KEYLASYA STORY

By tiamarshaa_

3.3M 166K 13.5K

Hanyalah kisah dari seorang gadis cantik nan lugu bernama Keylasya Arsyla Reine. Sang pemeran utama adalah a... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
Epilog

22

46.2K 2.5K 183
By tiamarshaa_

Hari senin, hari paling keramat bagi seluruh murid yang berstatus sebagai pelajar di Indonesia. Karena bahwasannya, hari Senin adalah hari upacara pengibaran sang saka merah putih yang sudah menjadi rutinitas setiap minggunya. Tak dapat dipungkiri lagi, upacara adalah salah satu momok anak-anak karena selain harus berdiri di bawah sinar matahari yang terik, mereka juga harus berdiri menahan pegal selama kurang lebih satu jam. Itu pun jikalau amanat sang pembina upacara bisa dikatakan pendek.

Jika saat ini banyak anak-anak yang sedang berpura-pura sakit agar bisa bersantai di UKS, penghuni kelas 10 IPA 1 malah sebaliknya. Mereka tampak bersemangat mengawali minggu ini dengan rutinitas yang dianggap keramat bagi sebagian besar murid SMA Garuda Indonesia.

"Akhh! Topi! Topi gue ketinggalan!", teriak Parsya kocar-kacir. "Oh, ini dia", cengir Parsya saat melihat topi ada di genggamannya sendiri.

"Hah? Huftt! Untuk topi gue juga ada", ucap Milia menghembuskan nafas lega.

"Topi?", cicit Dian kemudian mengecek isi tasnya. "Aaaa! Topi gue gak ada! Pasti ketinggalan! Gue gak mau berdiri di tengah lapangan upacara huaaa! Gue malu!", jerit Dian histeris.

"Hah? Atribut lo gak lengkap? Gimana dong nih?", tanya Zanta ikut panik.

"Lo kenapa bisa lupa sih! Udah tau ini sekolah ketat banget!", cerca Mutia.

"Kayaknya gue tinggalin di atas meja belajar huaaa mama!", teriak Dian.

"Gimana nih? Duh", ujar Arkan khawatir.

Keyla hanya menyimak pembicaraan mereka hingga tanpa basa-basi lagi, ia segera membuka topi miliknya dan memasangkannya di atas kepala Dian.

"Hah? Lo kenapa Key?", tanya Dian terkejut dengan perbuatan Keyla yang tiba-tiba itu.

Keyla malah mengernyit bingung dengan pertanyaan Dian yang menurutnya aneh. "Tadi katanya atribut Ayan gak lengkap", jawab Keyla.

"Lha? Terus?" Dian benar-benar bingung begitu pun yang lainnya.

"Yha, Keyla lengkapin lah! Supaya Ayan gak dihukum", ucap Keyla santai.

Deg!

Mereka dibuat mematung dengan ucapan Keyla yang kelewat santai itu, seolah-olah sesuatu yang serius tidak akan terjadi. Sungguh mulia hati Keyla ini.

"Lo nya gimana?", tanya Dian lagi.

"Keyla mah gapapa dihukum. Yang penting Ayan jangan", balas Keyla.

Dian menggeleng kepala cepat menolak bantuan Keyla dengan keras. Dian segera melepaskan kembali topi itu dan memberikannya pada Keyla. "Udah, gue gak papa kok", kata Dian dengan senyumannya.

Keyla mengangguk mengerti. "Ya udah, Keyla juga tetep nemenin Ayan dihukum", ujar Keyla enteng.

"What?!", teriak mereka semua bersamaan.

"Apa?", tanya Keyla polos.

Mereka dibuat tersentuh dengan sikap Keyla yang benar-benar setia kawan. Bagaimana bisa Keyla mengucapkannya dengan gampang-gampang saja? Aneh sekali gadis ini.

"Gue ikutan!", ucap mereka semua bersamaan kecuali Keyla dan Dian yang hanya berdiri menatap mereka cengo.

"Hah? Maksudnya?", tanya Dian bingung.

