Meet Again ; Ketika Kisah Bel...

By kinantiii26

4.1K 1K 16

[COMPLETED] "Ayla gue itu perhatian engga kayak lo yang cuek, Ayla gue itu orang nya sabar engga kayak lo yan... More

Prolog
Sekolah
Tawaran Pertemanan
Nayla, Namanya
Teman?
Nayla bukan Ayla
Sudah Biasa
Insiden UKS
Boomerang?
Gue bukan Ayla!
Seperti Hilang Arah
Nayla Nacaella Putri
Kenyataan
Masih Sama
Sakit
Bukan Siapa-Siapa
Masalah
Bakso Mercon
Deska Naekafa Erland
Sahabat
Sebelum Aku Pergi?
Awal atau Akhir?
Mundur?
Cerita Masa Lalu
Apa yang Terjadi?
Mantan, I Love You
Peduli
Ikat Pinggang
Kembali Menjauh
Kecewa
Akhir Penantian?
Ikatan Batin
Pergi
Harapan Tahun Lalu
Sedikit Layu
Menata Hati
Sebuah Harapan?
Hikmah
Perihal Waktu
Meet Again (Versi Nayla)
Dear, Mantan Pacar
Meet Again (Versi Langit)
Epilog
[Extra Part]

Di Bonceng

107 34 2
By kinantiii26

"Dulu adalah dulu dan sekarang adalah sekarang"


~Nayla Nacaella Putri~
***

Sudah setengah jam dari bel pulang sekolah berbunyi, namun gadis cantik yang terkesan dingin itu masih setia berdiri didepan gerbang sekolahnya. Dia tampak lebih tenang dari teman-temannya yang lain, dia tampak lebih santai menunggu angkot yang tak kunjung datang itu.

Sambil menunggu gadis bernama Nayla itu berdiri dengan handphone ditangannya, jarinya dengan lincah men-scroll berada instagram nya. Satu-persatu postingan diamati olehnya sampai kedua matanya menangkap pemberitahuan dari pemerintah bahwa hari ini semua angkot tengah mogok.

Nayla menghela nafas pasrah, hari ini mungkin dia harus pulang dengan berjalan kaki. Rumahnya memang jauh dari sekolahannya itu, karena jaraknya yang memang jauh.

Kakinya mulai melangkah meninggalkan area sekolahnya dengan santai. Mungkin teman-temannya yang lain dijemput oleh orang tuanya, lihat saja satu persatu dari orang tuanya sudah datang untuk menjemputnya. Nayla hanya tersenyum kecut jika dia mengharapkan salah satu dari kedua orang tuanya bisa menjemputnya.

Kebiasaan yang telah dibuat oleh Nayla sejak dirinya lulus dari smp adalah sendiri. Sendirian, berteman saja tidak ia lakukan karena ia memang lebih suka sendiri. Sendiri, tidak ada siapa pun.

Tidak ada yang ia kenali di SMA ini selain teman satu bangkunya dulu saat kelas sepuluh dan Reyhan, teman satu bangkunya saat ini.

Ingin sekali Nayla naik ojek ataupun memesan ojek online, tapi sayangnya ia tak pernah menggunakan aplikasi itu jadi Nayla tidak tau bagaimana caranya.

So, Nayla memang harus berjalan kaki.

Sudah setengah jam ia berjalan sendirian, namun masih juga belum mendekati daerah rumahnya. Kalau naik motor atau angkot setengah jam mungkin sudah sampai atau paling tidak sudah dekat.

Tin tin tin

Suara klakson motor terdengar nyaring ditelinga Nayla, tapi karena Nayla pikir ia sudah berjalan dipinggir jalan tidak ditengah jalan jadi dia tetap berjalan alias acuh pada klakson yang sejak tadi dibunyikan.

Terlihat Nayla yang celingukan kekanan dan kekiri karena dia ingin menyebrang, setelah terlihat sepi dia baru melangkahkan kakinya untuk menyebrang. Tinggal sedikit lagi dia sampai dipinggir jalan namun tak disangkanya ada motor yang berjalan dari arah depan yang membuat Nayla terhempas dijalanan. Ya dia seperti diserempet oleh motor tadi. Dia terduduk disamping jalan dan itu untungnya.

Saat dirinya mencoba bangun dia gagal, ternyata kakinya terkilir yang membuatnya merintih kesakitan. Saat ia ingin mencoba lagi, ada sebuah tangan yang terulur didepannya dan itu berhasil membuat Nayla mendongak.

"Gue bantu bangun" ucap laki-laki dihadapannya dengan tangan yang masih setia terulur didepannya. Nayla menggeleng dan mencobanya sendiri, namun kakinya sebelah kiri berasa nyeri.

Melihat perempuan yang terjatuh karena motor tadi tidak mau dibantu oleh nya dengan terpaksa ia menolong Nayla dengan langsung memegang kedua tangannya dan gerakan itu diikuti oleh Nayla.

