"Anak tidak berguna, kamu hanya bisa mempermalukan keluarga saja!" bentak laki-laki paruh baya.
"Aku tidak pernah minta dilahirkan untuk menjadi anak Ayah dikeluarga ini," jawab Rajawali tak kalah sengit dari ayahnya.
"Dasar tidak tau diri!"
Satu tamparan keras mendarat mulus di pipi Rajawali. Dia hanya diam saat diperlakukan kasar.
"Kamu itu disekolahkan agar menjadi benar, bukan brutal seperti ini! Kamu pikir Ayah tidak malu, terus-terusan dipanggil ke sekolah, hah?!" Ayahnya mencengkram erat kedua pipi Rajawali. "Cuma gara-gara tindakkan bodoh kamu yang tidak berguna, Ayah dipermalukan berkali-kali!" ucapnya lagi dengan kesal.
"Udah ngomongnya?" tanya Rajawali dengan santai. Jika ada teman-temannya pasti akan mengatai Rajawali, "Songong banget tuh bocah, lagi keadaan kayak gini aja masih bisa masang muka santai."
"Seperti ini, cara kamu berbicara sama orangtua?! Benar-benar anak tidak tau diuntung!" Ayahnya melepaskan cengkraman itu dengan kasar. "Dasar ...."
"Apa? Mau bilang dasar anak tidak berguna?" tanya Rajawali seperti menantang. "Lebih baik tampar aku aja, Yah, sampai puas! Raja bosen dikatai itu terus. Ayah pikir aku gak sakit hati selalu gituin?"
Dengan gerakkan cepat, Ayah Rajawali menamparnya lagi dengan keras, penuh emosi. "Sudah. Itu, kan, yang kamu minta? Ayah kurang baik apalagi? Semua yang kamu minta selalu dituruti, kan?!"
Ya. Ayah Rajawali terlalu baik, sampai-sampai anaknya minta ditampar pun akan dituruti. Rajawali tersenyum miring atas kejadian yang baru saja dia alami.
Tidak sampai di situ. Ayahnya melempar gelas kaca tepat di depan Rajawali, hingga serpihan kaca itu mengenai tangan dan pipinya. Darah mengalir begitu saja, namun Rajawali hanya diam mematung seperti tidak merasakan sakit.
Tak selang lama, ayahnya memegang cambuk lalu melesatkan pada punggung Rajawali berkali-kali, hingga sang empu mengaduh kesakitan. Ayahnya tidak menghiraukan rintihan sakit Rajawali, dia terus mencambuk anaknya tanpa ampun sambil melontarkan kata-kata kasar, lebih tepatnya menyakitkan hati.
Serasa mungkin sudah cukup menganiaya anaknya, laki-laki paruh baya itu yang tak lain adalah ayahnya, melenggang pergi dengan melempar cambuk ke arah guci-guci yang terbaris rapi, hingga semua pecah dan menimbulkan suara sangat keras.
Rajawali Ken Ahansa. Panggil saja Rajawali, atau lebih mudah, Raja. Ketua Geng Regaz. Geng yang berisikan anak-anak nakal, tetapi mereka selalu menolong orang-orang yang tertindas. Anggotanya adalah anak-anak kelas X, XI, dan XII. Meski Rajawali masih kelas XI tapi dia dipilih sebagai ketua Regaz. Kakak kelasnya tidak keberatan malah sangat menghormati, karena mereka semua tahu yang memilih itu bukan anggota. Sebaliknya dengan Rajawali, dia memperlakukan kakak kelasnya dengan baik dan sopan. Tetapi, anggota Regaz bukan hanya di sekolah. Masih tersimpan banyak anggota di luarnya.
Sikap baik Rajawali yang membuat dia disayangi oleh teman-temannya. Saat temannya susah dia selalu membantu, tanpa mau mendapat imbalan. Dibalik kelakuan nakalnya selama ini, tersimpan sejuta rahasia yang belum semua orang tahu.
Meski Regaz terkenal di SMA Perwira sebagai geng yang rusuh, tetapi justru beberapa anak-anak cerdas ikut bergabung. Dan itu yang membuat banyak guru uring-uringan. Mereka heran, kenapa siswa-siswa pintarnya mau bergabung dengan geng yang tidak baik dan tidak bermanfaat itu?
