirinya yang enggan berdebat dengan mamanya pun lebih memilih jajan diluar.

Nayla sebetulnya ingin sekali makan di cafe, restoran atau paling tidak warteg. Namun sayangnya tempat itu jauh dari pemukiman tempat tinggal Nayla. Yang paling dekat juga hanya Alfamart walau itu juga memerlukan waktu setengah jam untuk kesana. Dengan langkah gontai, Nayla melangkahkan kakinya menuju Alfamart.

Kali ini sepertinya Nayla harus memborong berbagai macam cemilan untuk asupan makannya sehari-hari bila nanti ada mamanya dirumah. Yap, Nayla malas bertemu dengan Mama nya sejak dia tau sifat asli beliau. Bukan kenapa-napa, hanya saja Nayla selalu sakit hati dengan perlakuan wanita paruh baya itu.

Setelah memasukan berbagai macam cemilan kedalam troli, Nayla pun berjalan untuk mengantri membayar. Beberapa orang di antrian terdepan sudah mulai berkurang, tinggal satu wanita yang ada didepan Nayla.

"Duh, mbak uang saya tertinggal" ujar ibu-ibu yang antre di antrian terdepan, lebih tepatnya didepan Nayla.

"Pake kartu atm bisa ibu" ucap kasirnya dengan lembut.

"Dompet saya tertinggal mbak"

"Ya sudah, lebih baik ibu pulang dulu ambil uang atau---" ucapan kasir cantik itu terpotong.

"Permisi" sapaan itu membuat kedua wanita yang tengah berdiskusi menoleh kebelakang dan menemukan seorang gadis beraura dingin dengan wajah datar. Mereka hanya diam sembari menunggu gadis itu berbicara.

"Punya ibu ini biar saya bayar sekalian"

"Baik mbak" ucap sang kasir dengan diakhiri senyum menawannya. Ibu tadi hanya diam sembari memperhatikan wajah orang yang menolongnya. Karena zaman sekarang jarang sekali ada orang yang mau membantu orang lain, apalagi orang tak dikenalnya.

"Terimakasih ya nak sudah mau membantu saya" Nayla hanya mengangguk dua kali, lalu melangkah pergi setelah mengucapkan kata permisi.

***

Nayla berjalan dengan santainya sambil membawa satu plastik yang berisi cemilan yang baru dibelinya. Langkahnya terhenti ditaman kota, dirinya hanya diam duduk disana dengan telinga yang dipasang headset, mulut yang terus mengunyah cemilan dan otak yang terus memaksanya berpikir keras. Berpikir tentang bagaimana hidupnya nanti.

"Lapar apa doyan?" pertanyaan itu mengagetkan Nayla yang tengah asik melamun karena terdengar nyaring sekali ditelinganya hingga membuatnya tersedak makanannya sendiri. Lalu Nayla melepaskan headset nya dari kedua telinganya.

"Minum" laki-laki itu menyodorkan minuman yang tadi ia beli kepada Nayla, awalnya Nayla menolak namun laki-laki itu bersikeras meminta Nayla menerima minuman yang ia sodorkan.

Nayla mengangguk sekali lalu meminumnya.

"Lo belum makan seharian" Nayla menggeleng cepat namun setelah menyadari kebodohan nya dia lantas mengangguk cepat.

"Udah apa belum maksudnya?" laki-laki itu sudah memperhatikan Nayla sejak tadi dari kejauhan, tanpa sepengetahuan Nayla tentunya.

Nayla mengangguk dengan mengalihkan pandangannya. Nayla masih bersikap dingin kepada banyak orang karena dia terlalu malas menanggapi orang-orang.

"Nay, tentang masalah lo kemarin" Nayla menyimak pembicaraan yang akan dimulai nya dengan laki-laki disampingnya kini.

"Gue udah punya jalannya" Nayla mengangkat alisnya penasaran, namun laki-laki disampingnya kini malah ikutan diam seperti dirinya dan itu hanya membuat Nayla kesal. Buang-buang waktu, karena Nayla adalah perempuan yang menghargai waktu. Dia tau waktu tidak bisa diputar ulang maka dari itu baginya waktu adalah berlian. Berharga.

"Tapi gue mau makan dulu baru gue jelasin" Nayla mengerutkan kedua alisnya bingung, kenapa laki-laki disampingnya ini tidak makan dari tadi dan malah menganggu Nayla.

"Hm?" deheman Nayla membuat Langit tertawa renyah.

"Ya gue mau makan dulu Nayla" karena gemas Langit pun mengacak-acak rambut Nayla yang membuat Nayla berdecak tidak suka.

