KEYLASYA STORY

By tiamarshaa_

3.3M 167K 13.5K

Hanyalah kisah dari seorang gadis cantik nan lugu bernama Keylasya Arsyla Reine. Sang pemeran utama adalah a... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
Epilog

18

49.6K 2.4K 75
By tiamarshaa_

"Woy! Bagi gue jawaban dong! Gue belum ngerjain PR!", seru Zanta yang baru datang.

"Zanta ambil aja di tas Keyla", balas Keyla sembari memakan kripik kentangnya.

Tatapan Zanta langsung berbinar dan segera menghampiri Keyla sembari berlari kecil.

"Lo mah pengertian banget sih Key!", ucap Zanta lalu memeluk Keyla.

"Eh bagi juga dong tugas lo Key", celutuk Tiar.

"Ambil aja Yar", balas Keyla setelah Zanta melepaskan pelukannya.

Zanta dan Tiar mengangguk antusias dan mengambil buku tugas fisika Keyla untuk dicopas jawabannya. Padahal aslinya mereka pintar, hanya saja malas berfikir.

Mereka semua juga sudah menjalani sekolah selama satu bulan lebih. Dan selama satu bulan lebih ini, hubungan persahabatan mereka menjadi semakin erat. Pelukan dan ciuman sudah biasa bagi mereka, karena mereka saling menganggap selayaknya kakak dan adik yang harus sama-sama melindungi.

Hubungan Keyla dan Kevan? Seperti biasa saja, tak ada lagi tatapan tajam bak elang yang biasa lelaki itu lemparkan padanya seperti waktu dulu. Hanya tatapan andalannya. Apa lagi kalau bukan datar, cuek, dingin, dan kaku.

Hubungan Keyla dan Jhonny? Bertambah buruk saja. Jhonny sering menatap tajam Keyla terang-terangan saat gosip itu sudah beredar ke hampir seantero sekolah. Ia tak suka jika ada yang membicarakan dirinya di belakang. Sedangkan Keyla, ia hanya berusaha bersikap layaknya gadis ceria, seperti biasanya.

Ah, mengenai Aldo? Dia sudah jera menganggu Keyla setelah berhasil membangkitkan jiwa hyena dalam diri the boys IPA 1.

Kring! Kring!

Bel tanda masuk telah berbunyi dengan lantangnya. Siswa-siswi bergegas memasuki kelas masing-masing dengan kocar-kacir tidak jelas.

Begitu pula dengan anak-anak 10 IPA 1 yang selama sebulan ini juga terkenal akan kebandelan dan kenakalan mereka. Seperti halnya menaruh ular mainan di tas En selaku guru BK, menyembunyikan penghapus papan tulis, kompak tidak mengerjakan PR, melabrak kakak kelas tanpa rasa takut, sering mengoda Mesha selaku wali kelas mereka, dan lain sebagainya.

Tapi untuk kali ini, mereka sepakat untuk mengerjakan PR, sesekali jadi anak baik bolehlah. Begitulah pikir mereka.

Tak lama dari bel dibunyikan, masuklah Mamat selaku guru fisika yang mengajar dijam pertama ini.

"Hai pak bomat!", sapa Milia dengan senyum jahilnya.

'Pak bomat',  adalah julukan yang mereka berikan kepada 'Pak Mamat' yang dimana kata 'Bo' dari (bo)mat berarti botak karena tak ada sehelai rambut pun di kepala guru itu. Sedangkan kata 'mat' dari bo(mat) adalah namanya sendiri, Mamat. Alhasil, jadilah pak bomat atau di masa milenial ini dikenal dengan kepanjangan 'BOdo aMAT'. Murid yang baik bukan?

Mamat memutar kedua bola matanya jengah menghadapi kelakuan kelas ini. "Kumpulkan tugas kalian", suruhnya.

Semua anak-anak 10 IPA 1 hanya diam tak menanggapi. Sedangkan emosi Mamat sudah naik ke atas ubun-ubun, padahal masih pagi.

"Kalian tak mengerjakan tugas lagi?! Sudah berapa kali saya bilang! Tugas itu harus dikerjakan dan dikumpulkan tepat wak—", ucapan Mamat terpotong saat anak-anak 10 IPA 1 malah tertawa terbahak-bahak melihat muka Mamat yang sudah memerah layaknya tomat. Ah, namanya saja beda tipis, bomat dan tomat, right?

