Shakala (On Going)

Autorstwa chocholate_girl

87.1K 8.3K 963

GXG✓ Semuanya serba singkat, Shaka mau tidak mau harus tinggal di rumah eyangnya yang berada di kampung dalam... Więcej

prolog
satu
dua
tiga
lima
enam
tujuh
delapan
sembilan
sepuluh
sebelas
dua belas
tiga belas
Tulisan Shaka.
empat belas.
lima belas
enam belas.
tujuh belas.
delapan belas.
sembilan belas.
dua puluh.
duapuluh satu.
duapuluh dua.
duapuluh tiga.
duapuluh empat.
duapuluh lima.
shakala.

empat

4.1K 406 43
Autorstwa chocholate_girl

Shaka seharian hanya berguling-guling di kasurnya mengingat kejadian tadi pagi saat matanya dengan tidak punya sopan santunnya menatap bibir pelangi dengan ingin. Shaka memukul kepalanya berulang kali mencoba mengenyahkan bayangan Pelangi dari dalam kepalanya. Shaka merasa tidak tenang, dia seperti dihantui oleh pelangi.

"Shaka, Ka," panggil Eyang dari luar kamar.

Shaka terduduk di kasurnya merasa heran, biasanya eyang akan mengetuk pintu, tumben sekarang langsung memanggilnya. Dengan malas Shaka membuka pintu kamarnya.

"Iya eyang?" tanyanya.

"Kamu ndak apa-apa kan nduk? Eyang khawatir daritadi kamu ndak keluar kamar, takut kamu kenapa-kenapa," kata Eyang.

"Aku baik-baik aja kok," jawab Shaka.

Eyang menatap Shaka dari atas ke bawah, kemudian dari bawah ke atas.

"Kamu mandi dulu sana mumpung masih jam segini, nanti kalau kesorean kamu sakit lagi seperti kemarin," kata Eyang mengingatkan.

"Iya eyang," jawab Shaka kemudian langsung pergi mandi.

Shaka berjalan dengan gontai menuju ruang makan. Disana dia bisa melihat eyangnya yang sedang menyiapkan makan malam. Shaka tidak tahu kenapa, tapi dia merasa lemas sekarang. Eyang yang melihat ada yang tidak beres pada cucunya langsung menghampiri Shaka.

"Kamu kenapa nduk?" tanya Eyang khawatir.

Shaka menggeleng. "Aku nggak apa-apa," katanya lemah.

Eyang menaruh telapak tangannya di dahi Shaka. Panas. "Kamu demam,"

Shaka menyentuh dahinya sendiri, memastikan apakah dia benar-benar demam seperti yang eyangnya katakan. Sial, eyangnya benar, dia demam sekarang.

Shaka menghela nafas kemudian menelungkupkan kepalanya di meja. "Eyang, kepala aku pusing," lirihnya membuat eyang langsung khawatir.

Eyang mengusap kepala Shaka. "Pusing banget? Kita ke dokter ya?" tanyanya.

Shaka menggeleng. "Nggak mau, nanti aku dikasih obat," tolaknya.

"Ya sudah kamu makan dulu ya abis itu minum obat," kata Eyang pada akhirnya.

"Tapi aku nggak laper,"

"Kamu makan terus minum obat atau eyang minta Uwa Bani anterin kamu ke dokter?" tanya Eyang final.

"Oke aku makan," jawab Shaka pasrah dan langsung makan dengan tidak berselera. Setelahnya dia memaksakan diri untuk menelan satu butir obat yang diberikan eyang. Obat itu rasanya pahit, sangat pahit hingga membuatnya merasa mual.

"Kamu istirahat sana, inget eyang nyuruhnya istirahat jangan malah mainan handphone," titah Eyang yang langsung saja dituruti oleh Shaka tanpa ada bantahan sedikitpun. Shaka lemas, kepalanya sakit, perutnya meronta-ronta, yang dia inginkan sekarang hanya tidur dan tenggelam dalam mimpi.

