PURZELBAUM [Changlix]

northeastern_ által

92.9K 18.4K 3.9K

tentang lee felix, seo changbin, dan neraka kehidupan yang mereka buat sendiri. ° seo changbin ° lee felix Wa... Több

one ° we've met
two ° seize the day
three ° when you love someone
four ° you don't care
five ° let me down
six ° melted
seven ° open the door
eight ° sternhaufen
nine ° confused
ten ° merged
eleven ° honestly
twelve ° sick
thirteen ° cross the bear
fourteen ° faintest
fifteen ° precious
sixteen ° jawbreaker
seventeen ° leave well alone
eighteen ° back to square one
nineteen ° daredevil
twenty ° caesura
twenty two ° gallivanted
cuap cuap 👩‍🚀

twenty one ° gallantry

2.6K 637 96
northeastern_ által


Yuju menaruh beberapa plastik berisi nasi uduk dan botol air mineral di atas meja. Lalu memandangi Jaehyun yang masih tertidur di sofa bed.

Hanya Changbin yang sedari tadi duduk sambil bersanding dengan laptop. Tangannya sibuk memindahkan beberapa berkas partitur dan kertas print jadwal perform mereka. Brian belum terlihat, mungkin sedang merokok di luar.

“Makanannya dateng kok gak bangunin gue sih?” Jaehyun tiba-tiba terbangun dan mengambil satu bungkus makanan dari dalam plastik.

Yuju tak menanggapi ucapan sang drummer. Atensinya terfokus pada Changbin sekarang.

“Lo semalem kenapa sih, Bin?”

“Apa?” Changbin masih sibuk sendiri.

“Gue yakin semalem lo gak mabok, tapi kenapa bisa sampe jatoh di lorong?”

“Palingan kebelet dia tuh. Gak bisa nahan makanya nyusruk ke lantai” Sahut Jaehyun sambil mengunyah makanan.

Changbin melirik sekilas pada gadis yang sudah duduk di hadapannya.

“Seketika gak enak badan, kaki gue lemes tiba-tiba. Udah lah gak usah dipikirin, gue udah baikan sekarang.”

“Ya lo pikir semalem gak rusuh apa? Pengunjung lagi rame tau-tau lo digotong sama Kak Brian buat balik.”

Yuju membuka tutup botol air mineralnya. Meminumnya sedikit demi sedikit.

“Ya udah ntar malem gue jadiin duet sama lo. Itung-itung sebagai permintaan maaf gue.” Ucap Changbin final.

“Anjir, kayak bisa nyanyi aja lo.” Jaehyun meledek.

Ctakk

Remot AC dengan cepat mendarat tepat di kepala Jaehyun.

“Gak usah ngeledekin! Ntar Changbin-nya ngambek.” Ucap Yuju yang sudah memulai sarapannya.

“Udah ah sana berantem aja lo berdua. Sepet mulut gue, mau nyusul Bang Brian dulu.”

Changbin beranjak setelah memasukkan sebungkus rokok dan sebuah korek api ke dalam saku hoodie-nya. Dengan cepat ia melangkah ke lantai teratas gedung apartemen. Bagian rooftop memang sengaja dibuat ruang terbuka untuk area bersantai.

Changbin dan teman-temannya tidak tinggal disini. Mereka hanya menyewa salah satu kamar apartemen untuk dijadikan studio musik dan basecamp. Dengan tujuan untuk mempermudah ketika mereka hendak latihan dan bersantai bersama, karena gedung apartemen ini berdiri beberapa meter di samping club tempat mereka bekerja.

“Sendirian dari tadi, Bang?”

Brian menoleh. Mendapati Changbin yang datang dan duduk di atas ottoman dengan santainya.

“Iya. Nyari udara seger, tapi lupa kalo kita lagi di Jakarta.”

Changbin terkekeh. Menyelipkan Gold Flake di antara kedua bibir, dan menyulut ujung rokok itu dengan korek api yang tadi ia bawa.

“Lo kenapa semalem?”

Asap terhembus dari mulut yang lebih muda.

“Gak tau,”

Brian mendekat pada Changbin. Ikut duduk di atas ottoman berwarna biru tua di samping pemuda Seo itu.

“Eh, semalem gue nemu anak baru,” ujar Brian yang membuat Changbin menoleh.

“Masih polos kayaknya. Lucu gitu soalnya" sambungnya lagi.

Changbin tampak tak tertarik. Brian memang sering menceritakan tentang pengunjung yang ia temui di club. Menjadi hal wajar apabila Brian cukup terkenal karena mudah bersosialisasi.

“Dengerin gue napa sih, Bin”

“Iya iya lanjut, Bang.”

Brian tertawa sekilas. Kemudian memposisikan tubuhnya menghadap pada pemuda yang mengenakan hoodie coklat di sampingnya itu.