"Kalian kenapa? Ngetawain saya?", tanyanya tak suka.

"Calm down dong pak, kita ngerjain tugas kok, buat kali ini. Yok gais, kita kumpulin. Kasian pak bomat mukanya udah mirip tomat!", seru Steve sambil menekankan kata 'bomat' dan 'tomat'.

Mereka semua mengangguk sesekali tertawa cekikikan melihat ekspresi bingung Mamat.

"Pak, gimana kalau kita buat perjanjian", sela Dira saat Mamat hendak mengoreksi hasil PR mereka.

Mamat diam dengan dahi mengernyit bingung. "Jadi gini, kalo tugas kita dapet nilai seratus semua, bapak harus kosongin jam bapak kali ini. Tapi kalo nilai kita ada yang gak dapet seratus walaupun cuma satu, pak bomat bebas minta ke kita apa aja", papar Shilla dengan smirknya. Mereka sudah merencanakan ini di grup chat line tadi malam. Sungguh niat sekali mereka.

Mamat yang mendengarnya sontak tersenyum remeh. Anak-anak 10 IPA 1 dapat nilai seratus semua? Gak mungkin, tugas saja jarang mereka kerjakan, memperhatikan pelajaran pun tidak. Begitulah pikir Mamat.

Mamat mengangguk mantap tanda setuju dengan perjanjian itu. "Awas aja pak bomat sampe bohong! Kita bakal cukur rambut bapak sampe botak!", ancam Meylin.

"Emang udah botak Mey", sahut Arkan memutar kedua bola matanya malas.

Meylin menyengir tiga jari. Sementara itu, Mamat mulai mengoreksi tugas-tugas mereka. Sedangkan anak muridnya malah berkumpul, bercerita tentang sesuatu tanpa mengindahkan kehadiran guru di depannya.

"Eh, liat tuh mukanya pak bomat", tunjuk Aron pada Mamat yang sedang memijit pelipisnya dengan dibanjiri keringat.

"Ahaha, rasain tuh! Itu akibatnya dia udah ngeremehin kita!", tanggap Niel. Anan mengangguk membenarkan.

"Dia juga sering banget ceritain tentang keburukan kelas kita ke kelas lain", sahut Dian.

"Pantesan anak-anak kelas lain terang-terangan ngatain kelas kita kelas buriq. Ada juga yang ngatain kelas kita sebagai aib sekolah", sambung Mario.

"Tangan gue kok mendadak gatel ya", ujar Galih sembari menggaruk-garuk kepalan tangan kirinya.

"Kalo tuh orang masih ada rambutnya walaupun hanya sehelai, udah pasti gue botakin sampe mampus", komentar Nial yang merasakan tingkah guru itu tidak wajar lagi. Bayangkan saja, kelas kalian digibahkah ke hampir seluruh kelas di sekolah kalian. Bahkan semuanya sampai menganggap kelas kalian sebagai aib sekolah. Kelewatan sekali bukan?

"Udahlah, abis ini kita bebas", celutuk Parsya dan dihadiahi senyum miring mereka semua, tentu saja kecuali Keyla. Dia hanya diam menyimak dengan wajah polosnya.

"Gi—gimana bisa?", tanya Mamat tak percaya setelah mengoreksi tugas mereka dan kalian tahu apa hasilnya? Seratus semua!

"Sampai jumpa di kelas selanjutnya ya", ucap Shilla menirukan gaya bicara guru-guru jika ingin pamit.

Mereka berjalan menuju pintu keluar tetapi sebuah suara menginterupsi mereka untuk tetap di tempat. "Kalian mau kemana?", tanya Mamat.

"Oh ayolah pak. Gak usah pura-pura bodoh!", sindir Niel jengah.

"Laki-laki pantang lho pak, buat ingkarin janjinya", cibir Milia yang begitu menohok di hati Mamat.

Mereka melanjutkan langkah kaki mereka yang sempat tertunda tetapi lagi-lagi harus berhenti karena intruksi dari Mamat. "Keyla, kamu gak bakal ikutan mereka kan?", tanya Mamat dengan sorot memohonnya karena ia rasa hanya Keyla yang kalem dari keseluruhan penghuni kelas ini.

