I'M ALONE

Da sphprmtsr

86.7K 4K 47

Self Injury, antisosial, dan trauma masa lalu semua itu Aluna miliki. Begitu banyak hal yang ia lupakan perih... Altro

Prolog
How to read the new version
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua belas
Tiga belas
Empat belas
Lima belas
Enam belas
Tujuh belas
Delapan belas
Sembilan belas
Dua puluh
Dua puluh satu
Dua puluh dua
Dua puluh tiga
Dua puluh empat
Dua puluh enam
Dua puluh tujuh
Dua puluh delapan
Dua puluh sembilan
Tiga puluh
Tiga puluh satu
Tiga puluh dua
Tiga puluh tiga
End: Season 1
Tiga puluh lima
Tiga puluh enam
Tiga puluh tujuh
Tiga puluh delapan
Tiga puluh sembilan
Empat puluh
Empat puluh satu
Empat puluh dua
Empat puluh tiga
Empat puluh empat
Empat puluh lima
Empat puluh enam
Empat puluh tujuh
Empat puluh delapan
Empat puluh sembilan
Lima puluh [End]

Dua puluh lima

1.3K 74 0
Da sphprmtsr

"Kapan Kafa pulang, Bi?"

Mungkin karena selama sebulan terakhir hari-hari Aluna tidak lepas dari Fatih, ia merasa sedikit kekosongan dalam rumahnya tanpa kehadiran lelaki itu. Padahal sejak dulu, Aluna tidak pernah peduli pada eksistensi orang di sekitarnya kecuali orang tersebut penting untuknya. Mungkin pula karena Aluna sudah mencoba menerima kehadiran Fatih dalam hidupnya, ia pun merasa eksistensi Fatih juga penting baginya. Alhasil, kala pertemuan menjadi lebih jarang seperti beberapa minggu terakhir, Aluna tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya lagi.

"Mas Fatih bilang, sekitar pukul delapan lewat dua puluh lima pagi pesawatnya mendarat di bandara internasional Soekarno Hatta, Non," jawab Bi Nah.

Memang begitulah resiko yang harus ditanggung Aluna sebagai istri seorang pilot. Jam kerja Fatih tidak seperti jam kerja biasanya yang datang pagi lalu pulang di sore hari. Pekerjaan Fatih justru mempunyai jam kerja yang bisa saja dilakukan di jam-jam waktu orang-orang berisitirahat. Seperti sekarang saja contohnya. Fatih yang tiba pada pukul 08.25 pagi itu artinya menandakan lelaki itu menempuh perjalanan udara sejak pagi-pagi buta di saat orang-orang masih terlelap dalam tidurnya.

"Saya mau menjemput Fatih besok," kata Aluna, dibandingkan permintaan ini lebih kepada perintah yang tidak bisa ditolak. "Saya ingin bertemu Fatih. Bisa, kan?"

"Mungkin bisa, Nona Aluna. Mengingat pasti ada tenggat waktu untuk penerbangan Mas Fatih yang selanjutnya. Tapi itu masih sangat pagi. Apa Nona Aluna tidak masalah?" Bi Nah bertanya sekali lagi pada Aluna. Mengingat setelah lulus dari SMA, Aluna jarang keluar rumah, ia masih sedikit meragukan apa Aluna akan baik-baik saja keluar rumah pada jam yang sepagi itu.

"Tidak masalah." Aluna menjawab dengan ringannya. Ia kemudian melangkah meniti tangga menuju kamarnya hingga Bi Nah ikut mengantarnya di belakang.

"Apa harus saya beritahu ini pada Mas Fatih?" tanya Bi Nah sekali lagi.

Aluna berhenti melangkah sekalipun ia sudah tidak di injakan tangga terakhir sebelum sampai ke kamarnya. Ia berbalik menghadap Bi Nah dan menjawab, "tidak perlu. Lebih bagus bila dia terkejut dengan kedatangan saya."

Diam-diam, Bi Nah menahan senyumnya agar tidak terlihat saat itu juga. Aluna yang masih belum berani secara terang-terangan mengatakan bahwa dia ingin memberikan kejutan untuk Fatih membuat Bi Nah tergelitik sendiri.