"Kita semua rela dihukum. Masa satu dua orang sahabatnya dihukum, kita hanya liat doang dari jauh! Gak epic banget!", seru Nial.

Niel mangangguk setuju. "Lagian dihukum di tengah lapangan itu dipikir-pikir keren juga. Bisa nambah famous nih", kekehnya.

"Huaaa, kalian sahabat terbaik se-Indonesia Raya!", haru Dian sambil memeluk Niel.

Semuanya tersenyum puas dengan keputusan mereka. Sedangkan Aron, ia tersenyum bangga karena sudah berhasil menyatukan anak-anak 10 IPA 1.

"Yok! Buru ke lapangan!", pekik Shilla.

Mereka turun dari lantai dua menuju lapangan upacara yang kini sudah tampak ramai.

Dengan sekonyong-konyong, Keyla berlari kecil dihiasi senyum polosnya dan menghampiri Teko selaku guru sejarah.

"Lha? Itu bocah ngapain?", tanya Mario.

"Gak tau. Ikutin aja yok", ajak Steve dan mereka ikut berjalan di belakang Keyla.

"Pak Teko!", panggil Keyla.

Teko yang merasa namanya dipanggil pun menoleh dengan alis terangkat satu. "Ada apa Keyla?", tanya Teko sembari mengelus kumis kebanggaannya.

"Pak! Upacara kapan dimulainya?", tanya Keyla.

"Lima menit lagi. Emangnya kenapa?", tanya Teko bingung begitu pun yang lainnya.

"Keyla sama temen-temen gak sabar buat dihukum lho pak", jawab Keyla polos.

Teko hanya bingung dan memperhatikan atribut Keyla yang dirasanya tidak lengkap. "Topi kamu mana Keyla?", tanya Teko dengan memicingkan matanya tajam.

"Tadi Keyla sama temen-temen sepakat buat ngelepasin—mmphhhtt!" Aron membekap mulut Keyla agar gadis itu tak melanjutkan ucapannya yang terkesan tanpa beban.

"Gapapa pak", cengir Aron.

Teko semakin menatap tajam mereka semua sembari terus mengelus kumisnya. Pasti ada sesuatu, pikirnya.

"Pak! Kumisnya jangan dielus terus dong!", ucap Mario.

Teko menaikkan sebelah alisnya heran. "Kenapa?"

"Entar keluar setannya!", sahut Keyla dan disambut gelak tawa mereka semua.

"Bukan film aladin, Key", tanggap Anan cekikikan.

"Lagipula yang ada keluar jin, Key. Bukan setan! Tapi bolehlah, film aladin nya ganti tokoh", lanjut Zanta.

"Jin sama setan itu beda tipis! Sama-sama nyeremin tauk!", ujar Keyla.

Teko hanya mendengus sebal kemudian pergi meninggalkan mereka yang akhirnya bisa meredakan tawa.

Kring! Kring!

Bel tanda upacara akan dimulai dengan lantang dikumandangkan. Keyla berlari menuju tengah lapangan, tempat dimana siswa-siswi yang kekurangan atribut biasa ditempatkan disana.

Saat anak-anak 10 IPA 1 ikut berdiri di samping Keyla, sontak semuanya berteriak histeris.

"Whaaa! Cogan sama cecan lagi pada dihukum cuy!"

"Ada bang Anan omaigat! Kalo tau, lebih baik gue gak pake atribut! Eh, tapi gue masih sayang kulit!"

"Keylaaaa! Mukanya cans banget! Cahaya ilahi memang"

"The angels sama the cogans lagi pada di hukum woy!"

"Kok semua anak 10 IPA 1 pada kompak ya gak pake atribut?"

"Sengaja kali"

Sedangkan yang disoraki hanya bisa menulikan telinga seakan sorakan mereka hanya angin lalu belaka.

Upacara segera dimulai. Keyla mengikutinya upacara dengan wajah penuh keantusiasan. Bagaimana tidak, pemimpin upacara kali ini adalah sang ketua OSIS, Kevano Reynanthan Carlos. Dirinya terlihat tampan dan gagah dengan setelan serba putih bak seorang paskibraka profesional.