"Tentu Keyla ikutan mereka dong pak. Kan Keyla yang buat rencana", jawab Keyla tanpa beban yang berhasil membuat Mamat cengo. Ya, Keyla lah dalang dari semua dibalik rencana ini. Awalnya sih cuma iseng memberikan rentetan rencana ini di grup chat line tadi malam, eh malah disambut baik oleh semuanya.

Mereka keluar dari kelas kemudian ber high five tanda misi telah selesai.

"Gak sia-sia nih rencana lo Key ahaha", ucap Galih sambil merangkul pundak Shilla.

"Ehehe, abisnya males belajar terus", balas Keyla polos.

"Akhirnya kita free tiga jam!", seru Aron dan disoraki mereka dengan keras.

Mereka berjalan beriringan hendak menuju kantin melewati lapangan basket indoor. Disana ada anak-anak kelas 11 IPA 2 yang sedang melaksanakan jam pelajaran olahraga.

"Hey kalian!", seru Hanifa selaku guru olahraga.

"Apa buk?!", tanya Dian sedikit berteriak.

"Sini!", titah Hanifa. Mereka mengangguk sebagai tanggapan dan menghampiri Hanifa yang sedang menunjukkan beberapa tekhnik bermain basket kepada para peserta didiknya.

"Kalian bolos?", selidik Hanifa.

Sontak anak 10 IPA 1 menggeleng tanda tidak. "Gak dong bu, kita lagi jamkos", jawab Parsya.

Hanifa semakin memicingkan matanya curiga karena mereka ini sudah sering membuat onar di sekolah. "Pelajaran apa kalian?".

"Pelajaran pak bomat bu", ucap Shilla.

Hanifa mengernyit dahinya bingung, apa maksud Shilla? Begitulah pikirnya. "Ah, maksudnya pelajaran Pak Mamat bu", ralat Keyla supaya tidak ada kesalahpahaman.

Hanifa mengangguk mengerti. "Perasaan Pak Mamat ada deh!", seru Hanifa semakin curiga.

"Emang ada bu, tapi dia gak bisa ngajar. Kepalanya lagi pusing", ujar Aron tak sepenuhnya salah. Mamat memang sedang pusing karena menghadapi sikap kelas mereka. Bukankah begitu?

Hanifa mengangguk percaya. "Yaudah, semua anak cowok kelas kalian sekarang tanding ya sama anak cowok kelas 11 IPA 2", kata Hanifa.

"Hah? Buat apa bu?", tanya Anan.

"Kalian semua anak basket kan?" Hanifa malah bertanya balik. Mereka mengangguk serentak sebagai jawaban.

"Ibu mau liat skill kalian", beritahu Hanifa.

"Boleh tuh. Lagian kita lagi free nih, butuh teman bermain", ucap Aron menekan kata 'teman bermain' dan diangguki yang lainnya.

"Eh tapi bu, anak cowok kelas kita cuma sembilan orang", sahut Zanta.

"Ehm, anak-anak 11 IPA 2 bakal nyesuain jumlah pemainnya sama personil kelas kalian", final Hannah.

"Kalo gitu kita beli air mineral buat kalian dulu ya", ucap Shilla dan mereka semua pergi menuju kantin.

Sedangkan anak-anak cowok sudah bersiap di posisi masing-masing. Hanifa berdiri di tengah lapangan dan meniup peluit sembari melempar bola basket ke atas.

Tanpa mau menghabiskan waktu, Jhonny merebut bola basket itu dan mendribblenya menuju ring. Namun pergerakannya terhenti ketika Aron dengan lincah merebut bola itu dalam sekejap. Hey, kalian lupa? Aron adalah atlet basket profesional, jadi jangan remehkan dia, okay?

Anak-anak cewek 10 IPA 1 telah kembali dari kantin dengan membawa banyak snack dan air mineral. Mereka duduk di tribun yang bersebelahan dengan tribun anak-anak cewek 11 IPA 2. Bagaikan dua kubu yang saling bermusuhan.

"Jhonny! Ayo sayang!"

"Ah! Nando! Adek padamu bang, asek!"

"Gila! Gila! Si Niel ganteng banget omaga!"

"Cogans pada maen basket cuy! Gila! Surga dunia ini"

"Kelas 11 IPA 2, go! Go!"