Menurut pengakuan salah satu siswa yang pernah ditanya guru. Katanya dia betah, karena merasa mendapat keluarga baru yang sangat menyanyanginya. Tidak ada perbedaan di dalamnya. Anak yang miskin atau kaya, akan diperlakukan sama. Regaz sumber semangat sekolah. Apalagi dengan ketua yang baik berhati malaikat, meski sering melanggar peraturan, dan membuat onar di sekolah.
Seperti saat ini, Rajawali dihajar habis-habisan oleh ayahnya karena dia telah berkelahi lagi di sekolah dan membuat beberapa fasilitas rusak. Sehingga ayahnya harus dipanggil untuk datang menemui kepala sekolah. Panggilan orangtua ini adalah yang kedua puluh lima khusus untuk Ayah Rajawali, dan setiap kali ayahnya dipanggil pasti pulangnya Rajawali akan disiksa. Kali ini ayahnya benar-benar muak dengan kelakuan Rajawali yang selalu membuat masalah, jadi dia menyiksa anaknya sendiri dengan kejam.
Sikap baik yang selalu Rajawali tunjukkan pada teman-temannya seperti tidak nampak pada mata ayahnya sedikit pun. Karena di mata ayahnya, Rajawali hanya anak yang selalu membuat malu keluarga. Padahal, Rajawali yang sering melanggar peraturan sekolah, hobinya berkelahi, tampilan urakan, dan suka bolos pelajaran, itu disebabkan karena dia kurang perhatian serta kasih sayang dari orangtua.
Ibunya sudah meninggal saat Rajawali masih menduduki bangku SMP, karena menderita penyakit leukimia. Semenjak saat itu, ayahnya tidak pernah perhatian pada Rajawali. Dia selalu sibuk di kantor dan jarang pulang ke rumah. Sekali pulang ke rumah, membawa wanita, yang sudah pasti wanita penghibur, ya lebih tepatnya pelacur. Ayahnya juga jadi sering marah dan suka main fisik. Mulai saat itu, Rajawali membenci ayahnya yang selalu melukainya, dan mulai saat pula kehidupannya berubah menjadi sangat berantakan.
Dengan adanya Regaz hidupnya lumayan lebih baik, banyak yang sayang dan perhatian pada Rajawali. Sikap dingin yang Rajawali punya, hanya ditunjukkan pada para kaum Hawa yang berani mendekat, karena Rajawali selalu merasa terganggu. Namun, saat kaum Hawa hanya menyapa, senyum, dan memberikan sesuatu, Rajawali akan bersikap manis dan menerima dengan senang hati. Dia akan membalasnya dengan senyuman atau ucapan terima kasih saja. Dan itu cukup membuat mereka semakin tergila-gila. Lagipula menolak rezeki juga tidak baik, terus kasihan jika ditolak, mungkin mereka sudah susah payah membawakan sesuatu untuk Rajawali.
Meski Rajawali terkenal dingin dan menakutkan, tetapi dia tidak akan menolak perlakuan manis kaum Hawa, selama mereka tidak mendekat, lebih tepatnya mencoba berkontak fisik. Seperti berjabat tangan. Lagipula Rajawali bukan orang sombong, dia juga tidak akan tega bersikap tidak baik pada perempuan. Katanya, perempuan itu harus disayangi bukan disakiti.
Setelah disiksa habis-habisan oleh ayahnya, Rajawali langsung keluar rumah tanpa niat untuk mengobati lukanya dulu. Dia menaiki motor ninja lalu dilajukan begitu cepat seperti orang kesetanan. Sekitar sepuluh menit Rajawali mengendarai motor tanpa tujuan yang jelas akan ke mana, hingga akhirnya dia berhenti di taman yang sepi.
Rajawali duduk di bawah pohon besar dengan kedua kaki ditekuk di depan, lalu dipeluk kedua tangannya dan dia menenggelamkan wajahnya. Embusan angin sepoi-sepoi lumayan membuat suasana lebih nyaman, hanya ada suara ranting yang tertiup angin. Ini merupakan salah satu kebiasaan Rajawali saat ada masalah, pasti dia memilih pergi ke tempat yang sepi agar bisa menenangkan hati dan pikirannya.
