Shakala (On Going)

By chocholate_girl

87.2K 8.3K 963

GXG✓ Semuanya serba singkat, Shaka mau tidak mau harus tinggal di rumah eyangnya yang berada di kampung dalam... More

prolog
satu
dua
tiga
empat
lima
enam
delapan
sembilan
sepuluh
sebelas
dua belas
tiga belas
Tulisan Shaka.
empat belas.
lima belas
enam belas.
tujuh belas.
delapan belas.
sembilan belas.
dua puluh.
duapuluh satu.
duapuluh dua.
duapuluh tiga.
duapuluh empat.
duapuluh lima.
shakala.

tujuh

4K 420 33
By chocholate_girl

Shaka memutar tubuhnya ke arah lain saat merasakan sinar matahari menyeruak masuk dari jendela kamarnya yang sudah dibuka. Dia menggeram karena merasa tidurnya yang nyenyak terganggu sekarang. Shaka mengernyit dalam tidurnya saat merasakan seseorang duduk di kasurnya. Dia semakin bingung saat mencium aroma parfum yang asing tiba-tiba tercium di kamarnya.

Dengan perasaan was-was Shaka membuka matanya dan melihat wajah seseorang yang berada tepat di depan wajahnya yang membuat Shaka refleks memukul orang itu dengan bantal dan mendorongnya hingga jatuh.

"Huwaa ada setaaannnn!" pekiknya dan langsung duduk di tempat tidurnya dan menjadikan sebuah bantal sebagai tamengnya. Sementara orang yang tadi Shaka pukul merintih kesakitan karena terjatuh cukup keras dari tempat tidur Shaka. Rambut orang itu digerai membuat Shaka tidak mengenali siapa orang itu.

Shaka yang mendengar rintihan kesakitan dari orang itu merasa sedikit kasihan tapi juga takut. Bagaimana kalau dia bukan manusia melainkan hantu yang sedang mencari mangsa di pagi hari.

"Bantuin berdiri gitu kan, bukannya malah diliatin terus." katanya itu yang membuat Shaka bergidik ngeri. Tapi sebentar, sepertinya Shaka mengenali suara itu.

"Bantuin Ka, sakit tau!" ketus orang itu setelah menyibakan rambut yang menutupi wajahnya.

"Arin?" beo Shaka.

"Bantuin aku Shaka." kata Arin penuh penekanan.

"Eh iya-iya," balas Shaka kemudian segera membantu Arin berdiri kemudian menuntun Arin ke tempat tidurnya. Arin meringis kesakitan saat Shaka memegang tangan kanannya yang sepertinya terkilir.

"Tangan aku sakit Ka," kata Arin.

"Hah? Sakit kenapa?" tanya Shaka panik.

"Gara-gara kamu lah, tadi tangannya aku pake buat nahan badan aku pas jatuh," jawab Arin sambil cemberut.

Shaka menatap Arin sedikit bersalah. "Maaf ya, lagian kamu sih ngagetin. Terus, kok bisa kamu ada di kamar aku?" tanyanya.

"Hehe tadi aku tanya eyang kamu dimana, terus katanya kamu masih tidur dan kebetulan eyang mau pergi ke sawah gitu jadi aku ijin sama eyang buat bangunin kamu eh malah gini kejadiannya." terang Arin panjang lebar.

"Oke, terus ini tangan kamu gimana Rin?" tanya Shaka khawatir.

Arin tersenyum. "Udah nggak apa-apa nanti aku minta di urut aja sama ibuku, tapi sekarang aku laper dan berhubung tangan aku sakit jadi kamu harus suapin aku." jawabnya sambil tersenyum jahil.

Shaka hanya melongo mendengar perkataan Arin. Dia hendak menolak tapi mengingat tangan Arin yang terluka karenanya Shaka kembali merasa bersalah.

"Ya udah, mau makan apa?"

"Tadi eyang katanya udah masak soalnya nawarin aku sarapan, jadi aku mau makan itu aja,"

"Oke," kata Shaka. "Aku cuci muka dulu." imbuhnya.