Teriakan dari anak-anak cewek 11 IPA 2 menggema ke segala polosok gedung basket indoor ini. Anak-anak cewek 10 IPA 1 yang mendengarnya refleks memutar kedua bola mata malas.

"Arkan! Anan! Sang duo rusuh! Semangat!", teriak Milia dan Dira tak ingin kalah dengan suporter musuhnya.

"Aron monyet! Lo bisa!" Meylin menyemangati Aron dengan antusias.

"Woy kembar jelek! Maennya yang semangat!" Kali ini Shilla ikut nimbrung menyemangati sepasang anak kembar, siapa lagi kalau bukan Nial dan Niel.

"Galihhh! Lo kagak keren kalo gak nyetak point!", seru Mutia dan saat itu juga Galih mencetak point yang membuat mereka bersorak bak orang gila nyasar.

"Mana Steve yang biasanya tebar pesona hah? Steve yang gue kenal itu pantang menyerah!", jerit Tiar dihadiahi sorakan Dian dengan keras.

"Mario Maurer! Eh gak deng! Mario Bernand! Cetak point lagi dong!" Kali ini Parsya ikut men-support Mario dengan suara melengkingnya.

"Eh Key, giliran lo nih", ucap Dira menatap tajam kakak kelas yang melihat mereka.

Keyla mengangguk mengerti. "Ayo! Ayo! Ayoooo Zanta! Key yakin, Zanta pasti bisa!" Keyla bernyanyi dengan tampang tak berdosanya. Sontak Hanifa tertawa keras melihat tingkah Keyla yang childish.

Seluruh anak cowok 10 IPA 1 yang mendengar sorakan dari supporter dadakan mereka refleks terkekeh. Mereka hanya menunjukkan ibu jari sebagai jawaban.

Skor sekarang ini adalah 24-20, dengan anak 10 IPA 1 yang memimpin.

Sedikit informasi, di halaman belakang cafe milik Galih terdapat lapangan basket yang lumayan luas. Hal itu dimanfaatkan oleh mereka untuk mengisi waktu luang karena memang cafe milik Galih sudah resmi menjadi markas anak-anak 10 IPA 1.

"Ah! Ayo dong! Gerrard semangat mainnya!"

"Malpisaaa! Main yang bener dong babe"

"Kok kelas mereka yang malah mimpin sih!"

"10 IPA 1 kelas buriq!"

Cibiran terakhir itu membuat perhatian anak-anak cewek 10 IPA 1 terpusat pada tribun sebelah, yang dimana tempat para cewek kelas 11 IPA 2 duduk dengan angkuhnya.

"Berizik!", ucap Meylin dengan sedikit berteriak.

"Wah, mereka ngatain kelas kita buriq nih gais!", sahut Shilla.

"Wahaha, buriq? Anjir! Pedes banget mulutnya ahaha. Kalo kelas kita aja buriq, kelas mereka apa kabar dong? Buluk?", sambung Dira dengan tawa mengejek.

"Yah pasti pedes lah Dir! Namanya juga cabe", timpal Mutia dengan sarkastik.

"Mereka cabe jadi otomatis punya kaca dong buat ngaca! Ah, cuma mukanya aja dikaca! Tingkahnya juga woy dikaca!", tukas Dian.

"Di kubu sebelah tadi kok ada suara kaleng rombeng yak! Apa tadi itu suara ibu-ibu ngantri sembako bulanan?", tanya Tiar dengan ekspresi sok terkejutnya.

"Terooong! Terong dicabein!" Milia malah bernyanyi dengan tak berdosanya.

"Aseeekk! Lanjot Mileaaa!", sahut Parsya menggoyangkan kepala dan tangannya.

"Pasang aksi gaya dewasa! Godain cabe beneran!", lanjut Milia dengan senang hati.

"Suara jelek kok nyanyi!", sarkas salah satu anak cewek 11 IPA 2.

"Iya yang suaranya merdu", balas Milia dengan smirknya.

"Merusak dunia!", sahut Mutia dan dihadiahi tawa remeh dari Shilla.

Sedangkan sang musuh mengerang kesal. "Kenapa lo! Lo itu cuma junior disini! Jadi jangan belagu deh!", teriak salah satu dari mereka.

