Meet Again ; Ketika Kisah Bel...

By kinantiii26

4.1K 1K 16

[COMPLETED] "Ayla gue itu perhatian engga kayak lo yang cuek, Ayla gue itu orang nya sabar engga kayak lo yan... More

Prolog
Sekolah
Tawaran Pertemanan
Nayla, Namanya
Teman?
Nayla bukan Ayla
Sudah Biasa
Boomerang?
Di Bonceng
Gue bukan Ayla!
Seperti Hilang Arah
Nayla Nacaella Putri
Kenyataan
Masih Sama
Sakit
Bukan Siapa-Siapa
Masalah
Bakso Mercon
Deska Naekafa Erland
Sahabat
Sebelum Aku Pergi?
Awal atau Akhir?
Mundur?
Cerita Masa Lalu
Apa yang Terjadi?
Mantan, I Love You
Peduli
Ikat Pinggang
Kembali Menjauh
Kecewa
Akhir Penantian?
Ikatan Batin
Pergi
Harapan Tahun Lalu
Sedikit Layu
Menata Hati
Sebuah Harapan?
Hikmah
Perihal Waktu
Meet Again (Versi Nayla)
Dear, Mantan Pacar
Meet Again (Versi Langit)
Epilog
[Extra Part]

Insiden UKS

115 35 0
By kinantiii26

"Jangan datang jika untuk mengulang kesalahan yang sama lagi"


~Nayla Nacaella Putri~
***


Jam Matematika sudah berakhir lima menit yang lalu, bel pergantian mata pelajaran pun baru saja berbunyi namun guru selanjutnya belum juga masuk kekelas. Bahkan Nayla lupa, hari ini jadwalnya apa saja. Sebelumnya dia dapat terbebas dari pelajaran matematika karena dia adalah murid kesayangan guru matematikanya.


"Nay, lo udah buat PR Bahasa Indonesia?" mendengar pertanyaan itu Nayla diam seperti sedang berfikir,

Bahasa Indonesia?

Lama berkutat dengan pikirannya, guru bahasa indonesia sudah ada diambang pintu dengan raut muka yang datar. Tidak biasanya, pasti sebelum kekelas ini beliau sedang kesal. Bukannya sok tau, tapi tidak biasanya guru itu datang dengan raut wajah seperti itu. Apalagi beliau langsung menanyakan tetang pekerjaan rumah yang diberikan beberapa hari yang lalu.

"Siapa yang tidak mengerjakan tugas?" mendengar pertanyaan dari gurunya, dengan berat hati Nayla tunjuk jari.

"Hormat didepan tiang bendera selama jam pelajaran saya berlangsung. Mengerti?" Nayla hanya merespon dengan mengangguk paham. Iya dia paham bahwa hari ini dia harus berteman dengan sinar matahari yang panasnya menyengat.

Nayla berjalan acuh melangkah keluar dari ruang kelasnya bergegas ketengah lapangan. Dirinya berdiri didepan tiang bendera dan tangannya sudah terangkat untuk hormat kepada sang merah putih.

Sudah satu jam berlalu, namun matahari seakan tidak mau bersahabat walau hanya dua jam. Matanya sudah menampilkan tatapan sayu nya, kepalanya terasa berat dan tenggoroannya terasa kering. Tubuh nya mulai berdiri tidak seimbang seakan berkata bahwa dia akan jatuh. Dan benar saja, tubuhnya lemas tak berdaya dan jatuh.

Lalu beberapa temannya mulai mengerumuninya. Mereka hanya melihat Nayla yang terlihat pucat namun tidak ada yang berani menggendong Nayla untuk ke UKS.

"Minggir" Hingga suara instruksi dari belakang membuat kerumunan itu sedikit renggang karena ada yang memilih untuk pergi. Reyhan langsung saja menggendong Nayla untuk dibawa ke UKS.

***

"Langit, hari ini lo kan yang jaga UKS?" tanya ketua kelas XI MIPA dua. Langit mengangguk mengiyakan, dirinya kan murid baru disini, mana tau dia kalau ada jadwal jaga UKS? Tapi sudahlah, dia menurut saja.

Langkah nya terhenti didepan ruangan bernuansa putih beraroma obat-obatan itu. Perlahan pintunya dibuka, kakinya mulai melangkah masuk.

"Lo yang tugas?" pertanyaan itu muncul dari murid yang berada dibelakangnya. Langit pun langsung membalikan tubuhnya dan lantas mengangguk.

"Yaudah, gue kekelas dulu. Ini tolong bawain buat perempuan yang lagi pingsan didalam" sambil menyodorkan teh anget beserta roti.

