Shakala (On Going)

By chocholate_girl

87.2K 8.3K 963

GXG✓ Semuanya serba singkat, Shaka mau tidak mau harus tinggal di rumah eyangnya yang berada di kampung dalam... More

prolog
satu
dua
tiga
empat
enam
tujuh
delapan
sembilan
sepuluh
sebelas
dua belas
tiga belas
Tulisan Shaka.
empat belas.
lima belas
enam belas.
tujuh belas.
delapan belas.
sembilan belas.
dua puluh.
duapuluh satu.
duapuluh dua.
duapuluh tiga.
duapuluh empat.
duapuluh lima.
shakala.

lima

3.7K 416 11
By chocholate_girl

Shaka berlarian kecil mengelilingi kampung, sesuai janjinya semalam pada dirinya sendiri, dia akan keliling kampung jika tidak menemukan Pelangi di sungai. Tapi sudah hampir selesai mengelilingi kampung, Shaka masih belum menemukan tanda-tanda keberadaan Pelangi. Shaka kesal dibuatnya. Akhirnya dengan rasa putus asa dia memilih pulang ke rumah eyangnya.

Eyang menatap heran kepada Shaka saat masuk ke dalam rumah. Lagi, dia mendapatkan wajah murung Shaka setelah pulang lari pagi. Membuat eyang merasa khawatir, apa yang terjadi dengan Shaka sehingga anak itu tampak murung. Eyang bergegas menghampiri Shaka yang baru saja masuk ke kamarnya. Untung saja kali ini Shaka tidak menutup pintu kamarmya, tidak menutup dengan rapat lebih tepatnya.

"Nduk, kamu kenapa?" tanya Eyang yang kini sudah berdiri di ambang pintu masuk kamar Shaka.

"Nggak apa-apa," jawab Shaka yang sedang tengkurap.

"Terus kenapa mukanya murung gitu kayak eyang ndak kasih kamu makan?" tanya Eyang lagi.

Tidak ada jawaban. Shaka memilih diam mengabaikan pertanyaan eyang. Toh kalau Shaka mengatakan yang sebenarnya belum tentu eyang mau memberi tahu. Kemarin saja dia terus dipermainkan.

"Belum ketemu rumahnya Anggi?" tanya Eyang yang seketika membuat Shaka sedikit tersentak.

"Hm,"

"Kamu bukannya sudah sering lari pagi, terus pernah diajak keliling kampung sama Rama, masa belum tahu rumah Pak RT?" tanya Eyang bingung.

Shaka hanya diam saja tidak menjawab, dia memang belum tahu rumah Pak RT apalagi rumah Pelangi dimana dan hal ini membuatnya cukup merasa frustasi dibuatnya. Jangan tanya kenapa, Shaka juga tidak tahu, Shaka hanya merasa penasaran dengan Pelangi jadi Shaka bersikap sebegininya.

"Kamu ke tetangga sebelah sana terus coba lihat masih ada plang tulisan Ketua RT apa ndak di teras rumahnya," kata Eyang.

Shaka lagi-lagi hanya diam tapi kali ini karena sedang mencerna perkataan eyang. Sedetik kemudian Shaka langsung bangun dan berlari keluar rumah meninggalkan eyang yang hanya bisa menggeleng pelan.

Sekarang Shaka sudah berdiri di depan rumah tetangga sebelahnya, sudut bibirnya terangkat saat melihat papan nama yang bertuliskan Ketua RT terpasang di tembok rumah itu. Shaka berdecak kagum kepada kebodohannya sendiri, pantas saja eyang tidak mengatakan apapun, ternyata rumah Ketua RT yang dimaksud dan dicari berada tepat di sebelah rumah eyangnya. Shaka tersenyum senang, jika ini adalah rumah Ketua RT berarti rumah Pelangi...

"Pelangi," gumamnya saat dia sudah berada di depan rumah yang berada tepat di sebelah rumah Pak RT. Shaka menatap rumah itu dalam diam, setelah tahu dimana rumah Pelangi sekarang apa yang harus dia lakukan?

Shaka menghela nafas. "Ternyata tetanggaan dan aku baru tau lagi," gerutunya.

Shaka berharap Pelangi keluar dari rumahnya tapi sepertinya nihil. Pintu rumah Pelangi tertutup rapat, bahkan jendelanya tidak ada yang dibuka dan lampu teras masih menyala. Shaka jadi berpikir, mungkin Pelangi dan keluarganya sedang pergi.

Shaka kembali ke rumah dengan wajah lesunya. Sudah dua hari dia gagal bertemu dengan Pelangi bahkan saat sudah mengetahui dimana rumahnya. Shaka duduk di sofa dan menyalakan televisi. Tidak menyadari eyang yang sedang mengawasinya.