Saat Kevan dengan tegas berjalan ke tengah lapangan, Keyla melambai-lambai tangan kanannya pada Kevan. Sedangkan Kevan hanya melirik Keyla dengan raut datar dan seriusnya.

"Kenapa kamu lambai-lambai Keyla?", tanya En selaku salah satu polisi sekolah atau biasa disebut dengan guru BK itu. En sendiri mengawasi siswa-siswi yang atributnya kurang lengkap hari ini.

Keyla menyengir kuda dan membalikkan badannya, menatap En. "Ehehe, gak papa bu. Habis Kak Kevan nya ganteng banget!", seru Keyla tanpa beban dan kalian tahu? Suaranya bisa didengar jelas oleh para guru, murid-murid kelas 11, dan tentunya Kevan sendiri. Anak-anak 10 IPA 1 mengeluarkan kikikan gelinya sembari menahan tawa mereka.

Bahkan kepala sekolah selaku pembina upacara hari ini yang mendengarnya refleks berdeham dengan volume keras di depan mikrofon. "Ekhem!", dehamnya.

En yang mendengar jawaban polos dari Keyla segera menatap tajam gadis itu. Sedangkan yang ditatap tajam hanya menunjukkan wajah tak berdosanya, seakan tidak terjadi apa-apa.

Sementara itu, Kevan yang mendengar ucapan Keyla dan melihat Keyla yang ditatap tajam oleh En tanpa sadar menunjukkan senyum tipisnya. Namun senyum itu bisa terlihat cukup jelas bagi siapa pun yang melihatnya.

"Itu cewek gak ada jaim-jaimnya", batin Kevan.

Upacara dilaksanakan dengan khidmat. Keyla sama sekali tak mengindahkan amanat kepala sekolah yang sedang berkoar-koar itu. Ia terus memandang Kevan yang kini juga sedang memandang dirinya. Bedanya, Keyla memandang Kevan dengan raut berbinarnya, sedangkan Kevan memandang Keyla dengan raut datarnya.

Keyla mengucapkan sesuatu pada Kevan melalui gerak-gerik mulutnya tanpa bersuara. 'Kak Kevan keren!'

Kevan cukup mengerti apa yang diucapkan gadis itu. Ia hanya memberikan senyum tipisnya membuat Keyla memekik tertahan.

"Ada apa Keyla?", tanya kepala sekolah yang sedari tadi memperhatikan gelagat salah satu siswinya itu.

Keyla menyengir dan menyahuti ucapan sang kepsek. "Bapak liat gak tadi? Kak Kevan senyum lho sama Keyla!", seru Keyla membuat kepala sekolah menggelengkan kepalanya takjub melihat tingkah ajaib Keyla.

"Ikuti upacara dengan khidmat Keyla!", balas kepala sekolah.

"Asyiap!", teriak Keyla lalu diam.

Guru-guru menggelengkan kepalanya maklum. Mereka sudah cukup mengerti dengan tabiat anak-anak 10 IPA 1 termasuk Keyla. Sedangkan Mesha sang wali kelas mereka hanya diam sesekali menahan tawanya. Ia tak merasa malu menjadi wali kelas dari 10 IPA 1, ia malah merasa bangga. Bangga karena anak didiknya itu bersikap apa adanya.

Keyla kembali mengikuti upacara dengan patuh. Kali ini ia hanya diam namun matanya terus menyoroti gerak-gerik Kevan intens.

Kepala sekolah masih terus mengeluarkan pidatonya, membuat banyak siswa dan siswi mengeluh bahkan ada yang telah pingsan.

"Dan apa ini? Pasukan atribut tidak lengkap didominasi anak-anak 10 IPA 1!" Sang kepsek itu sedikit berdeham.

"Apakah kalian tidak malu menjadi bahan tontonan semua murid?!", tanya kepsek dengan nada mencemooh.

"Tidak pak!", jawab seluruh anak 10 IPA 1 lantang.