"Iya yang tua", celutuk Tiar.

"Umur tua kok dibanggain! Entar cepet mati baru tau rasa! Bahkan nenek-nenek aja banyak yang pengen umur muda! Gila! Aneh banget mau lo", sarkas Parsya.

Keyla merasa jengah dengan sikap kakak kelasnya yang selalu sok berkuasa. "Hm, tolong kak. Jangan bersikap senioritas", ucap Keyla.

"Apa lo?!", bentak mereka bersamaan.

"Kalian sebagai senior seharusnya mencontohkan sikap yang baik kepada juniornya. Bukan malah bersikap sok berkuasa dan mengandalkan tampang serta umur dalam bergaul. Kita disini sama. Kita junior, tapi gak nutup kemungkinan kalo kita lebih bisa bersikap dewasa dari seniornya yang masih labil kayak bocah. Paham?" Kali ini aura Keyla terlihat menenangkan. Tak ada raut marah maupun polos. Yang hanya ada raut datar dan tenang.

Kata-kata menusuk dari Keyla mampu membuat mereka bungkam. Ah, mereka mulai menyadari kalau mereka memang labil. Namun egonya menepis jauh realita itu.

"Gak usah sok bijak deh lo. Orang bego kok malah nasehatin orang? Gak kebalik tuh?", ejek mereka.

"Tampang Keyla memang bego. Keyla akui itu, tapi tampang bukanlah penentu dari segalanya. Don't judge a book by its cover, right? Kata pepatah itu yang cocok buat deskripsiin Keyla. Keyla memang tampang bocah, namun sikap Keyla dan temen-temen malah lebih dewasa dan waras tuh dari kalian", balas Keyla enteng. Hanifa yang menyaksikan perkelahian mulut mereka hanya diam membisu, apalagi mendengar penuturan Keyla yang begitu menohok hati.

"Selamat buat anak-anak 10 IPA 1! Kalian menang!", ucap Hanifa bangga, lalu pamit untuk pergi ke kantor.

Skor berakhir 30-26, yang dimenangkan oleh kelas 10 IPA 1, kelas yang dianggap buriq serta aib sekolah.

Anak-anak cewek 10 IPA 1 berbondong-bondong menghampiri mereka di lapangan untuk memberikan air mineral.

"Congrats my boys!", seru Mutia.

"Wohoo, kalian emejing tau gak", celetuk Dira.

"Bahasa lo itu aduh", cibir Nial.

"Biarin! Yang penting gue seneng!", balas Dira.

"Iyain biar cepet", ucap semuanya kecuali Dira yang merengut sebal.

"Eh, sshht! Keyla mau kasih minum ke Kak Jhonny dulu ya", ujar Keyla.

"Bukannya dia sinis ya sama lo Key?", tanya Steve. Mereka memang sudah tahu masalah Keyla dengan Jhonny karena Keyla sendiri yang menceritakannya.

"Lo gak suka dia kan?" Kali ini Aron yang bertanya.

"Kalo sinis sih masih. Hm Keyla gak suka kok sama Kak Jhonny, biasa aja. Keyla cuma mau meluruskan permasalahan kalo gosip itu gak bener", imbuh Keyla membuat mereka manggut-manggut mengerti.

"Udah sono! Cepet selesaiin masalahnya", saran Dian dan diangguki Keyla.

Keyla berjalan menghampiri Jhonny dengan menenteng sebotol air mineral.

"Kak Jhonny, ini", ucap Keyla sambil menyerahkan sebotol air mineral pada Jhonny. Namun Jhonny masih diam tak berkutik.

Keyla yang menyadari bahwa minuman itu tak diterima lantas menarik kembali tangannya. "Engh kak, Keyla mau bicara", lanjut Keyla memberanikan diri. Ya! Dia harus menyelesaikan masalah yang bahkan bukan kesalahan dirinya HAHAHA!

Jhonny tak memperdulikan Keyla, ia berbalik dan berjalan menjauhi gadis itu. Baru lima langkah, kakinya terhenti. "Kalo lo mau ngomong, temuin gue sepulang sekolah di depan lab komputer", ucapnya dan melenggang pergi meninggalkan Keyla yang hanya diam mematung.