"Sudah ketemu sama Anggi?" tanya Eyang.

"Rumahnya sepi, lampu terasnya aja masih nyala," jawab Shaka.

"Oh iya eyang lupa, kayaknya kemarin Anggi sama paman dan bibinya pergi," kata Eyang.

"Pergi kemana?" tanya Shaka yang masih memasang wajah lesunya.

"Ndak tahu, eyang cuma lihat sekilas terus ndak sempat nanya," jawab Eyang yang membuat Shaka hanya bisa menghela nafas.

"Ya udah deh," kata Shaka pasrah kemudian pergi ke kamar.

"Kamu yakin ndak mau cari teman selama disini Ka? Itu anak Pak RT juga ada yang seumuran sama kamu, mungkin kalian bisa berteman," kata Eyang yang kini sedang menatap Shaka.

"Udah punya temen eyang," jawab Shaka.

"Siapa?" tanya Eyang penasaran.

"Ya itu Pelangi eh Anggi," jawab Shaka.

"Eyang ndak yakin kamu sama Anggi berteman," kata Eyang yang membuat Shaka langsung menatap eyang tidak suka.

"Kenapa gitu?" tanya Shaka datar.

"Ya itu, kamu saja dari kemarin-kemarin ndak tahu rumahnya, baru tahu tadi setelah eyang kasih tahu," terang Eyang yang membuat Shaka memanyunkan bibirnya.

"Ya kan belum kenal sejauh itu sampe tau rumahnya," ujar Shaka membela diri.

"Ya sudah iya, tapi kamu ndak mungkin cuma temenan sama Anggi kan? Nanti eyang kenalin kamu sama anaknya Pak RT," kata Eyang.

"Terserah eyang aja tapi yang jelas aku sama Anggi temenan." kata Shaka kemudian masuk ke dalam kamar.

Shaka keluar kamar sambil menenteng gitar kesayangannya. Dia langsung duduk di teras rumah sambil berusaha mencari posisi yang enak untuk memainkan gitarnya. Shaka sedikit meregangkan jari-jarinya sebelum memetik senar gitarnya.

Shaka mulai memainkan intro lagu One Call Away milik Charlie Puth.

I'm only one call away
I'll be there to save the day
Superman got nothing on me
I'm only one call away

Call me, baby, if you need a friend
I just wanna give you love
C'mon, c'mon, c'mon
Reaching out to you, so take a chance

No matter where you go
Know you're not alone

I'm only one call away
I'll be there to save the day
Superman got nothing on me
I'm only one call away

Come along with me and don't be scared
I just wanna set you free
C'mon, c'mon, c'mon
You and me can make it anywhere
But for now, we can stay here for a while
'Cause you know, I just wanna see you smile

No matter where you go
You know you're not alone

I'm only one call away
I'll be there to save the day
Superman got nothing on me
I'm only one call away

And when you're weak I'll be strong
I'm gonna keep holding on
Now don't you worry, it won't be long
Darling, and when you feel like hope is gone
Just run into my arms

I'm only one call away
I'll be there to save the day
Superman got nothing on me
I'm only one, I'm only one call away
I'll be there to save the day
Superman got nothing on me
I'm only one call away

I'm only one call away

Shaka mengakhiri petikan gitarnya dan tersenyum tipis. Dia menaruh gitarnya di sebelahnya kemudian tiduran di lantai teras. Shaka merindukan Pelangi, dia ingin bertemu Pelangi secepatnya.

"Suaramu bagus," kata seseorang yang membuat Shaka langsung terduduk dari tidurnya. Dia menaikan satu alisnya dan menatap orang yang entah sejak kapan sudah berdiri di balik pagar rumah sebelahnya.

Oh ini anaknya Pak RT? batin Shaka menebak.

"Makasih," jawab Shaka sekenanya.

Orang itu menaiki pagar yang hanya setinggi perutnya kemudian lompat ke pekarangan rumah eyang. Shaka hanya diam memperhatikan apa yang orang itu lakukan.

"Arin," katanya sambil mengulurkan tangan.

Sedikit ragu Shaka menjabat tangan Arin. "Shaka."

"Cucunya Eyang Sum kan?" tanya Arin.

"Bukan, aku pengamen lagi numpang istirahat disini," kata Shaka, bercanda.

Arin terkekeh. "Wah sayang banget tadi lupa bawa recehan," katanya.

"Nggak biasa dikasih receh, biasanya yang warna merah gambar Soekarno," kata Shaka.

"Nggak sekalian bilang biasanya dikasih amplop kayak biduan kampung?" ejek Arin kemudian tertawa.

"Sialan." umpat Shaka tapi tetap tersenyum.