Kepala sekolah yang mendengar sahutan mereka hanya bisa cengo. "Ck! Selalu saja begini! Kalian tidak pernah mau menaati peraturan sekolah! Mau jadi apa kalian?!", decaknya.

"Saya mau jadi atlet basket pak!", jawab Aron dengan watadosnya.

"Saya mau jadi penyanyi dong pak!", sambung Nial dan Niel serentak.

"Kalo saya mau jadi koki pak!", seru Meylin.

"Saya sih pengusaha muda!", lanjut Mario.

"Sama! Saya juga pengusaha!", balas Galih.

"Saya CEO aja deh pak", kata Steve. "Saya sama kayak Steve pak!" Mutia berseru dengan keras.

"Kalo saya novelis dong!", sahut Parsya dan Tiar.

"Saya model ini", ucap Shilla dan Arkan bersamaan.

"Saya aktris"
"Saya aktor", ujar Dira dan Zanta serentak.

"Saya dokter!", teriak Mario dan Anan.

"Saya atlet bulu tangkis sama renang indah dong!", ungkap Dian dengan bangganya.

"Saya mau menjadi orang yang berguna untuk semua orang pak!", pekik Milia lantang.

"Kalo Keyla mau jadi astronot aja deh biar bisa temenan sama alien disana!" Kali ini Keyla berucap dengan tampang polosnya.

Semua seketika cengo mendengarnya. Bagaimana bisa mereka yang dihina malah membalas dengan begitu santainya? Apalagi Keyla. Hanya dia yang mengucapkan cita-citanya dengan tujuan yang konyol. Berteman dengan alien? Hey! Cita-cita macam apa itu?!

"Saya tidak tanya apa cita-cita kalian!", dengus kepsek sembari memijat pangkal hidungnya.

"Lha? Bukannya tadi bapak tanya ya?" Alih-alih menjawab, Shilla malah bertanya balik.

"Tidak ada!", elak kepsek dengan tegas.

"Bohong dosa lho pak. Mau Keyla ulangi kata-kata bapak tadi?", sahut Keyla.
Ia berdeham untuk menirukan suara sang kepsek. "Ck! Selalu saja begini! Kalian tidak pernah mau menaati peraturan sekolah! Mau jadi apa kalian?!", ucap Keyla tanpa mengurangi dan menambah penuturan kepsek tadi.

Kepala sekolah itu langsung merenggut sebal. Tadinya ia ingin menjebak. Eh, nyatanya ia yang dijebak. Pepatah 'senjata makan tuan' itu memang benar-benar ada!

"Sudah sudah! Saya pusing! Sekian terima kasih, saya pamit undur diri", ucap kepsek tersebut membuat semua murid bersorak ria. Bahkan ada yang berteriak mengucapkan terimakasih kepada anak-anak 10 IPA 1.

"Gitu kek dari tadi!", kata Tiar santai.

Tak lama dari itu, upacara bendera telah usai. Setelah barisan dibubarkan, mereka semua bersorak sorai bak menyambut acara kelulusan sekolah. Tapi tidak bagi anak-anak 10 IPA 1. Mereka masih diam di tengah lapangan seraya mendengar khotbah dadakan yang dilontarkan En, selaku guru BK.

"So, hukuman kita apa bu?", tanya Steve to the point, ia merasa jengah mendengar omelan wanita paruh baya itu.

"Banyak siswa-siswi yang berprilaku disiplin, tidak seperti kalian! Kalian ini sering membuat kenakalan yang bikin saya maupun guru-guru jadi jengkel! Kalian seperti anak preman, bukan pelajar! Kelas lain saja penurut tapi kalian malah kebalikannya! Kalian itu selalu membangkang dan menyahuti ucapan guru! Ck saya tak habis pikir! Kalian itu ya, sering banget bikin masalah! Apa alasan kalian semua kompak gak pake atribut hah?!", tuturnya dengan tegas.

Aron mengangkat tangannya, ingin menjawab pertanyaan En.

Setelah En mempersilakan Aron untuk menjawab, lelaki tersebut malah berdeham pelan.