•••

Pagi-pagi sekali Shaka sudah bangun dan duduk di ruang tamu sambil menyalakan televisi. Sebenarnya Shaka sudah bangun sejak jam dua pagi dan tidak bisa tidur setelahnya tapi dia memilih berdiam diri di kamar. Beruntungnya perut Shaka sudah terasa baik-baik saja, atau paling tidak sudah lebih baik, hanya kepalanya saja yang masih terasa sedikit berat.

Eyang yang memang selalu bangun pagi merasa sedikit heran saat melihat televisi yang berada di ruang tamunya menyala. Dia semakin heran saat melihat keberadaan Shaka yang sedang tiduran di sofa. Tapi eyang hanya membiarkan saja apa yang Shaka lakukan, biar nanti setelah selesai dengan kegiatannya dia akan menanyakan keadaan anak itu.

Shaka hanya menggonta-ganti channel televisi secara acak. Dia tidak benar-benar menontonnya sejak tadi. Shaka hanya sudah terlalu bosan berada di kamar sehingga dia memutuskan untuk pindah ke ruang tamu dan menyalakan televisi. Tapi kemudian dia menyerah dengan televisi yang sudah menyala itu, tidak ada tayangan yang mampu menarik perhatiannya, hanya tayangan-tayangan tidak penting, tidak ada kartun spongebob atau semacamnya.

Akhirnya Shaka meraih ponselnya yang tadi dia taruh di meja. Shaka iseng membuka aplikasi instagram yang ada di ponselnya. Shaka bukan anak yang narsis, dia memiliki akun instagram hanya untuk mengikuti update terbaru dari para idolanya. Lagi, Shaka rasa tidak ada yang menarik dari instagram. Kali ini dia membuka game Player Unknown Battle Ground atau lebih dikenal dengan PUBG, tapi seketika minatnya menghilang untuk memainkan game itu. Shaka jadi bingung, apa yang harus dia lakukan sekarang.

"Kamu udah bangun nduk?" tanya Eyang yang baru saja selesai dengan kegiatan memasaknya.

"Iya, nggak bisa tidur soalnya," jawab Shaka.

"Masih pusing?" tanya Eyang sambil menyentuh dahi Shaka, memastikan demam Shaka.

"Sedikit,"

"Berhubung kamu sudah bangun, sekarang makan terus minum obat lagi," titah Eyang. Shaka hanya mengangguk saja tidak berniat membantah, dia takut nanti eyang akan mengancam membawanya ke dokter kalau tidak menurut. Shaka tidak mau ke dokter.

"Nanti aku mau lari pagi, boleh?" tanya Shaka.

"Tapi kan kamu lagi sakit, nanti kalau pingsan di jalan bagaimana?" tanya Eyang.

"Nggak kok eyang, aku udah sembuh. Lagian aku bosen kalo di rumah terus, boleh ya eyang?" bujuk Shaka setengah merengek.

Eyang menghela nafas. "Ya sudah, tapi nanti jangan kecapekan ya, terus jangan jauh-jauh, kalo ada apa-apa telfon eyang," katanya menasehati.

Shaka mengangguk dan tersenyum. "Iya eyang," katanya bersemangat kemudian dengan cepat menyelesaikan kegiatan makan dan meminum obatnya.

Eyang sedikit khawatir saat Shaka berpamitan. Tapi Shaka meyakinkan eyang bahwa dia sudah baik-baik saja membuat eyang merasa lebih tenang.

Sebenarnya tujuan Shaka lari pagi tidak semata karena dia bosan di rumah, tapi dia ingin melihat Pelangi. Tunggu, bukan pelangi yang muncul setelah hujan atau terjadi karena pembiasan cahaya, bukan pelangi yang itu, tapi Pelangi yang tempo hari tidak sengaja dia temui di sungai. Shaka ingin bertemu dengan gadis itu lagi, Shaka penasaran dengan sosok Pelangi yang terlihat misterius, bahkan rasanya Shaka ingin mengenal Pelangi lebih dekat, itu kalau boleh.