Keduanya keluar dari kamar Shaka, Arin menuju meja makan dan Shaka pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Arin duduk manis di bangku sembari menunggu kedatangan Shaka. Dia sedikit memijit tangannya yang terkilir, rasanya sakit tapi dia sama sekali tidak bisa menyalahkan atau pun marah kepada Shaka.

"Emang kamu nggak sekolah?" tanya Shaka setelah kembali dari kamar mandi.

"Hari ini libur, tanggal merah," jawab Arin.

Shaka mengangguk kemudian mengambilkan makanan untuk Arin. "Mau pake apa aja?" tanyanya kepada Arin.

"Uhm, aku mau pake ayam goreng, kamu suwir-suwirin ya ayamnya biar gampang,"

"Ayam doang?"

"Sama sopnya deh tapi kuahnya aja,"

Dengan telaten Shaka menyuwir ayam goreng sesuai permintaan Arin. Kemudian setelah selesai dia langsung menyuapinya.

"Nih aaaa..." perintah Shaka.

"Itu nasinya kebanyakan Ka," kata Arin yang menolak suapan dari Shaka.

"Masa segini kebanyakan?" tanya Shaka heran.

"Iya kebanyakan, kurangin sedikit," pinta Arin.

"Iya-iya," kata Shaka kemudian mengurangi porsi nasi di dalam sendok Arin. "Udah nih nggak usah bawel lagi." katanya lalu kembali menyuapi Arin.

Suapan demi suapan akhirnya masuk ke dalam mulut Arin hingga tidak terasa bahwa nasi yang sudah ada di piring tinggal sedikit. Tidak ada percakapan saat Arin makan karena Shaka bilang tidak baik berbicara saat makan.

"Kok kamu nggak makan?" tanya Arin saat dia sudah menghabiskan suapan terakhir dari Shaka.

"Belum laper," jawab Shaka kemudian memberikan segelas air minum kepada Arin yang langsung Arin minum.

"Nanti malem mau gitaran lagi nggak? Eh tenang, ada Kak Anggi kok," kata Arin sambil menaik turunkan alisnya menggoda Shaka.

"Boleh." jawab Shaka kemudian minum air yang baru saja dia tuangkan.

"Oke, ya udah aku pulang dulu ya," pamit Arin.

•••

Shaka dan eyang baru saja selesai makan malam. Shaka membantu eyang merapikan piring kotor kemudian mencucinya. Itu adalah kegiatan rutin Shaka selesai makan. Ingat, Shaka bukan golongan anak manja yang tidak mau membantu orangtuanya, dia hanya sedikit nakal dan pembangkang sehingga membuat Erlangga jengah dengan sikap Shaka.

Shaka duduk di samping eyang saat dia sudah selesai mencuci piring. Gitarnya sengaja sudah dia taruh di ruang tamu agar nanti tidak perlu mengambilnya di kamar saat Arin menghampirinya. Kali ini dia bersemangat karena ada Pelangi juga nantinya.

"Kamu kenapa nduk dari tadi senyum-senyum sendiri?" tanya Eyang heran.

"Oh, nggak apa-apa kok eyang," jawab Shaka.

"Ndak kesambet tadi pas mandi kan?" tanya Eyang sedikit khawatir.

"Ya enggak lah, eyang ada-ada aja," jawab Shaka kemudian terkekeh.

"Lagian kamu dari tadi senyum-senyum sendiri, kan eyang jadi takut siapa tau kamu kenapa-kenapa," kata Eyang yang hanya Shaka balas dengan senyuman.

"Assalamu'alaikum..." kata seseorang dari luar.

"Wa'alaikumsalam..." Shaka langsung membuka pintu dan mendapati Arin berdiri sambil tersenyum manis padanya.

"Ayo Ka," ajak Arin.

"Iya sebentar," jawab Shaka kemudian mengambil gitarnya yang berada di sebelah sofa.

"Mau ngamen Ka?" canda Eyang saat melihat Shaka membawa gitarnya.

Shaka terkekeh. "Iya nih, siapa tau nanti ngamen terus dapetnya Anggi hahahaa..." jawabnya kemudian meninggalkan eyang yang hanya bisa menggeleng mendengar jawaban Shaka.