"Gini bu, kita anak-anak 10 IPA 1 memang sering bikin onar di sekolah ini, dan kita akui itu. Tapi bisakah ibu tidak memandang kelas kami sebelah mata? Kita memang petakilan, urak-urakan, bad student, tapi kita ini juga manusia. Punya hati sama seperti yang lain. Manusia mana yang suka di jelek-jelekkan seperti itu? Tidak ada! Dan ibu tanya alasan kita gak pake atribut? Oke, alasan kita gak pake atribut adalah karena kita meninggikan budaya solidaritas dalam berteman. Masa liat sahabatnya dijemur di tengah lapangan kita cuma nonton aja? Bukan anak-anak 10 IPA 1 namanya! Oh, satu hal lagi. Kita gak larang ibu ataupun guru-guru yang lain buat mencemoohkan kelas kami, kalo mau silakan saja. Asalkan anda tahu, kami tidak perduli! Toh, kalian mau berkoar-koar kayak gimana juga gak bakal ngaruh sama kami! Selagi yang kami lakuin masih wajar kenapa enggak?", papar Aron panjang lebar.

En menghembuskan nafas kasar mendengarnya. "Sudah! Saya tak mau berdebat sama kalian lagi! Kalian langsung masuk ke kelas aja! Saya gak selera buat hukum kalian", ucap En sembari memijit pelipisnya yang terasa berdenyut itu.

"Makasih Bu En! Jadi makin sayang deh!", teriak Meylin saat En sudah berjalan menjauh.

"Ikut pelajaran gak?", tanya Galih saat bel masuk telah berdering.

"Gak ah. Mending kita labrak senior yang bikin Keyla sampe dihukum", balas Nial.

"Setuju gue!", celutuk Aron menyetujui.

"Yok lah!", ajak Dira kemudian mereka berjalan mencari keberadaan senior itu.

Kepala mereka celingak-celinguk ke kanan dan kiri mencari sang target dengan mata yang selalu menajam bak elang.

"Eh, itukan?", tanya Mario membuat mereka semua memandang objek yang dimaksudnya.

"Eh iya! Itu dia!", balas Tiar sembari menggulung kemejanya seperti orang yang ingin berkelahi saja.

"Buru samperin!", intruksi Arkan. Mereka menuju senior itu yang kebetulan sedang ada jam pelajaran olahraga pagi ini.

"Woy!", panggil Parsya membuat senior itu menoleh dengan alis terangkat satu seakan bertanya 'napa lo?'.

"Sekali dicari eh langsung dapet! Bagus deh, jadi gak perlu buang tenaga lebih", ujar Dian dengan smirknya.

"Ih, gak jelas banget sih lo pada!", jerit senior itu.

Steve mendekat ke arahnya lalu membaca nametag di baju olahraga senior kelas XII itu. "Angelous Jennifer Rafles", ucap Steve lalu memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya.

"Cih, namanya aja yang malaikat tapi kok aslinya kayak iblis ya?", decih Milia.

"Eh tapi cocok juga lho namanya tadi. Angela Jennifer Rafles, nama awalannya kayak malaikat tapi nama akhirannya kayak bangke", ledek Tiar.

"Raflesia Arnoldi, Tiar", koreksi Anan.

Tiar mengangkat kedua bahunya acuh. "Sama aja! Bunga bangke!", sahut Tiar.

"Udah deh! Kalian kenapa nyamperin gue hah?!", sewot Angelous.

"Yah, lo yang ngibarin bendera perang duluan. Kita cuma ngejabanin lo doang. Gak lebih kok", jawab Dira tersenyum sok kalem.

"Cepetan! Gue gak punya banyak waktu buat ladenin lo pada", ucap Angelous dengan tatapan nyalangnya.

Tiar menggeram marah. "Eh! Gue juga gak suka ya bertele-tele kayak gini. Tapi masa sih sebuah drama gak ada kata-kata pembukanya? Kalo gak ada entar lo tegang mati kutu baru tau rasa!", kata Tiar.

"Gue gak perduli! Dasar jalang!" umpat Angelous.