Shaka sudah sampai di sungai, matanya langsung mencari sosok gadis yang membuatnya tidak mau berlama-lama di jalan. Tapi sayangnya dia tidak menemukan keberadaan Pelangi.

Ka, Ka, dipikir dia penunggu sungai kali ya makanya nyari dia ke sungai? gumamnya menertawakan dirinya sendiri. Shaka menekuk wajahnya, dia menyeka keringat yang ada di dahinya.

Shaka memilih duduk di tempat kemarin dia dan Pelangi duduk bersama. Saat dengan tidak sopannya jantungnya berpacu hanya karena seorang Pelangi menyandarkan kepala ke bahunya. Shaka berharap ada keajaiban yang membuat Pelangi tiba-tiba berada disini, tapi itu sepertinya mustahil. Shaka mengerang frustasi, merasa sia-sia dia pergi kesini.

Dengan malas Shaka berdiri dan pergi dari tempat itu. Mood Shaka rasanya buruk hanya karena gagal menemukan Pelangi.

"Loh tumben sudah pulang?" tanya Eyang saat melihat Shaka masuk ke dalam rumah.

"Iya," jawab Shaka kemudian masuk ke dalam kamar.

Eyang sedikit bingung dengan sikap Shaka sekarang. Tidak biasanya Shaka bersikap seperti ini apalagi setelah pulang lari pagi. Tapi tadi Shaka sedikit kesiangan untuk lari paginya, atau mungkin Shaka masih sakit jadi dia terlihat tidak bersemangat, pikir eyang menerka-nerka.

Shaka keluar dari kamarnya setelah mengganti baju. Dia duduk di lantai sambil menyandarkan punggungnya ke kaki eyang.

"Eyang," panggil Shaka tiba-tiba.

"Kenapa nduk?" tanya Eyang yang langsung mengalihkan perhatiannya dari televisi.

"Eyang tau Pelangi nggak?" tanya Shaka.

"Tau, itu yang warna-warni kan?" jawab Eyang tidak sepenuhnya salah hanya tidak sesuai dengan topik pembicaraan yang dimaksud Shaka.

"Bukan pelangi yang itu eyang, tapi Pelangi," tegas Shaka.

Eyang menggeleng tidak mengerti. Shaka menjadi frustasi lagi.

"Oh, kalo sama Anggi eyang kenal nggak?" tanya Shaka setelah mengingat nama panggilan Pelangi.

"Anggi? Sepertinya eyang tau dia, kenapa?" tanya Eyang.

"Anggi rumahnya dimana?" tanya Shaka penasaran.

"Di sebelah rumah Pak RT," jawab Eyang.

"Rumah Pak RT dimana?" tanya Shaka lagi.

"Di sebelah rumah Anggi," jawab Eyang yang seketika membuat Shaka melongo.

Malah ngelawak coba, untung dia eyangku, batin Shaka mencoba bersabar.

"Aku serius nanya," kata Shaka.

"Eyang juga serius jawab," kata Eyang tidak mau kalah.

"Ah eyang mah gitu," kata Shaka pasrah.

Eyang terkekeh karena mengetahui bahwa Shaka sebentar lagi akan menjalankan aksi ngambeknya. "Kamu kenal Anggi darimana? Eyang pikir kamu keluar rumah cuma sama Rama atau pas lari pagi saja," katanya.

"Itu waktu kecebur di sungai," kata Shaka.

Eyang menatap Shaka bingung tapi sedetik kemudian eyang tertawa. "Jadi dia yang nolongin kamu pas kecebur?"

Shaka mengangguk tapi kemudian menggeleng. "Iya dia yang nolongin, tapi dia juga yang jadi penyebab aku kecebur," jawabnya.