"Bibi langsung istirahat saja. Saya ingin langsung tidur," ujar Aluna sekali lagi yang membuat Bi Nah berhenti mengikuti langkahnya. Sebenarnya itu seperti usiran halus dari Aluna namun begitu sampai di Bi Nah, kesannya seperti sebuah perhatian khusus untuknya agar segera beristirahat setelah bekerja seharian.

"Baik, Nona Aluna." Bi Nah menjawab. Ia lantas undur diri bersamaan dengan Aluna yang memasuki kamarnya.

***

Aluna melirik jam tangannya. Ia tiba tepat waktu di jam delapan lewat dua puluh lima. Mengingat ada jarak waktu antara landing pesawat dengan keluarnya penumpang di bandara membuat Aluna memilih untuk menunggu lebih dulu. Matanya sejak tadi tidak lepas untuk menelusuri Arrival — area Terminal Kedatangan — pada terminal 3 yang kini juga menjadi tempat pelayanan penerbangan Garuda Internasional yang sebelumnya berada di terminal 2.

"Harusnya sudah sampai, kan?" tanya Aluna pada dirinya sendiri selepas lima belas menit berlalu dengan sia-sia.

Untuk itu, Aluna beralih melihat layar monitor yang berisi info penerbangan. Keningnya  mengerut saat informasi menyatakan bahwa pesawat yang Fatih kendalikan asal SIN Singapore menuju CGK dengan maskapai Garuda Indonesia penerbangan GA 8952 telah landing tepat waktu pada pukul 08.55. Buru-buru Aluna menelusuri sekitar dengan kedua matanya. Ia yang biasanya tidak suka berada di keramaian memaksakan diri untuk tetap di sana untuk menemui Fatih sekalipun bandara internasional Soekarno-Hatta adalah bandara yang terkenal ramai oleh aktivitas kesibukan entah banyaknya penumpang ataupun padat oleh penerbangannya.

Lagi-lagi, lima belas menit berlalu dengan sia-sia. Terhitung setengah jam Aluna berada di bandara tanpa melakukan apa-apa, celingak-celinguk mencari keberadaan Fatih.

"Nona Aluna? Dimana Mas Fatih?"

Mungkin bila saat itu Mang Udin tidak datang menghampiri Aluna, ia akan berjongkok di tengah-tengah keramaian saking pusingnya ia karena tidak terbiasa dengan situasi di bandara. Aluna menjawab pertanyaan Mang Udin dengan gelengan kepala pelan yang mengartikan bahwa ia tidak menemukan keberadaan Fatih sama sekali.

"Mungkin Mas Fatih masih ada hal yang harus diurus. Lebih baik kita pulang dulu biar Bi Nah yang menghubungi Mas Fatih agar pulang lebih dulu sebelum penerbangan selanjutnya," saran Mang Udin. Ia menyadari bahwa wajah Aluna yang memucat menandakan ketidaknyamanannya berada di keramaian.

Aluna menatap jam tangannya sekali lagi. Kini jam sudah berlalu jauh melebihi jadwal landing yang dijadwalkan untuk pesawat Fatih. Mungkin saran Mang Udin ada benarnya. Lebih baik ia pulang lebih dulu karena mungkin saja Fatih masih ada urusan atau sudah lebih dulu sampai di rumah tanpa sempat bertemu Aluna ditengah-tengah keramaian bandara.

Aluna menurut. Ia mengikuti langkah Mang Udin yang kemudian mengendarai mobilnya meninggalkan keramaian bandara dengan helaan napasnya.

Selama perjalanan menuju rumahnya, Aluna hanya bersandar pada jendela mobil tanpa berbicara sepatah katapun. Meskipun biasanya juga Aluna jarang bicara, namun ekspresi wajahnya tidak mampu berbohong bahwa ia masih memikirkan soal keberadaan Fatih. Ingin rasanya Mang Udin untuk menenangkan Aluna dan berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja termasuk kondisi Fatih saat ini tetapi sayangnya ia sendiripun masih ragu dan bingung perihal keberadaan suami Aluna itu.

"Nomornya tidak aktif, Non. Maaf Bibi berbohong. Sebenarnya Bibi sudah menghubungi sejak kemarin bahwa Nona Aluna akan menjemputnya. Tetapi belum ada tanda-tanda bahwa Mas Fatih melihat pesan Bibi. Selepas keberangkatan Nona Aluna tadi pagi pun, Bibi sebenarnya menelpon Mas Fatih. Hanya saja nomornya tidak aktif."