Tiar mendorong bahu Angelous dengan kuat sehingga gadis itu terjatuh ke lantai lapangan basket indoor ini.

"Kalo ngomong itu di filterin dulu!", tukas Tiar.

"Bitch lo!" Angelous malah semakin menjadi-jadi. Angelous sama sekali tidar sadar jika ia baru saja membangunkan macan betina dari tidurnya.

Kali ini Shilla mendekatinya dan berjongkok menghadap Angelous. "Lo kalo didiemin makin ngelunjak ya? Nih orang minta di rukyah memang", ucap Shilla sembari mencengkram dagu Angelous.

"Eh, Yusuf! Yusuf!", panggil Aron pada seorang lelaki yang kebetulan satu ekskul basket dengannya. Yusuf sendiri dikenal sebagai pribadi yang taat pada ajaran agama dan enggan meninggalkan ibadah wajibnya.

Yusuf berlari kecil menghampiri Aron. "Apa?", tanyanya.

Saat Aron hendak menjawab, Meylin malah menyahutnya dengan cepat. "Tolong rukyah itu bangke. Dia kemasukan tujuh iblis milenial".

Yusuf menautkan kedua alisnya bingung. Apa ini, pikirnya. "Maksud lo apa ya?", tanya Yusuf tak mengerti.

"Ck! Tolong bacain surat panjang buat ngusir itu setan dari badannya bangke ini!", decak Mutia.

"Berhenti sebut gue bangke, anjir!", ketus Angelous lalu bangkit dari jatuhnya.

"Wah, kalo sekali bangke tetap bangke aja kali! Kok lo nyolot sih!", cibir Tiar.

"Dasar cabe lo!", ucap Angelous membuat emosi Tiar terpancing kembali.

Tiar mendorong bahu Angelous dengan lebih keras, membuat gadis itu meringis kesakitan sambil mengelus bokongnya yang berciuman dengan lantai.

"Jadi cewek tuh ngaca! Punya kaca gak lo?! Mulung gih buat beli kaca!", bentak Tiar lalu mencengkram kaos depan Angelous.

"Jangan sentuh gue bitch! Entar gue penyakitan lagi!", sewot Angelous lalu menepis kasar tangan Tiar dari bajunya.

"Aamiin", celutuk Galih.

"Udahlah! Langsung aja Yar!", ucap Shilla membuat Tiar mengangguk saja.

Tiar berjongkok sembari mensejajarkan posisi kepalanya dengan Angelous. "Let's play this game, bitch", bisik Tiar mengeluarkan smirk menakutkannya.

Angelous bergidik ngeri mendengarnya. "Jangan sentuh gue!", teriak Angelous ambigu.

"Eh si bangke! Gue gak bakal ngapa-ngapain lo, ibab! Nethink mulu pikiran lo! Lagi pula gue masih normal, keleus!", balas Tiar.

"Ah! Gue pengen nampar muka lo yang sok kecakepan ini! Biar lo gak bisa cari muka lagi!", lanjut Tiar lalu menampar pipi Angelous.

Plak!

"Itu buat lo yang udah ngatain Keyla!"

Plak!

"Itu buat lo yang udah fitnah Keyla!"

Plak!

"Itu buat lo yang udah bikin Keyla sampai dihukum!"

Plak!

"Itu buat lo yang mulutnya gak di filterin dulu!"

Plak!

"Itu buat lo yang udah ngelunjak!"

Plak!

"Itu buat lo yang udah cari gara-gara sama kita!"

Tiar berhenti lalu bangkit dan menatap pipi Angelous yang kini berwarna merah kebiruan.

Keyla meringis ngilu melihatnya. Aron yang menyadari gerak-gerik Keyla yang gelisah, tanpa ragu segera memeluknya. "Udah-udah, dia pantes dapet itu", bisik Aron.

"Itu sakit gak Ron?", tanya Keyla.

"Gak kok. Itu biasa aja", jawab Aron polos, Keyla mendengus sebal lalu melepaskan pelukannya.