"Kok bisa?" tanya eyang penasaran.

"Kan waktu itu aku ditinggal sama Mas Rama soalnya dia ada urusan mendadak, nah berakhirlah aku di sungai sendirian, foto-foto. Aku kira aku bener-bener sendirian kan eh tiba-tiba pas aku lagi cari objek lain buat di foto aku liat dia, kagetlah aku terus kecebur." kata Shaka menceritakan kejadian tempo hari.

"Gitu toh ceritanya," kata Eyang.

"Jadi rumah Anggi dimana?" tanya Shaka lagi yang kali ini berharap eyang akan menjawabnya dengan serius bukan lawakan seperti tadi.

"Rumah Anggi belum pindah, masih di sebelah rumah Pak RT," jawab Eyang sambil tersenyum jahil kepada Shaka.

"Eyang ih,"

•••

Sore ini Shaka sedang membuntuti eyang yang sudah berjalan di depannya. Shaka memberikan sejuta rayuan kepada eyang untuk memberitahu dimana rumah Pelangi yang akhirnya dikabulkan oleh eyang dengan satu syarat, menemani eyang pergi ke warung.

Tanpa pikir panjang Shaka langsung mengiyakan syarat dari eyang. Toh warung yang dimaksud tidak terlalu jauh dari rumah mereka dan Shaka sudah pernah kesana sebelumnya.

Shaka diam memperhatikan eyangnya yang sedang berbelanja beberapa kebutuhan rumah tangga yang sudah habis, seperti gula, minyak sayur, garam, dan lainnya. Shaka tidak terlalu memperdulikan apa yang eyangnya beli, yang sekarang dia pikirkan adalah dimana rumah Pelangi.

"Kamu mau beli jajan ndak?" tanya Eyang yang membuat Shaka membuyarkan lamunannya.

Shaka mengambil dua buah permen lolipop kemudian menunjukannya kepada eyang.

"Itu saja?" tanya eyang memastikan. Shaka hanya mengangguk sebagai jawaban. Camilannya yang waktu itu dia beli saat minta diantarkan Rama ke minimarket masih banyak, jadi dia hanya mengambil permen lolipop supaya bisa dia makan nanti saat perjalanan pulang.

Eyang membayar belanjaannya, tadinya Shaka sudah menawarkan diri untuk membayarkan belanjaan eyang, tabungan Shaka banyak. Tapi eyang menolak, uang yang eyang pakai untuk belanja juga berasal dari ayah Shaka, jadi sama saja.

Mereka berdua berjalan pulang tapi eyang tidak mengatakan apapun soal rumah Pelangi. Akhirnya dengan inisiatifnya sendiri Shaka menanyakannya kepada eyang.

"Eyang, terus rumah Angginya dimana?" tanyanya masih sangat penasaran.

"Loh iya eyang lupa," jawab eyang sambil terkekeh.

"Ish eyang," kesal Shaka.

"Kamu tadi lihat ada pos kamling di sebelah warung?" tanya eyang.

Shaka langsung mengangguk. "Iya liat,"

"Oh ya udah kirain eyang kamu ndak merhatiin sekitar," jawab eyang yang membuat Shaka mengatupkan rahangnya. Sudahlah bertanya sama eyang tidak mendapatkan jawaban, mungkin besok Shaka akan bangun lebih pagi dan keliling kampung kalau tidak menemukan Pelangi di sungai. Anggap saja Shaka menganggap Pelangi penunggu sungai jadi terus mencarinya kesana. Terserah, Shaka tidak peduli.

:•::•:

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

6.8M 290K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
9M 955K 65
[SUDAH TERBIT] Tersedia di Gramedia dan TBO + part lengkap Apakah kalian pernah menemukan seorang pemuda laki-laki yang rela membakar jari-jari tanga...
2.6M 131K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
3.1M 157K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...