“Ternyata Felix pacar lo itu manis juga ya.”

Uhukk

Changbin tersedak asap rokok yang tak sengaja ia telan.

“Orang yang gue ceritain ini tuh Felix. Semalem gue ngobrol sama dia.”

“Anjir. Jangan bercanda lo.”

“Lah lo gak percaya? Gak tau kan kalau Felix itu temennya Seungmin?”

“Seungmin yang barterder itu?”

Brian mengangguk. Membuat Changbin membuang rokoknya dan menginjaknya sekali.

“Kok gak kasih tau gue semalem?!”

“Usaha sendiri dong.” jawab Brian santai. Mulutnya menguap lebar karena belum tidur sejak kemarin.

Changbin berdecak keras. Rambutnya ia acak dengan kasar. Memikirkan kesempatan bertemu Felix sangat kecil. Ia merasa bodoh karena tidak mengejar Felix tadi malam. Salahkan saja tubuhnya yang berlebihan dalam merespons rasa terkejutnya.

“Udah lah. Berdoa semoga Felix balik lagi ntar malem,”

“Felix anak baik-baik. Gak mungkin ngulang khilaf sampe dua kali main ke club.”

Tawa Brian terdengar sarkas.

“Lo kira waktu lima taun gak bisa ngubah seseorang? Gak inget dulu lo berubah jadi rusak dalam waktu seminggu?”

Ada jeda dalam kalimatnya

“Siapa tau Felix udah beda. Lagian opini gue juga rasional.”

Changbin terbungkam. Ditinggal sendirian oleh pemuda satunya.

 

•••


Felix duduk sila di atas ranjang milik Bangchan. Masih menunggu kakak sepupunya itu menanggapi ucapannya. Jendela di kamar itu masih terbuka. Memperlihatkan langit yang mulai menggelap dengan bulan yang hanya separuh.

“Minum apa kamu kemaren?”

“Gak minum apa-apa.”

“Gak usah bohong, Lix.”

Felix menghela napas.

Milkshake coklat. Gak bohong, Kak.”

Bangchan menggigit bibirnya menahan tawa. Kemudian berbalik menghadap Felix dengan memasang wajah datarnya kembali.

“Tolong bantuin lah, Kak. Kalau Kak Chan yang bilang aku nginep disini kan pasti Bunda percaya.”

“Kamu nyuruh Kakak bohong? Trus kamu keliaran di club?”

“Aku gak macem-macem disana.”

Bangchan berdecih.

“Jam satu pagi harus udah balik kesini.”

“Kak—" Felix hendak protes.

“Jam satu atau gak sama sekali?”

Felix beranjak dari ranjang. Mengambil jaket dan kunci motornya yang berserakan di lantai.

“Gak janji, Kak.” Ucap Felix seraya berjalan keluar dari kamar Bangchan.

“Kakak telfon Bunda kamu sekarang.”

“Eh iya iya jam satu iyaaaaaaa” teriak Felix dari luar.

Kakinya melangkah cepat setelah memastikan Bangchan tidak menghubungi Ibunya. Felix menyalakan mesin motornya. Mengendarainya menjauhi kediaman Bangchan, dan pergi menuju Jakarta Pusat.

Setelah cukup lama berkutat dengan kemacetan, pada akhirnya Felix kembali lagi ke tempat itu. Menghadapi keramaian dan suara bising musik yang memenuhi seluruh sudutnya. Mau bagaimana lagi? Ia hanya takut tak punya kesempatan lagi untuk bertemu Changbin.

Sekarang pukul 23.47. Dan dipastikan Changbin sudah berada di lantai dua. Kaki Felix tidak mau diam saat berada di elevator yang sedang naik. Terus bergerak kesana kemari sambil menunggu elevator terbuka.

'Ting'

Felix sedikit berlari saat menelusuri lorong. Menuju ke tempat dengan lampu yang lebih redup. Sudah banyak orang disana. Semua penonton berdiri mengelilingi panggung. Bahkan sofa dan kursi-kursi di tengah sudah dipindahkan ke pinggir seluruhnya.

Felix tidak tahu akan seramai ini.

Yang ia tahu, ada seorang pemuda yang ia rindukan disana. Di atas panggung. Memainkan gitar dengan santainya, mengiringi gadis yang merupakan vokalis band mereka yang kini sedang bernyanyi.

Felix mendekati meja bar. Membuat Seungmin terkejut atas kedatangannya.

Umpatan Seungmin tertahan di tenggorokan. Felix menggigit bibirnya. Menahan segala rasa yang hendak meluap.

"Gue liat dia,"

Tangan Seungmin di genggam kuat.

"Gue liat Kak Changbin lagi, Min." Suara Felix terdengar bergetar.