Keyla menghampiri Angelous yang kini sudah menatap takut dirinya. Saat Keyla berjongkok di hadapannya, Angelous refleks berteriak. "Akh! Gue minta maaf! Maaf hiks!" Tangis Angelous.

Keyla mengernyit dahinya heran. "Bangun kak", ucap Keyla membuat Angelous menghentikan tangisnya.

"Maksud lo?", tanya Angelous tak mengerti.

Keyla tersenyum hangat lalu menyodorkan tangannya untuk membantu Angelous berdiri. Setelah Angelous berdiri dengan tegap kembali, Keyla segera berujar, "Keyla gak butuh maaf kakak. Lebih baik Kak Angela perbaikin aja sikap kakak. Jangan bersikap senioritas kayak tempo hari lagi", nasihat Keyla.

Angelous mendekap Keyla dan kembali menangis histeris. "Huwa! Makasih Key!", pekik Angelous lalu melepaskan dekapannya.

Keyla mengangguk dan tersenyum manis menanggapi.

"Lo harus banyak istighfar sama perbanyak ibadah supaya tujuh iblis milenial dalem badan lo bisa keluar dengan sendirinya", ucap Yusuf tiba-tiba.

"Eh si anjir, malah dianggap serius ternyata", tanggap Zanta tak percaya.

"Kenapa?", tanya Yusuf merasa tak ada yang salah dengan pernyataannya.

"Tanyakan pada kerang ajaib spongebob", dengus Nial disambut gelak tawa mereka semua.

Disaat mereka sedang asyik bercanda dan tertawa ria, tiba-tiba muncul suara dari audio room yang menandakan akan adanya pengumuman.

"Test! Test! Satu dua tiga test!"
"Ekhm! Selamat pagi semuanya. Saya Winda selaku guru prakarya ingin menyampaikan suatu pengumuman".

Suara lembut namun tegas itu ternyata berasal dari salah satu guru prakarya SMA Garuda Indonesia.

"Pengumuman ini khusus buat anak-anak 10 IPA 1", lanjut Winda atau kerap disapa 'Madam Winda' itu.

"Itu madam kenapa yak?", tanya Dian heran.

Terdengar suara dehaman lewat mikrofon dari audio room itu lagi.

"Anak-anak 10 IPA 1! Kenapa kalian gak masuk jam pelajaran saya hah?!"

"Saya udah nungguin satu jam tapi kalian malah nyosor entah kemana!"

"Cepat masuk ke kelas atau saya gak bakal ngajarin kalian lagi!"

Semua anak 10 IPA 1 saling bertukar pandang lalu tersenyum misterius.

"Bukannya bagus ya? Mapel bisa berkurang satu", celetuk Anan dengan jahil.

"Ah bomatlah sama madam. Kita ngantin aja yok!", ajak Mutia.

Semua anak 10 IPA 1 berjalan menuju kantin dengan santai seolah-olah sesuatu tidak akan terjadi nantinya. Ck! Murid yang baik!

•••
TBC!


PENGEN NONJOK

NONJOK ORANG

TAPI GAK TAU SIAPA

SEBEL AH

GAK ADA YG PEDULI

OH OKE

GUE LEBAY

ISH PENGEN NONJOK!

Continue Reading

You'll Also Like

3.9M 276K 84
[END] [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!] Blurb: Diculik paska dilahirkan, membuat gadis cantik ini, bertahun-tahun hidup tanpa kasih sayang orang tuanya...
1.5M 90.5K 65
{ sudah completed kembali } CLARESTA REA ANANTA, putri bungsu dari keluarga BAGASKARA yang tak pernah di anggap kehadiran nya. Mempunyai dua orang Ab...
271K 12.9K 80
(Sudah terbit dan open po di ig @luxurypublisher1) Beberapa part terakhir sudah diunpub Saga Febriano. Pria dingin dan irit bicara, sekalinya berbica...
547K 23.8K 73
Series # 2 MauNinda Series #2 *** Aku adalah Tasya sih cantik dengan segudang prestasi. Tapi aku bukan Tasya jika kamu mengganggu ketenanganku terleb...