Seorang cewek kelas dua belas mendorong pundak Keyla yang masih diam itu. Keyla lantas terkejut dan segera menyeimbangkan tubuhnya agar tidak terjatuh.

"Lo kenapa deketin Jhonny hah?! Dia eneg deket-deket sama lo!", bentak cewek itu. Sedangkan Keyla hanya diam. Anak-anak 10 IPA 1 yang melihat itu sontak ingin maju tapi Keyla menginterupsi mereka untuk tidak ikut campur.

"Jhonny mana mau sama lo?! Lo itu banyak mainin cowok", sarkasnya lagi. Keyla masih diam. Mungkin dari sudut pandang mereka Keyla adalah seorang playgirl karena banyak memiliki teman lelaki. Tapi hey, nyatanya Keyla pernah pacaran saja tidak. Jangankan pacaran, sekedar filosofi cinta pun dia tak tahu.

Cewek itu kembali mendorong pundak Keyla hingga ia terjatuh. "Hey! Apa-apaan ini!", ucap Hanifa yang baru kembali dari kantornya.

"Dia tadi udah nampar saya duluan bu, makanya saya dorong dia", ujar cewek itu berdusta. Sedangkan anak-anak 10 IPA 1 yang mendengarnya ingin sekali menyahut namun urung karena Keyla menginterupsi mereka untuk tetap diam.

"Iya bu, Keyla yang nampar dia", ucap Keyla kemudian bangkit dari jatuhnya.

Hanifa memandang Keyla dan cewek itu bergantian. Sebenarnya ia tahu kalau Keyla sedang berbohong tetapi enggan ia tanyakan.

Hanifa menghembuskan nafasnya kasar. "Kamu" Tunjuk Hanifa pada cewek itu, sedangkan yang ditunjukki malah menunjuk dirinya sendiri seakan-akan bertanya, 'saya bu?'.

"Kamu saya hukum membersihkan perpustakaan pulang sekolah ini", ujarnya.
"Dan kamu Keyla, saya hukum kamu membersihkan ruang musik sepulang sekolah. Tenang aja, gak ada jadwal ekskul musik hari ini", ucapnya membuat Keyla menghembuskan nafas lega.

"Hah?! Gak bisa dong bu! Dia yang cari masalah sama saya duluan!", sanggah cewek itu tak suka.

"Gak usah ngelak kamu! Kamu tetap salah!", bentak Hanifa dengan menaikkan suaranya satu oktaf. Nyali cewek itu seketika menciut, tak berani lagi.

"Baik bu", balas Keyla dengan mantap kemudian pergi meninggalkan lapangan bersama teman-temannya.

"Lo apa-apaain sih Key! Mau aja ngikutin permainan cabe itu!", cerca Parsya tak terima jika Keyla dihukum, apa lagi karena bukan kesalahannya.

"Gak papa. Sekali-kali berbuat amal bolehlah", cengir Keyla.

"Kalo lo udah selesai bersihin ruangan musiknya, lo chat aja gue. Entar gue jemput", ucap Shilla.

Keyla hendak protes namun Shilla mendahuluinya. "Gak ada penolakan Key". Alhasil Keyla hanya mengangguk pasrah saja atas ucapan Shilla.

"Udah yok, kita makan! Gue yang bayar", ucap Steve dan disoraki mereka dengan penuh semangat. "Hidup Steve!".

Mereka berjalan menuju kantin sambil bergandeng tangan ria. Tak peduli jika mereka lawan jenis, yang penting mereka adalah satu keluarga. Begitulah prinsip mereka.

Mereka menuju meja yang sudah menjadi langganan mereka saat jam istirahat. Tak ada satu pun orang yang berani menduduki kursi yang ada di meja itu.

Pernah suatu ketika ada segerombolan lelaki yang duduk di sana dan dengan segera Aron menghajarnya secara membabibuta. Mulai dari kejadian itulah, semua orang di sekolah ini tak punya nyali untuk sekedar duduk di sana.

Bahkan kelas 10 IPA 1 sudah dicap sebagai kelas yang jelek, bodoh, biang onar, kelas ternakal atau terbandel sekalipun. Hey, mereka tidak tahu saja aslinya seperti apa. Jika mereka tahu, bisa dipastikan siapapun yang pernah mengatai ataupun menghujat kelas mereka akan menarik kembali kata-katanya.