"Ayo" sebelum Nayla menjawab, tangannya sudah lebih dulu ditarik Langit menjauh dari area taman. Dengan malas Nayla mengikuti Langit sambil membawa plastik berisi berbagai cemilan yang ia beli. Sebenarnya Nayla risih harus membawa barang apalagi ukuran plastik itu besar, ya tentunya karena isinya banyak.

Langit membawa Nayla menuju area parkir lalu Langit segera melajukan motornya ke restoran favoritnya. Langit membawa motor dengan kecepatan sedang karena bagaimana pun ia bukan sedang berada di area balapan yang mengharuskan membawa motor dengan kecepatan penuh agar menang.

Siang ini jalanan tidak terlalu macet, hingga membuat Langit dan Nayla sampai dengan cepat. Nayla turun dengan masih membawa sekantong plastik cemilan.

"Sini" Nayla menatap Langit bingung, apa yang dimaksud Nayla tapi setelah beberapa detik diam akhirnya dia mengerti dan dengan gesit, Langit mengambil plastik besar yang dipegang Nayla sejak tadi.

"Hilang" ucap Nayla setelah melihat Langit meletakkan dibagian depan motornya.

"Nanti gue beliin lagi kalau perlu se-tokonya gue beliin buat lo" Lalu Langit tertawa renyah mengingat omongannya barusan. Berbeda dengan Nayla yang terus-terusan memasang muka datar.

"Yah" ucap Langit lesu dengan diakhiri helaan nafas kasar.

"Hm?" dalam hati Langit terus saja menggerutu bagaimana bisa dia kenal dengan seseorang yang sedingin ini bahkan untuk berbicara saja dia malas.

"Gue gagal" ucap Langit sedih, mereka masih berada diluar kedai makanan.

Lagi-lagi Nayla mengerutkan dahinya.

"Gue gagal menggombal" pernyataan Langit barusan membuat Nayla sedikit merasa bersalah namun lagi-lagi perasaan itu harus Nayla tepis dengan cepat.

Nayla hanya mengangguk pelan dua kali. Langit hanya bisa bersabar dengan ekstra, mungkin lain kali dia akan beruntung. Langit menarik pergelangan tangan Nayla untuk masuk ke kedai bakso yang terkenal ditempat ini. Kedai ini akan terlihat ramai setiap hari nya.

"Nay lo mau pesan apa?" tanya Langit saat mereka sudah memasuki kedai. Nayla terlihat berpikir sambil membaca daftar menu yang tercetak jelas didinding.

"Bakso mercon" Langit tersenyum puas dalam hati mendengar makanan yang Nayla pesan. Sudah Langit duga sebelumnya.

"Bakso mercon dua, minumnya es teh sama es jeruk" ucap Langit pada salah satu pelayan disana lalu melangkah mendekati meja kosong yang masih tersisa.

Mereka menunggu dengan antusias terutama Nayla. Jujur saja, sudah lama dia tidak kesini. Rasanya rindu sekali pada bakso nya, bukan pelayan atau pemilik nya. Nayla begitu menggemari makanan bernama bakso ini.

"Lo tau ga kenapa gue bawa lo kesini?" pertanyaan dari Langit hanya dijawab Nayla acuh dengan mengendikan kedua bahunya sambil menatap kedai itu, seakan pemandangan disana lebih menarik daripada seorang laki-laki yang tengah duduk dihadapannya. Padahal kalau dilihat oleh orang yang penglihatannya masih normal pasti akan lebih memilih memandang laki-laki tampan didepan Nayla ini.

"Karena tempat ini, tempat favorit Ayla" mendengar pengakuan Langit, Nayla pun menoleh dengan mengangguk pelan pertanda dia mengerti.

"Gue kangen Ayla, makanya gue kesini" lagi-lagi Langit curhat tentang Ayla yang membuat Nayla berdecak tidak suka. Memori tentang kedai bakso ini berputar diotak Nayla memaksa Nayla berpikir tentang kejadian beberapa tahun lalu tepatnya saat pertama kali dia kesini.

"Ay" Ayla menoleh kearah Kaka-temannya-

"Lo mau pesan apa?"

"Emm, disini yang enak apa?" tanya Ayla bingung karena ini adalah kali pertama dia menginjakan kaki nya dikedai bakso yang katanya terkenal karena cita rasanya yang tidak ada tandingannya dan memiliki ciri khas tertentu.

"Bakso mercon aja deh, kayaknya enak"

"Tapi itu pedas banget baksonya Ay" protes Kaka

"Gapapa. Ayla kan kuat"

"Kuat darimana? Tadi aja katanya pingsan waktu MOS" kalimat Kaka yang dibalas cengiran oleh Ayla.