"Iya tenang, Lix. Duduk dulu."

Felix duduk di atas bar stool yang letaknya sedikit jauh dari panggung. Tapi ia bisa melihat jelas rupa Changbin dari sini. Wajahnya terlihat lelah. Mungkin kurang tidur.

"Kok lagunya lanjut sih?"

Seungmin terkekeh. Musik baru saja terhenti, namun malah berganti dengan lagu lain.

"Band mereka emang suka borongan gitu kalo nyanyi. Bisa sampe lima lagu, habis itu baru istirahat."

Felix gusar dalam duduknya. Menilik jam tangannya yang terasa makin cepat berputar.

"Gue mau nemuin dia malem ini pokoknya."

"Iya udah sabar dulu, Lix. Ini kayaknya udah masuk lagu ke lima."

"Anjir gimana bisa sabar. Kak Chan keburu lapor ke nyokap kalo jam satu gue belum balik."

"Lah lo gimana sih? Sekarang aja udah hampir tengah satu dan belum ketemu Changbin. Lo balik ke rumah gak bakal nyempet deh kalo dikasih waktu cuma sampe jam satu."

Jari-jari mungil pemuda Lee itu mengetuk-ngetuk meja dengan gerakan cepat. Mencoba mencari cara agar ia dan Changbin tidak hanya sekadar saling sapa malam ini.

Srett

Seungmin mengerutkan dahi saat Felix menaruh kunci motornya di atas meja.

"Apa?"

"Lo bisa naik motor, kan?"

"Iya, kenapa?"

Felix memegang tangan Seungmin. Menatap sahabatnya itu dengan serius.

"Cuma lo harapan yang ada di depan mata. Lo masih inget rumahnya Kak Chan?"

Seungmin mengangguk ragu.

"Bawa motor gue. Lo temuin Kak Chan di rumahnya."

"Maksudnya gue ini jadi pengalih perhatian dia biar gak sempet laporin lu ke nyokap?"

Felix menghembuskan napasnya dengan keras.

"Itu salah satu alasan. Tapi lo gak bisa bohong. Lo kangen sama dia, kan?

Biar lo urusin urusan lo sama Kak Chan, dan gue urusin urusan gue sama Kak Changbin. Gimana?"

"Gue bawa motor lo nih?"

"Anjir Seungmin gak usah banyak bacot, keburu jam satu bego"

Seungmin tertawa sambil memakai jaket yang ia simpan di loker bawah meja bar. Mengambil kunci motor dan segera berjalan meninggalkan Felix.

"HONDA CBR 250R, CARI AJA DI SEKITAR BLOK F" teriak Felix.

Seungmin mengacungkan jempolnya sebelum menghilang di tikungan lorong.

.

.

.

"Ini serius gue nyanyi abis ini?"

"Lo udah janji ya tadi pagi." ucap Yuju telak.

Changbin membuka botol minumnya. Meneguk air dengan cepat. Kepalanya sedikit menyembul dari area balik panggung. Penonton masih enggan mengambil duduk. Apa penampilannya memang ditunggu ya?

"Cus naik," salah satu operator memerintahkan agar band Changbin kembali naik ke stage.

Changbin jalan belakangan. Mempersilahkan ketiga rekannya naik terlebih dahulu. Changbin menunduk, menaruh botol minum di dekat kaki meja. Ia harus siap kali ini. Dan jujur saja ini penampilan pertama bagi Changbin yang akan menyanyi di depan umum. Ia harus siap. Satu tarikan napas menguatkannya. Changbin menegakkan tubuhnya dan berbalik,

"Hai Kak?"

Deg

Napas Changbin terhenti. Itu Lee Felix. Berdiri tiga meter di depannya. Ia tidak mabuk dan berhalusinasi sekarang.

"Felix?" Changbin sedikit ragu.

Pemuda di depannya tersenyum. Sangat indah.

"Iya, Kak."

"Fel—"

"Kakak mau manggung, kan? Naik dulu gih. Udah ditunggu loh,"

Changbin dapat mendengar Yuju mulai membuka percakapan kecil dengan penonton untuk menunggu dirinya naik ke panggung.

"Janji kamu bakal tunggu sampai aku selesai? Jangan pergi ya?"

Olvasás folytatása

You'll Also Like

1.1K 153 5
Bersama rindu dengan pelampiasan dalam bentuk tulisan, untuk yang tersayang. Watanabe Haruto. [Hajeongwoo short story]
335K 30.5K 82
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
18.2K 2.6K 9
Cuma cerita ringan tentang kehidupan cinta Felix sama Hyunjin. "Lix, pokoknya nanti kamu nikahnya sama aku ya. Gak boleh sama yang lain" -Hwang Hyunj...
213K 23.8K 83
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...