Setibanya di rumah, Aluna justru mendapatkan kabar yang lebih mengkhawatirkan. Perutnya sampai terasa sakit terasa nyeri di uluh hatinya karena pikirannya yang lagi-lagi dipenuhi kekhawatiran dan pemikiran-pemikiran yang tidak seharusnya terlintas untuk saat ini. Ingin rasanya Aluna memarahi Bi Nah Karena tidak menuruti perintahnya untuk tidak menghubungi Fatih. Tetapi setelah dipikirkannya sekali lagi, usaha Bi Nah hanyalah sebuah pencegahan agar Aluna tidak pergi dengan sia-sia tanpa bertemu Fatih apalagi sampai menunggu dalam jangka waktu yang lama yang tentunya akan memberatkan untuk Aluna.

Sayangnya, sekalipun Bi Nah melakukan pencegahan dan mencoba memastikan semuanya akan berjalan dengan baik-baik saja, tetapi tetap saja hasilnya tidak berujung baik dan justru menemui hasil buruk karena Fatih tidak juga memberikan kabar.

"Apa yang harus saya lakukan, Bi?" Pada akhirnya, hanya pertanyaan itu saja yang mampu Aluna katakan pada Bi Nah. Kalimat yang berupa keinginan untuk berjuang lebih lanjut namun telah terlanjur putus asa hingga bukannya kembali berpikir, Aluna seperti menyerahkan semuanya pada Bi Nah untuk menanggung beban pemikirannya.

Bi Nah melangkah menghampiri Aluna yang saat itu duduk bersandar di ruang tamu. Meskipun dalam hatinya ia ikut khawatir, ia tetap berusaha menenangkan Aluna, "untuk saat ini, ditunggu saja. Saya yakin, Mas Fatih akan baik-baik saja dan pasti akan pulang ke rumah. Nona Aluna lebih baik istirahat."

Tidak ada solusi. Aluna justru diminta untuk lebih bersabar dan menenangkan pikiran. Padahal dirinya saja tidak tahu bagaimana caranya untuk menghentikan kepalanya yang terus berbisik oleh suara-suara pemikirannya yang tidak kunjung berhenti mencemaskan sesuatu yang belum pasti.

Semoga Fatih benar-benar kembali. Karena jika ia hilang, maka Aluna lagi-lagi akan merasa kehilangan seseorang untuknya bersandar.

Lebih parahnya lagi, akan merasakan kembali sebuah penyesalan karena tidak mampu melakukan hal yang terbaik di akhir pertemuan.

"Jangan menghilang. Aku mohon kembalilah, Kafa."

***

Sangat sulit menuliskan cerita tentang profesi Fatih. Jadi, jangan sungkan-sungkan mengingatkan aku kalau ada salah-salah kata. Aku menerima kritik dan saran dengan tangan terbuka^^

For Your Information.

Landing: Mendarat.

Arrival: Area kedatangan.

CGK: Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta disingkat SHIA atau Soetta atau Bandar Udara Cengkareng, merupakan sebuah bandar udara utama yang melayani penerbangan untuk Jakarta, Indonesia.

SIN Singapore: Bandar Udara Changi Singapura adalah bandara internasional yang melayani penerbangan untuk Singapura.

If you read this and like it, let me know you've been a part of this story by voting it.

© 2019
Revisi 2021

Continua a leggere

Ti piacerà anche

2.4K 543 57
Sepi, sunyi, senyap. "Sangat menenangkan." "Aku benci semua orang!" "Semua orang membenciku ..." "Aku ingin mati!" "Aku tidak ingin mati ..." Tentang...
Pengantin Iblis Da Khalisa

Mistero / Thriller

202K 13K 43
"Kau telah terikat dengannya, Alana." Malam itu burung gagak membawa kabar buruk yang akan menghancurkan seluruh hidup Alana, sebuah kutukan yang mem...
11/12 Da Citveyy

Teen Fiction

20.2K 2.3K 50
Kau bertanya kenapa aku bisa mencintaimu?. Jawabannya adalah aku tidak tahu. Yang kutahu hanya kau gadis pemilik mulut pedas yang bisa membuatku berg...
360K 42.4K 122
❛❛Ketika realita tak seindah ekspektasi ya begini jadinya, kayak 2A1.❜❜ Pandangan yang amat baik ternyata tak sejalan dengan kenyataan yang ada. Oran...