"Panas tadi itu Ka" bela Ayla pada dirinya sendiri.

Matanya terus saja menjelajahi isi kedai bakso yang ia kunjungi hingga kedua mata gadis itu mendapati seseorang yang tentunya berjenis kelamin laki-laki tengah asik mengobrol santai sambil sesekali tertawa.

Gadis yang masih kelas satu SMP itu mulai tertarik dengan apa yang menjadi bahan obrolannya bukan karena apa, bahkan Ayla tidak mendengar apa yang mereka bicarakan. Hanya saja Ayla tertarik dengan bahan pembicaraan yang bisa membuat laki-laki yang tengah memakai kemeja putih itu tertawa renyah sesekali. Terlihat begitu manis. Bahkan terlihat sangat manis hingga membuat Ayla menatap nya terus menerus.

"Ay"

"Ayla"

"Hm"

"Ay"

"Apa si Ka?" tanya Ayla tidak mengalihkan pandangannya sekali pun

"Ini baksonya keburu dingin" lalu Ayla menoleh dan benar saja satu mangkok bakso yang bisa dibilang sedikit jumbo sudah tersedia dihadapannya. Bakso itu terlihat menggoda.

Sesekali Ayla menolehkan pandangannya kearah laki-laki itu sambil terus mengunyah baksonya.

Laki-laki berkemeja putih dan bakso mercon adalah perpaduan yang pas, yang ingin selalu Ayla miliki. Ayla suka keduanya. Dan mulai detik ini Ayla menetapkan perasaan sukanya terhadap laki-laki itu. Dan jangan lupakan tentang kedai bakso yang membuatnya bertemu. Kedai bakso ini juga menjadi bagian favorit yang Ayla sukai.

"Lo liatin apa si Ay?" pertanyaan itu membuat Ayla gusar. Jangan sampai si Kaka tau bahwa dirinya tengah naksir seseorang, karena dirinya tidak mau jadi bahan ejekan Kaka.

"Ga liatin apa-apa kok" Kaka mengangguk mengerti lalu Kaka izin kekamar mandi untuk buang air kecil.

Ayla samperin ah~ucap Ayla dalam hati

"Emm, hii" sapa Ayla dengan gaya sok kenalnya hingga membuat ketiga laki-laki ini mengernyit bingung.

"Boleh kenalan ga?" tanya Ayla namun ketiganya masih diam.

"Nama kamu siapa?" tanya Ayla dengan memandang laki-laki berkemeja putih yang sedari tadi menarik perhatiannya.

"Faeza" kata itu tidak keluar dari mulut laki-laki dihadapan Ayla namun temannya yang mengatakan.

"Jadi nama kamu Faeza?"

"Iya" lagi-lagi temannya yang menjawab.

"Salam kenal ya Faeza. Kamu ganteng, aku suka. Sampai ketemu lagi. Dada!" lalu Ayla kembali ke meja nya sambil tersenyum puas. Sekarang dia tau, nama laki-laki yang menarik perhatiannya, Faeza. Nama yang unik dan bagus untuk orang setampan Faeza. Bahkan Ayla bisa merasakan aura dingin nya namun bagi nya Faeza begitu menarik.

"Faeza hihihi" gumam Ayla sambil cekikikan sendiri.

Nayla memejamkan kedua mata nya sebentar sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa menusuk dipermukaan kulit tubuhnya. Nayla ingat dengan jelas waktu dirinya berkunjung kekedai ini untuk pertama kalinya, hanya saja sekarang dirinya harus berpura-pura tidak pernah datang ke kedai ini. Berpura-pura lagi.

Pelayan datang dengan membawa 2 mangkok bakso, es teh, serta es jeruk. Nayla menatap bakso mercon kesukaannya dengan mata berbinar. Makanan kesukaannya tidak mungkin ia lewatkan begitu saja. Semua tentang nya dengan susah payah telah berhasil diubah tapi tidak untuk makanan ini. Terlalu sayang untuk dilewatkan.

Tanpa Nayla sadari, Langit menatapnya senang sedari tadi. Tanpa ada yang tau senyumnya mengembang melihat ke-antusias nya Nayla saat ini. Langit ingat dengan jelas apa yang dikatakan Ayla waktu itu.

"Kita ngapain si kesini?" tanya Faeza malas, sedari tadi pergelangan tangannya ditarik oleh gadis yang menjadi pacarnya kini. Ayla.

"Makan" ucap Ayla acuh sambil memesan makanan pada pelayan.