"Pelanginya mana?" tanya Shaka saat dia dan Arin sedang berjalan ke tempat tongkrongan di halaman rumah Arin.

"Dia kan munculnya kalo udah kamu nyanyiin," jawab Arin yang membuat pipi Shaka langsung memanas.

"Oh iya tangan kamu gimana?" tanya Shaka khawatir mengingat tangan Arin yang terkilir tadi pagi.

"Udah nggak apa-apa kok," jawab Arin sambil tersenyum. "Jadi sekarang mau nyanyi lagu apa?" tanyanya saat mereka berdua sudah duduk.

"Uhm, Darkside..." jawab Shaka setelah berpikir sejenak.

"Darkside by Alan Walker mau kamu akustikin?" tanya Arin seolah tidak percaya.

"Iya."

"Emang bisa?" tanya Arin yang sedikit masih tidak percaya.

"E-Z. Tugasmu cukup pastiin Pelangi kesini, awas aja kalo dia nggak dateng." kata Shaka dengan nada mengancam.

"Iya-iya, nanti kalo dia nggak dateng biar aku gedor-gedor pintu rumahnya terus seret dia ke depanmu biar kamu puas." ujar Arin yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Shaka. Mengiyakan perkataan konyol Arin seandainya saja Pelangi tidak keluar nantinya, toh alasan yang membuatnya mau berada disini sekarang adalah Pelangi jadi mau bagaimanapun juga dia harus melihat Pelangi malam ini.

"Kamu mikirin apa sih? Buruan nyanyi, keburu malem nanti aku dipanggil bapakku kayak kemaren lagi," kata Arin. Shaka meringis dan langsung memainkan gitarnya memainkan intro lagu Darkside versinya.

We're not alone
We share no stories
Just something in your eyes
Don't be afraid
The shadows know me
Let's leave the world behind

Take me through the night
Fall into the dark side
We don't need the light
We'll live on the dark side
I see it, let's feel it
While we're still young and fearless
Let go of the light
Fall into the dark side
Fall into the dark side
Give into the dark side
Let go of the light
Fall into the dark side

Beneath the sky
As black as diamonds
We're running out of time
Don't wait for truth
To come and blind us
Let's just believe their lies

Believe it, I see it
I know that you can feel it
No secrets worth keeping
So fool me like I'm dreaming

Take me through the night
Fall into the dark side
We don't need the light
We'll live on the dark side
I see it, let's feel it
While we're still young and fearless
Let go of the light
Fall into the dark side
Fall into the dark side
Give into the dark side
Let go of the light
Fall into the dark side

Take me through the night
Fall into the dark side
We don't need the light
We'll live on the dark side
I see it, let's feel it
While we're still young and fearless
Let go of the light
Fall into the dark side

Shaka tersenyum setelah selesai bernyanyi, dia langsung mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Pelangi, tapi nihil, dia tidak melihat keberadaan Pelangi dimanapun. Shaka menatap Arin penuh tanya, seolah menanyakan 'Pelangi mana?' yang hanya bisa Arin jawab dengan gelengan.

"Mantra kamu belum kedengeran kali sama Kak Anggi, coba nyanyiin satu lagu lagi siapa tau dia dateng," bujuk Arin yang bisa merasakan bahwa Shaka merasa bad mood sekarang.

"Oke," jawab Shaka kemudian kembali memainkan gitarnya.

Wait a second, let me catch my breath
Remind me how it feels to hear your voice
Your lips are movin', I can't hear a thing
Livin' life as if we had a choice

Anywhere, anytime
I would do anything for you
Anything for you
Yesterday got away
Melodies stuck inside your head
A song in every breath

Sing me to sleep now
Sing me to sleep
Won't you sing me to sleep now?
Sing me to sleep

Remember me now, time cannot erase
I can hear your whispers in my mind
I've become what you cannot embrace
Our memory will be my lullaby

Sing me to sleep now
Sing me to sleep
Won't you sing me to sleep now?
Sing me to sleep

Shaka menghela nafas setelah selesai menyanyikan lagu Sing Me to Sleep. Dia tersenyum sedih karena tahu bahwa Pelangi belum juga terlihat batang hidungnya. Arin yang melihat raut sedih dari Shaka hanya bisa menepuk bahu Shaka untuk menguatkan. Arin bukannya tidak tahu kemungkinan Shaka tertarik kepada Pelangi, dia tahu, karenanya dia berusaha membuat mereka semakin dekat.