Langit menerimanya dan langsung meletakan dimeja dekat kasur yang tersedia diuks itu. Saat ia berbalik badan, dia kaget ternyata orang yang sedang sakit adalah perempuan yang sejak tadi pagi mengganggu pikirannya.

Dia mendekat, lalu mendudukkan bokongnya dikursi yang ada. Sebelum itu dia menggeser kursi itu agar lebih dekat dengan perempuan yang tengah berbaring diatas kasur. Tangannya terulur untuk mengecek suhu badan gadis itu. Tidak panas dan tidak dingin, jelasnya normal.

Ia mengamati gadis didepannya secara intens, entah mengapa rasanya ia dekat dengan gadis itu. Ia juga tidak tau, mengapa hati nya selalu menganggap bahwa dia adalah orang yang sama dengan orang yang ada dimasa lalunya.

Secara fisik, mereka berbeda. Tapi tatapan matanya mirip, bahkan terlihat sama jika keduanya memang berbeda. Secara nama juga berbeda, jika mereka adalah kembar mengapa Langit tidak pernah tau akan hal itu?

Bukannya gadisnya dulu tidak pernah berbohong? Bahkan segala sesuatu tentang dirinya sudah diceritakan pada Langit?

Langit menatap ruangan putih ini secara miris, bagaimana tidak? Dia pernah ada disini dengan orang yang sama jika Nayla ini adalah Aylanya. Masa lalu nya terasa pahit untuk diingat lagi, tapi entah mengapa jika dia berada ditempat yang sama dengan kenangannya dan bersama Nayla, dia langsung teringat pada memori yang telah terangkai secara urut di otaknya.

Masa lalu tidak bisa diubah. Jika bisa maka mungkin Langit adalah orang pertama yang akan mengembalikan waktu kemasa dulu dan mengubah jalan ceritanya.

Itulah Langit yang akan melakukan apapun untuk membuat Ayla nya kembali, ya Langit akan melakukan apapun untuk membuat Ayla kembali kedalam dekapannya.

Ingatan nya tertuju pada kejadian masa lalunya,

"Faeza, kamu udah sadar?" pertanyaan yang pertama kali didengar oleh orang bernama Faeza itu. Dia tidak menjawab, toh perempuan dihadapannya juga bisa melihat bahwa dirinya sudah sadar.

"Minum dulu Fae" sambil menyodorkan teh hangat kedepan Fae. Laki-laki yang dipanggilnya dengan nama Fae itu tidak lekas mengambil teh hangat yang disodorkannya. Namun ia tetap bersikukuh untuk memberikan teh hangat yang telah dia pesan dikantin tadi.

"Kepala nya masih sakit?" perempuan itu membuka suara setelah beberapa menit terdiam dengan pikirannya.

"Apa ada yang sakit dibagian lainnya?" merasa tidak ditanggapi gadis itu tetap tidak habis akal untuk membuat Fae nya berbicara.

"Apa Fae mau makan? Ini aku bawain roti juga" sambil menunjukan roti yang dibawanya.

"PERGI!" bentakan itu membuat gadis periang nan baik hati itu kaget mendengarnya. Bagaimana tidak?dia sudah berbicara dengan halus dan pelan lalu dibalas dengan suara keras dan lantang.

Gadis itu langsung diam tanpa bicara lagi bahkan diam berdiri ditempatnya.

"PERGI GUE BILANG!" lagi-lagi terdengar suara yang sama seperti sebelumnya bedanya ini tambah keras. Gadis cantik yang masih membawa secangkir teh hangat dan roti pun langsung menjatuhkan bawaannya itu hingga suara gelas pecah terdengar nyaring ditelinga.

Gadis itu menangis dalam diam, tubuhnya bergetar mendengar bentakan itu. Dia bukan gadis kuat, dia rapuh, dia lemah. Dan tidak semua orang tau itu.

Laki-laki bernama Faeza itu lantas menyibakkan selimut yang dipakainya dengan kasar lalu bergegas pergi meninggalkan gadis yang tengah menangis diam-diam.

"AYLA" terdengar suara seseorang memanggilnya, lantas dia segera menghapus bekas air mata dipipinya dan segera mengambil pecahan gelas yang tadi jatuh itu.

Gadis itu adalah Ayla...

Ayla mengambil pecahan gelas itu satu persatu dengan hati-hati, saat dirinya ingin mengambil pecahan yang berada agak jauh darinya,dia berdiri dan melangkahkan kakinya untuk bisa menggapai pecahan itu.

Mungkin dia tidak sadar ada satu pecahan gelas kecil yang ada didekatnya tadi hingga kakinya menginjak pecahan itu, tadi dia baru saja olahraga makanya dia tidak memakai sepatu. Dia hanya meringis merasakan pecahan itu tertancap pada telapak kakinya.