"Lo lapar? Kenapa ga makan dirumah aja si? Nyusahin tau ga" ketus Faeza pada Ayla. Faeza kesal karena Ayla mengajaknya makan saat mereka pulang sekolah.

"Alasannya karena Ayla memang lapar, tapi bukan itu alasan utamanya. Alasan utama nya karena Ayla tau Faeza belum makan sejak tadi disekolah" jelas Ayla panjang lebar.

"Ga penting"

"Penting tau. Ayla kan ga mau kalau sampai Faeza sakit" Ayla memelankan nada suaranya. Sedangkan Faeza malah berdecak tidak suka.

"Faeza tau ga?" yang ditanya hanya diam.

"Faeza ihhh jawab" Paksa Ayla.

"Apa?" ketus Faeza pada Ayla yang terlewat cerewet.

"Ayla ajak Faeza ketempat ini karena ini tempat favorit Ayla"

"Oh" cuek Faeza, mendengar jawaban Faeza yang terlewat cuek, Ayla hanya bisa memasang muka masam. Ayla hanya ingin menarik perhatian Faeza, kenapa susah sekali? Pertanyaan yang selalu terngiang dikepala Ayla.

Faeza memang cuek orangnya, walaupun begitu dirinya tetap memperhatikan bagaimana perubahan raut wajah Ayla dan Faeza hanya bisa diam tanpa suara.

Makanan datang, Faeza bingung mengapa pesanannya berbeda dengan pesanan Ayla?

"Yang ini pedas banget jadi ini punya Ayla. Faeza yang itu tapi kalau Faeza mau pedas ya bisa pake sambal" jelas Ayla tanpa ditanya terlebih dahulu oleh Faeza. Ayla seperti cenayang yang bisa mengetahui apa yang dipikirkan Faeza saat ini.

"Ayla suka banget sama bakso mercon ini" walaupun mulutnya masih penuh tetap saja yang namanya Ayla tidak akan bisa berhenti berbicara jika bersama Faeza. Pacar pertamanya.

"Ini tempat favorit Ayla, jadi Ayla bawa Faeza kesini supaya Faeza tau aja hehe"

"Tidak penting gue tau"

Langit mengingat nya dengan getir bagaimana tidak? Sikapnya dulu sungguh memalukan karena bagaimana juga sekarang malah dia yang selalu mencari Ayla, karena rasa rindunya yang besar.

Langit mengingat segala ucapan Ayla waktu itu. Entah mengapa dulu dia begitu dingin pada gadis bernama Ayla itu, namun Tuhan maha membolak-balikkan perasaan dan itu yang Langit rasakan. Cinta.

Langit akui dirinya tidak pernah peduli dengan Ayla dulu namun sekarang semua kenangan seakan berputar ulang hingga Langit bisa mengingat apa yang Ayla katakan padanya. Semuanya.

"Punya gue yang mana?" pertanyaan Nayla membuat Langut mengerutkan dahinya.

"Minuman gue yang mana?" tanya ulang Nayla dengan jelas.

"Es jeruk" jawaban Langit membuat Nayla mengangguk patuh dan langsung menyambar sedotan untuk meminumnya.

"Itukan minuman kesukaan lo" mendengar pernyataan Langit, Nayla pun langsung tersedak minumannya sendiri bahkan terus terusan batuk untuk beberapa detik sambil terus mencerna ucapan Langit.

Nayla lebih memilih diam daripada membalas perkataan Langit yang dia sendiri tidak tau akan menjawab apa.

"Gimana kalau lo cari berkas tentang diri lo dirumah? Siapa tau mereka punya?"

"Gue anak pungut. Yang berarti gue ini ditemuin dijalan" ucap Nayla malas. Kemarin dirinya lebih memilih untuk mengutarakan apa yang menjadi beban pikirannya beberapa hari ini.

"Coba dulu siapa tau beruntung"

Tbc.

***

Purworejo,

Continue Reading

You'll Also Like

27.1K 1.6K 11
Trauma Karna Di Permainkan Oleh Endah Wanita Di Masalalu Membuat Langit Dingin Terhadap Cinta Yang Datang Akankah Ada Yang Mencairkan Hati Langit Unt...
3.3K 302 46
S1: Pernikahan impian Arzoo kandas di depan mata tatkala Jai menghilang secara mendadak. Demi menyelamatkan harga diri sahabatnya yang ditinggal memp...
10.5K 334 21
"Jodoh itu bukan di tebak melainkan di cari itulah yang sedang di rasakan Renan saat ini" sekian prolog nya jangan lupa baca ya guys Please jangan p...
183K 28.7K 52
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...