Benar-benar tepat. Suasana seperti ini yang sedang diperlukan Rawajali. Tetapi, setiap kali dia sendiri, permintaan ibunya yang sampai sekarang belum bisa dikabulkan selalu terngiang-ngiang.
Bayang-bayang keluarganya yang harmonis kembali menghantui, saat ayah dan ibunya dulu perhatian sekali padanya.
"Rajawali, besok mau dibeliin apa sama, Ayah?"
"Martabak, Yah, jadi bisa dimakan bareng-bareng."
"Oke."
"Ayah, kalau aku minta robot lagi boleh?"
"Boleh, kamu minta apa aja boleh, apa yang enggak buat anak Ayah yang pintar ini."
"Makasih, Ayah. Rajawali sayang Ayah."
"Ayah lebih sayang sama kamu, Nak." Mereka saling berpelukan.
"Rajawali, ayo makan dulu, mainnya nanti lagi."
"Enggak, Bu, ini masih seru."
"Ya udah, Ibu, suapin, ya?! Nanti kalau kamu enggak makan, Ayah marah lho."
"Iya sana kamu makan dulu, mainnya lanjut nanti," ujar ayahnya dengan senyum hangat.
"Siap Komandan," jawab Rajawali sambil hormat.
"Yah, Bu, kalau Rajawali besar, Rajawali pengin jadi dokter."
"Kenapa pengin jadi dokter?" tanya ayahnya.
"Biar kalau Ayah sama Ibu sakit, Rajawali bisa ngobatin."
"Anak yang baik."
"Rajawali pengin tetap kayak gini, Ayah sama Ibu sayang banget sama aku."
"Kita akan selalu sayang sama kamu, Nak," ucap ayah dan ibunya kompak.
Namun semuanya telah berubah, ibunya pergi lebih dulu sebelum Rajawali menjadi dokter. Dia tidak pernah merasakan kebahagiaan semenjak ibunya meninggal. Kata-kata ayahnya yang akan selalu sayang sama Rajawali, telah berganti menjadi selalu melukai dan membencinya.
Ponselnya bergetar, tanda ada pesan masuk, tetapi Rajawali tetap diam tanpa ada niatan sedikit pun untuk mengambil di saku celananya.
Tak selang lama, ponselnya berbunyi, kali ini suara panggilan masuk. Puluhan kali ponselnya berbunyi dan berkali-kali Rajawali tidak peduli. Padahal mungkin saja pesan dan panggilannya penting, tetapi bagi Rajawali saat dirinya sedang kacau tidak ada yang lebih penting daripada duduk, diam tanpa pengganggu.
Sudah dua jam lebih Rajawali duduk di bawah pohon besar, dia masih setia menenggelamkan wajahnya.
"Aku lelah dengan semua ini, aku rindu Ibu," ucap Rajawali frustasi. "Kenapa sekarang aku enggak pernah bahagia? Sesulit itukah untuk merasakan kebahagiaan?"
"Argh, apa aku memang tidak pantas untuk merasakan bahagia, Tuhan?" tanya Rajawali dengan nada penuh keputusasaan.
"Karena kamu tidak menyadarinya, kebahagiaan itu tidak sulit untuk dirasakan. Padahal, sekarang aja kamu lagi merasakan bahagia, dan semua orang pantas merasakan bahagia," jawab seseorang.
Siapa dia?
Seseorang itu mengulurkan tangannya pada Rajawali. "Ayo aku obati, kamu terluka. Nanti infeksi kalau dibiarin aja," ucapnya lagi.
****
Hai, hai, hai👋Assalamua'alaikum.
Ini cerita pertamaku dan ini pertama kali aku buat cerita, jadi kalau banyak kesalahan tolong dikasih tahu, ya, tapi kalau dikasih tempe juga gak pa-pa, sih😁langsung komen aja kalau ada typo² dan kesalahan semacamnya🙏
Yuk! kepoin terus part selanjutnya! Terima kasih yang sudah mau membaca❤sampai jumpa di part selanjutnya.
Jan lupa vote and comment.