"Mungkin Kak Angginya lagi sibuk," kata Arin mencoba menenangkan yang hanya dibalas senyuman tipis oleh Shaka.

"Gimana kalo aku coba panggil dia?" tawar Arin yang membuat Shaka langsung menatapnya penuh harap tapi kemudian menggeleng pelan.

"Nggak usah deh, siapa tau emang lagi sibuk," jawab Shaka mencoba mengerti.

Arin menatap Shaka dengan iba, dia tahu bahwa Shaka ingin bertemu Pelangi tapi ide menggedor rumah Pelangi kemudian menyeretnya kemari juga bukan ide bagus. Bisa-bisa nanti dia kena marah Pak RT yang berstatus ayahnya sendiri, eh atau ayahnya yang berstatus Pak RT ya?

"Arin!" teriak Pak Bandi---ayah Arin---dari teras. Arin meringis mendengar panggilan ayahnya, dia punya jam malam yang tidak bisa diganggu gugat dari ayahnya.

"Ka, bapak aku udah manggil, aku duluan ya hehe..." pamit Arin yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Shaka.

Shaka berbaring terlentang sambil menatap langit malam. Melihat ada banyak bintang-bintang yang indah bagian dari berbagai macam galaxy yang ada di langit tapi tidak ada yang seindah Pelangi. Dia menghela nafas kemudian memejamkan matanya, hanya terpejam, dia tidak mau dan tidak ingin tidur disini apalagi mengingat betapa dinginnya udara malam.

Baru lima menit matanya terpejam dia mendengar langkah kaki yang mendekatinya di tengah kesunyian malam. Shaka jadi merinding, jangan-jangan ada hantu yang menghampirinya karena berada di luar malam-malam begini. Oke Shaka takut, apalagi saat dia merasakan ada sesuatu yang menyentuh tangannya.

Ya Allah, Shaka tau Shaka suka bandel sama papah tapi jangan ditemuin sama hantu gini huwaaaa... batinnya ketakutan. Shaka jadi serba salah, mau terus menutup mata dia takut nanti diculik hantu. Tapi kalau membuka mata, dia takut hantunya jelek.

Sekarang jantung Shaka dag dig dug tidak karuan. Dia bingung harus bagaimana, dia ingin teriak tapi suaranya seperti tersangkut di tenggorokan. Jantungnya semakin menggila saat makhluk itu tiba-tiba mencium ujung bibir Shaka.

Astagfirullah Shaka dicium hantu!!! Eh sebentar, kok hantunya wangi kayak pelangi ya, batin Shaka karena tidak sengaja mencium aroma Shampo yang biasa pelangi pakai. Shaka langsung membuka matanya dan mendapati seorang Pelangi sedang menatapnya sambil tersenyum. Shaka mengamatinya lekat-lekat, setelah yakin bahwa itu memang Pelangi dan bukan hantu seperti yang tadi dia duga, Shaka langsung bangun dari posisi tidurnya.

"Hai Shaka," sapa Pelangi lembut.

Shaka mengerjap-ngerjapkan matanya lucu. Masih sedikit tidak percaya melihat keberadaan Pelangi di depan matanya. Sementara Pelangi sedang mati-matian menahan senyumnya melihat ekspresi Shaka sekarang ini, menggemaskan.

"Hallo Shakala Dewani..." kata Pelangi sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Shaka.

"I-iya?" jawab Shaka gugup.

Pelangi terkekeh. "Kamu kenapa?" tanyanya.

"Aku kenapa?" beo Shaka.

"Kamu kenapa diem aja hm?" tanya Pelangi yang sekarang sudah duduk di sebelah Shaka.