Arin duduk di sebelah Shaka tanpa bertanya terlebih dahulu. Dia yakin 100% bahwa Shaka tidak akan keberatan jika Arin duduk disana.

"Aku kira cucu Eyang Sum yang dari kota itu sombong, tapi ternyata anaknya gokil juga," kata Arin yang membuat Shaka langsung menatapnya.

"Don't judge a book by it's cover." kata Shaka bijak.

"Ya ya ya," jawab Arin sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

Keduanya sama-sama diam. Shaka menopang dagunya dengan satu tangannya dan memikirkan Pelangi. Entah kenapa dia benar-benar ingin melihat pelangi sekarang. Shaka tidak mengerti kenapa Pelangi bisa membuatnya setertarik ini untuk lebih mengenalnya. Sepertinya Shaka benar-benar penasaran pada pelangi.

"Kamu lagi liburan sekolah?" tanya Arin kembali membuka pembicaraan.

"Nggak, aku udah nggak sekolah lebih tepatnya," jawab Shaka jujur.

"Nggak sekolah?" tanya Arin bingung.

"Udah lulus," jawab Shaka.

"O-oh Kak Shaka," kata Arin yang membuat Shaka langsung menatapnya jengah.

"Aku masih muda, 17 tahun aja belum genap," kata Shaka.

"Kok udah lulus?" tanya Arin, bingung lagi.

"Dulu ikut aksel pas SMP jadi ya gitu," jawab Shaka.

Arin mengangguk paham. "Berapa lama disini?"

"Sampe papah inget kalo dia punya anak," jawab Shaka yang membuat Arin mengernyit bingung.

"Udahlah nggak usah dibahas," kata Shaka lagi.

Kembali hanya ada keheningan diantara keduanya. Shaka menatap lurus ka arah jalanan desa yang berada di depan rumah eyang sedangkan Arin entah sibuk memikirkan apa. Shaka terus mengamati mobil yang tiba-tiba saja melintas di hadapannya. Sekarang mobil itu berhenti di depan rumah Pelangi membuat Shaka mengamati mobil itu lebih intens.

Shaka sedikit tercengang saat mendapati Pelangi yang keluar dari dalam mobil itu. Bahkan Shaka langsung berdiri saat melihatnya membuat Arin mau tidak mau ikut berdiri dan melihat ke arah mata Shaka memandang.

"Pelangi," gumam Shaka nyaris tidak terdengar tapi Arin mendengarnya. Arin langsung mengalihkan perhatiannya kepada Shaka yang masih saja menatap Pelangi yang kini sudah masuk ke dalam rumahnya.

"Kenal sama Kak Anggi?" tanya Arin.

"Iya," jawab Shaka kemudian kembali duduk di tempat semula.

"Kenal dimana?" tanya Arin terlihat penasaran.

Shaka menatap Arin sekilas kemudian mengambil gitarnya. "Kepo." jawabnya membuat Arin mendengus sebal.

"Dia itu jarang keluar rumah, aku aja yang tetangganya nggak begitu dekat sama dia," terang Arin tanpa diminta.

"Terus?"

"Ngeliat kamu yang langsung berdiri kayak tadi, kayaknya kamu kenal deket dia?" tanya Arin.

"Nggak juga," jawab Shaka kemudian mengembuskan nafasnya.

Shaka memetik gitarnya secara asal tapi malah terdengar seperti instrumen lagu Imagination milik Shawn Mendes. Shaka langsung menghentikan aksi memainkan gitarnya kemudian kembali menyandarkan gitar itu ke tembok.

"Kenapa lesu gitu?" tanya Arin yang sedari tadi memang mengamati Shaka.

"Nggak,"

"Nanti malem kamu keluar coba, main gitar lagi ntar aku temenin," kata Arin.

"Males, nanti jadi rame lagi kayak tempat tongkrongan," tolak Shaka.

"Justru itu," kata Arin sedikit antusias. "Biar Kak Anggi mau keluar dari rumahnya," bisiknya di telinga Shaka.

"Emang iya?" tanya Shaka tidak yakin.

Arin berdiri kemudian tersenyum jahil kepada Shaka. "Kita buktiin aja nanti malam, kalo dia keluar berarti aku yang menang tapi kalo dia nggak muncul kamu bisa jadiin aku pesuruhmu selama kamu disini," tawarnya.

Shaka terlihat berpikir. "Tapi aku disini sampe waktu yang belum ditentukan,"

"Nggak masalah, karena aku yakin aku yang akan menang," kata Arin kemudian menaiki pagar rumahnya yang hanya setinggi perut. Meninggalkan Shaka yang sekarang sedang bergelut dengan pikirannya.

:•::•:

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 132K 50
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
2.7M 136K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
1.1M 17.7K 28
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
2.6M 143K 63
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...