"Gue antar"

"Nggak perlu" tolak Nayla

"Lo bisa jalan?" tanyanya meremehkan.

Tanpa berucap Nayla langsung saja menunjukan bahwa dirinya masih bisa berjalan, sayangnya saat kaki kirinya mulai diangkat untuk maju kedepan rasanya sungguh nyeri.

Dirinya hampir jatuh karena terlalu memaksakan untuk bisa berjalan, untungnya ada seseorang yang menampung dirinya dipelukan agar tidak jatuh.

"Lepas" ucap Nayla saat ia tersadar bahwa laki-laki yang sering mengganggunya lah yang menolong dirinya. Perlahan dia melepaskan Nayla dan membantunya untuk berdiri lalu menatapnya dengan tatapan sulit ditebaknya.

"Jalan aja susah jadi lebih baik biar gue yang antar lo sampai rumah"

"Enggak" tolak Nayla.

"Disini mana ada taksi lewat" ucap laki-laki dihadapannya ini saat melihat Nayla mencari taksi yang lewat.

"Ayo, gue antar sampai rumah" ucapnya lagi dengan menggandeng tangan Nayla, dengan susah payah Nayla menghempaskan tangannya agar bisa lepas namun tenaga laki-laki itu lebih kuat daripada tenaga Nayla.

Nayla dengan terpaksa mengikuti langkah orang yang memaksa nya itu untuk sampai dimotornya. Nayla berjalan sambil meringis kesakitan, sakitnya itu ditahan oleh nya.

Saat langkah Nayla terhenti, secara otomatis laki-laki itu berhenti lalu menatap nya.

"Lo kenapa Ay, berhenti?" tanyanya.

Matanya mengikuti arah pandang Nayla yang tertuju pada kaki kirinya yang terkilir tadi. Laki-laki didepan Nayla itu akhirnya tau mengapa Nayla berhenti, kakinya masih sakit. Langkah selanjutnya adalah memapah Nayla, ya itu yang dilakukannya saat ini untuk sampai ke depan motornya.

Saat laki-laki itu ingin memakaikan helm dikepala Nayla, tangan Nayla langsung saja mencegahnya dan membawa helm itu untuk dipakai dikepalanya sendiri.

"Lo ternyata udah benar-benar berubah Ay" gumam laki-laki itu sambil melihat Nayla yang tengah memakai helm itu.

"He'em" Nayla berdehem karena laki-laki itu tak kunjung menghidupkan motornya.

Nayla naik dengan duduk menyamping, keduanya menyusuri jalanan tanpa adanya obrolan. Bahkan Nayla tidak berpegangan pada laki-laki yang memboncengnya itu.

Tak ada kata terimakasih yang terucap dari bibir Nayla sesampainya mereka dirumah Nayla. Nayla menekan bel rumah nya agar bi Minah keluar untuk membantunya berjalan kedalam rumah.

Memang tidak biasanya, biasanya Nayla langsung memasuki rumah itu tanpa menggunakan bel.

Dari atas motor laki-laki itu hanya bisa menatap Nayla dari sana, dia tidak mau mendekat karena Nayla yang bersikukuh untuk menolak bantuan nya.

"Mari mas" ucap bi Minah saat melihat laki-laki yang membonceng Nayla tadi.

"Iya bi" sambil tersenyum simpul.

Pintu rumah Nayla tertutup perlahan, Langit menatap nya sendu mengingat bagaimana sikap Ayla dulu yang begitu jauh berbeda. Meski Langit belum menemukan bukti kuat bahwa Nayla adalah Ayla.

"Faeza" panggil gadis cantik itu pada seseorang yang tengah duduk diatas motornya.

"Aku mau nebeng boleh kan?" tanya Ayla.

"Engga" jawabnya santai tanpa melihat kearah Ayla.

"Aku ga ada yang jemput Faeza, kamu emang tega?" masih dengan nada memohonnya.

"Tega" balas Faeza.

"Aku mau naik angkot sebenarnya"

"Ya udah sana" usir Faeza

"Tapi kan angkot pada demo"

"Terserah" masih bertahan dengan sikap cueknya.

"Beneran Faeza engga mau nganterin aku?" tanyanya sekali lagi, siapa tau Faeza berubah pikiran kan?

"Enggak" tapi Faeza juga masih kekeuh dengan penolakannya.

"Yaudah deh, aku jalan kaki aja" pasrah Ayla.

"Hem"

Ayla berjalan sendirian dipinggir jalan raya, rumahnya menang tak jauh dari sekolahnya. Hanya butuh 30 menit jika berjalan kaki namun jika naik motor mungkin hanya membutuhkan waktu 10 sampai 15 menitan.

Ayla berjalan dengan menggunakan handset, saat motor dibelakangnya ini membunyikan klakson berulangkali tetap saja Ayla tidak mendengar nya. Akhirnya motor itu menabrak Ayla dijalan itu.