Dia mendudukkan dirinya dilantai untuk melihat pecahan gelas yang tertancap itu. Perlahan dia cabut, kakinya langsung terasa perih dibuatnya. Lalu dia mendekat pada tempat sampah dengan kaki yang pincang, tentu saja kakinya masih sakit.

Dia kembali kekelas dengan cara berjalan yang terlihat pincang, namun dirinya berhasil menguasai emosinya dengan menampilkan senyum nya didepan murid lainnya.

Dari kejauhan Faeza melihatnya, tanpa pengetahuannya tentunya.

Memori itu, seakan mengingatkan Langit tentang tempat ini, tentang dia bersama Aylanya dulu. Entah sejak kapan Langit mengecap bahwa Ayla adalah milik nya. Tapi yang jelas dia rindu dengan Ayla nya.

Matanya mengerjap perlahan sebelum membuka nya secara penuh. Tangannya perlahan bergerak dan tubuhnya bergerak menggeliat pelan. Matanya mulai beradaptasi dengan cahaya yang ada diruangan itu.

Matanya menatap langit-langit UKS, saat ia menoleh kesebelah kanannya ia mendapati seorang laki-laki yang tengah melamun dengan duduk dikursi dekat kasurnya.

Ia menatap heran, bagaimana laki-laki itu bisa ada diruangan ini? Tapi biarlah pertanyaan itu hanya ada dibenaknya tanpa perlu mengeluarkan uneg-unegnya.

Dia sengaja batuk, karena laki-laki ini masih setia dengan lamunannya. Mendengar suara gadis terbatuk, sontak laki-laki itu menoleh kearahnya.

"Udah sadar Ay?" entah mengapa, namun laki-laki dihadapan Nayla ini memanggilnya dengan nama Ayla.

"Minum dulu Ay, " ucap Langit sambil menyodorkan teh hangat yang ada dimeja coklat itu. Bukannya menanggapi, Nayla malah menyibakkan selimut yang menyelimuti dirinya tadi lalu duduk kembali diujung kasur untuk mengenakkan sepatu.

Langit diam menanggapi Nayla yang mengacuhkan dirinya.

"Minum dulu Ay," tangannya memegang pergelangan tangan Nayla yang siap melangkah meninggalkan ruangan bernuansa putih ini.

"Lepas" ucapnya tajam, dengan tatapan datar tanpa ekspresi.

"Gue lepasin tangan lo, kalau lo mau minum teh ini" ucapnya sambil terus mencengkram pergelangan tangan Nayla.

Nayla berdecak sebal sambil menatap Langit tajam. Bahkan Nayla tak ingin kalah sambil terus berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Langit.

"Gue engga akan lepas sebelum lo minum" terdengar helaan nafas kasar dari Nayla. Nayla masih saja diam tanpa berniat mengiyakan tawaran Langit.

Tangannya mencengkram lebih kuat dari sebelumnya. Nayla yang sedari tadi diam pun akhirnya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Nayla mengambil teh yang ada ditangan Langit lalu meminumnya cepat sampai-sampai dirinya tersedak oleh minumannya sendiri.

"Pelan-pelan Ay" ucap Langit lembut seraya memperhatikan raut wajah Nayla yang terlihat sudah eneg melihatnya. Namun hatinya tetap masih kekeuh untuk tetap berada disini. Didekat Nayla.

Nayla meletakan gelas berisi teh hangat tadi diatas meja, tempat sebelumnya berada.

Setelah meletakan gelas itu Nayla langsung beranjak dari tempat itu. Tanpa menoleh kearah Langit, bahkan mengucapkan kata terimakasih. Tidak! Sudah sejak lama, Nayla mempertahankan pondasi yang ia bangun sendirian dengan susah payah.

"Nay, lo baik baik aja kan?" terdengar suara yang tengah khawatir milik Reyhan diambang pintu UKS yang ditanggapi anggukan kepala oleh Nayla. Lalu mereka pergi meninggal kan UKS, meninggalkan Langit sendirian.

"Maaf Ayla, maaf" ucapnya lirih menatap pintu UKS yang terbuka, dengan tatapan sayu nya dan hembusan nafas pelan yang terdengar.

Tbc.

***

Purworejo,

Continue Reading

You'll Also Like

246K 19.5K 94
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
90.3K 7.9K 81
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
14.8K 841 32
[Chapter Completed] {Melodrama x Teenlit} Tidak ada yang pernah tahu cinta itu dapat berlabuh pada siapa. Nyatanya, itu yang dirasakan oleh Lily. Ia...
1.6K 176 52
Duta bingung ketika tiba-tiba diadang seorang cewek yang minta dilamar. "Please, kamu harus lamar aku!" todongnya tanpa basa-basi. Duta pikir cewek i...