"Nggak hehe,"

"Jadi tadi kamu nyanyi lagu apa aja?"

"Darkside sama Sing Me to Sleep,"

"Kalo aku request kamu buat nyanyiin sebuah lagu kamu kasih nggak?" tanya Pelangi penuh harap.

Shaka tanpa pikir panjang langsung mengangguk, mana bisa dia menolak permintaan Pelangi. "Emang mau lagu apa?" tanyanya bersemangat.

"Alone by Alan Walker," jawab Pelangi kemudian tersenyum.

"Aku nyanyi sekarang?" tanya Shaka lagi.

"Kalo kamu nggak keberatan," jawab Pelangi yang masih tersenyum kepada Shaka.

"Oke," kata Shaka kemudian mulai memainkan gitarnya.

Lost in your mind
I wanna know
Am I losing my mind?
Never let me go

If this night is not forever
At least we are together
I know I'm not alone
I know I'm not alone
Anywhere, whenever
Apart, but still together
I know I'm not alone
I know I'm not alone

I know I'm not alone
I know I'm not alone

Unconscious mind
I'm wide awake
Wanna feel one last time
Take my pain away

If this night is not forever
At least we are together
I know I'm not alone
I know I'm not alone
Anywhere, whenever
Apart, but still together
I know I'm not alone
I know I'm not alone

Shaka mengakhiri lagu tersebut kemudian tersenyum manis kepada Pelangi yang sejak tadi memperhatikannya. Malam ini dia benar-benar merasa sangat senang karena Pelangi, padahal Pelangi tidak melakukan apapun.

"Makasih ya." kata Pelangi tulus.

Shaka mengangguk. "Sama-sama." jawabnya masih dengan senyuman termanis dari bibirnya.

"Besok ada acara nggak?" tanya Shaka.

"Kenapa?" kata Pelangi balik bertanya.

"Lari pagi bareng yuk!" ajak Shaka bersemangat.

Pelangi menatap Shaka sebentar. "Boleh, tapi aku nggak janji ya." jawabnya kemudian tersenyum kepada Shaka.

"Kenapa?" tanya Shaka dengan nada kecewa.

Pelangi menggeleng. "Kalo besok pagi aku ada di depan rumah berarti aku ikut kamu lari pagi, kalo nggak ada berarti aku nggak bisa," terangnya.

Shaka hanya mengangguk pasrah. Padahal dia ingin sekali-kali lari pagi bersama Pelangi, siapa tahu lebih menyenangkan. Tapi dia tahu Pelangi juga pasti punya kesibukan lain makanya beberapa waktu lalu dia sama sekali tidak bertemu dengan Pelangi.

"Udah malem, kamu pulang sana. Jangan begadang ya," kata Pelangi lembut sambil mengusap kepala Shaka.

Shaka menatap Pelangi dengan sendu. Shaka sendiri tidak paham kenapa moodnya selabil ini. Pelangi bukannya tidak tahu pancaran kekecewaan dari mata Shaka saat dia menatapnya, tapi terkadang pergi dari rumah akan menjadi hal yang sangat sulit baginya.

"Jaket kamu masih di aku," kata Pelangi saat Shaka sudah berdiri dan membawa gitarnya.

"Nggak apa-apa, kita cuma beda satu rumah. Kamu bisa balikin kapan-kapan," balas Shaka yang memang tidak keberatan jaketnya masih ada di Pelangi meskipun jaket itu adalah jaket kesayangannya. Soalnya Pelangi juga kesayangannya Shaka sekarang.

"Ayo aku anter kamu sampe depan rumah," kata Shaka kepada Pelangi.

"Biar apa?"

"Biarin aja sih orang lagi pengen, ayo ih keburu malem,"

"Haha iya Shaka iya,"

:•::•:

Continue Reading

You'll Also Like

498K 53.8K 23
Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah...
10.6M 675K 44
Otw terbit di Penerbit LovRinz, silahkan ditunggu. Part sudah tidak lengkap. ~Don't copy my story if you have brain~ CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN D...
632K 24.8K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.8M 80K 36
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...