Pengemudi motor itu berkendara sambil bermain handphone, saat gadis didepannya itu tidak segera  lebih menepi akhirnya pengemudi itu lebih memilih menyalip sang gadis.

Masih sambil menelpon, dia tidak melihat jika dia bukannya menyelip tapi malah menabrak sang gadis.

Jadilah dia harus menghentikan motornya dan bergegas mendekati gadis berseragam sekolah itu. Untungnya jalanan sepi, jika tidak?bisa diamuk masa dia.

"Lo ga papa?" tanya laki-laki itu sambil berjongkok untuk menyamakan gadis itu.

"Gapapa kok" ucap Ayla sambil membersihkan tangannya dan mengecek luka di sikunya dan dengkulnya itu.

"Beneran ga papa?" laki-laki itu masih menyakinkan keadaan sang gadis bernama Ayla itu.

"Ga, cuma perih aja si sikut sama lututnya"

"Tapi ga--Faeza" ucapnya terhenti saat mata nya menatap laki-laki yang menabraknya hingga jatuh ke aspal.

"Lo?" laki-laki bernama Faeza itu juga tak kalah kagetnya saat mengetahui bahwa gadis yang ditabraknya adalah gadis yang selama satu minggu ini terus mengganggunya.

"Faeza!" panggil Ayla, karena Faeza yang terlihat sedang melamun.

"Ha?"

"Bantuin" ucap Ayla sambil mengangkat kedua tangannya agar ditarik keatas oleh Faeza.

"Engga"

Mendengar penolakan Faeza, Ayla pun berinisiatif untuk berdiri sendiri tapi saat kakinya hendak berdiri ternyata lututnya masih tidak kuat menampung berat badan Ayla karena masih nyeri rasanya.

"Aduh" rintih Ayla menahan sakitnya hingga dirinya tidak kuat lagi untuk menahan air matanya yang sedang ditampungnya dipelupuk matanya.

"Lo nangis?" pertanyaan itu dijawab dengan gelengan kepala.

"Ck, sini gue bantu" sambil menyodorkan tangan kirinya.

"Sakit Faeza" Ayla tidak lagi bisa menyembunyikan rasa sakitnya hingga suara nya terdengar merengek.

"Cengeng" mendengar hal itu, Ayla pun berusaha untuk tidak mengeluh lagi.

"Gue antar" mendengar penuturan Faeza, Ayla pun langsung tersenyum melupakan sakit kakinya itu. Ayla menerima helm dari tangan Faeza dengan senang hati.

"Faeza"

"Hm"

"Pakein" sambil menyodorkan kembali helm ke tangan Faeza.

"Manja" cibir Faeza.

"Sikutnya masih sakit" ucapnya sambil menunduk. Mau tidak mau, Faeza harus mau memakaikan helm ke kepala Ayla.

Selama perjalanan Ayla hanya tersenyum sendiri, dia senang akhirnya bisa berboncengan dengan sang pujaan hati.

"Makasih Faeza" sesampainya dirumah Ayla, Ayla tidak lupa mengucapkan kata 'terimakasih' pada Faeza.

"Hm" masih dengan berdehem untuk membalas ucapan Ayla.

"Gue pulang" ucap Faeza saat Ayla sudah turun dari motornya dan berdiri didepan rumahnya.

"Iya, hati-hati" teriak Ayla pada Faeza yang perlahan menghilang dari pandangan Ayla.

Lagi, kenangan nya bersama Ayla dulu terlintas dipikirannya.

"Kemana Ayla gue yang dulu?" tanyanya pada dirinya sendiri.

"Mungkin Nayla memang bukan Ayla, tapi mengapa tatapan mata Nayla sungguh seperti Ayla? Bahkan hati gue tetap bersi-kekeuh untuk tetap yakin bahwa dia adalah Ayla." gumam Langit lalu segera meninggalkan kediaman Nayla.

Tbc.

***

Purworejo,

Continue Reading

You'll Also Like

793K 35.5K 17
Sudah terbit! Dipublikasi pertama kali, di wattpad : 13 Agustus 2019 Untuk info pemesanan buku, bisa hubungi : 0812-5335-3619
37.3K 2.4K 47
Alya Sahnaz adalah remaja metropolitan kebanyakan. Pergaulan telah menjadikannya urakan dan tidak tahu aturan. Lalu bagaimana jika sang ayah akhirnya...
RINJANI By dinduww

Teen Fiction

1.7K 819 11
R.I.N.J.A.N.I Sebuah kisah di bulan Juni. Rinjani. Cewek asal Medan dengan rupa menawan yang selalu menjadikannya ratu sekaligus bahan nyinyiran. Hid...
14.8K 841 32
[Chapter Completed] {Melodrama x Teenlit} Tidak ada yang pernah tahu cinta itu dapat berlabuh pada siapa. Nyatanya, itu yang dirasakan oleh Lily. Ia...