Kali ini jadwal Tiar untuk memesan makanan. Ia segera menuju stand tanpa menanyakan pesanan mereka. Buat apa? Dia sudah hafal makanan kesukaan masing-masing sahabatnya.

Selagi menunggu Tiar, mereka berbincang dengan volume yang sengaja dikeras-keraskan. Sebut saja mereka tidak tahu malu. Tapi mau kau sebut seribu bahkan sejuta kali pun tidak akan diindahkan mereka semua. Toh, buat apa? Buang-buang suara saja!

"Ayo dimakan", ucap Tiar sembari meletakkan makanan mereka ke atas meja, dibantu dengan staf-staf kantin lainnya.

"Doa dulu", ingat Keyla dan segera mereka laksanakan. Setelah berdoa, mereka mulai menyantap makanan masing-masing dengan khidmat. Ah, ingatkan pada diri kalian sendiri kalau kata khidmat saat makan tak tertera di kamus mereka.

Mereka malah menggoda murid-murid yang lewat. Seperti Niel contohnya, dia sedang mood untuk membuat blushing perempuan yang melewati meja mereka.

"Mba! Mba!", panggil Niel pada perempuan, siapa pun itu ia tak perduli. Seketika semua perempuan menoleh, merasa terpanggil.

"MBA—h kan ku bilang, hapus air mataaa" Niel bernyanyi dengan suara merdunya. Sontak semua perempuan itu langsung blushing dan senyum-senyum tidak jelas.

"Dosa lo bikin anak orang baper", celutuk Meylin.

"Kapan lagi ini", cengir Niel dengan watadosnya.

Kring! Kring!

"Balik yuk. Udah bel tuh", ajak Galih, semuanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Mereka berjalan beriringan menuju kelas. Di arah yang berlawanan, nampak Jhonny, Nando, Gerrard, dan Malpisa sedang berjalan dengan wajah coolnya.

Keyla yang sedari tadi ceria segera menundukkan kepala saat Jhonny menatap tajam dirinya. Jujur saja, Keyla tak pernah ditatap tajam seperti itu, bahkan Kevan pun tak pernah.

Sedari dulu, Keyla selalu digoda habis-habisan oleh para lelaki di sekolahnya. Dan itu membuat Keyla jengah. Bukan karena godaan mereka, Keyla masih bisa memberikan toleransi atas itu karena semua orang bebas menyukainya. Ia hanya tak sanggup jika harus menjadi bahan bullying para siswi di sekolahnya.

Akhirnya, hal yang sejak tadi Keyla inginkan datang juga. Mereka telah sampai di tempat tujuan, dimana lagi kalau bukan kelas mereka sendiri.

Tak lama dari itu, datanglah Teko selaku guru sejarah memasuki kelas itu dengan kumis legend kebanggaannya.

"Buka halaman 54 sampai 56. Rangkum dari paragraf satu sampai tujuh kemudian baru saya jelaskan", ucap Teko sembari mengelus kumisnya.

"Baik pak", balas semuanya patuh dan mulai melakukan apa yang guru sejarah itu perintahkan.

•••
TBC!

3000++ WORDS

BONUS PICT KEYLA YUHUU

Shilla: Sok sokan candid lo dasar bocah!

Keyla: Ish! Itu Keyla candidnya gak dibuat-buat kok! Jadi tadi itu, ada nyamuk di kamar Keyla. Pas itu, Keyla lagi selfie, eh itu nyamuk malah terbeng di depan muka Keyla. Karena Keyla merasa terganggu, jadi Keyla tepuk deh nyamuknya sampe mati. Yhaaa sedih Keyla😢😯😥

Shilla: Gue gak tanya!

Keyla: Shilla kenapa?

Shilla: Tanyakan pada rumput yang bergoyang.

Continue Reading

You'll Also Like

39.3K 4.2K 87
"Lagian ngotak dikit lah, jangan merendah demi sampah!" Ketus Jane. "Tapi kan sampah emang di bawah, makannya kita harus merendah." Ucap Nara, seenak...
271K 12.9K 80
(Sudah terbit dan open po di ig @luxurypublisher1) Beberapa part terakhir sudah diunpub Saga Febriano. Pria dingin dan irit bicara, sekalinya berbica...
372K 20.2K 67
{follow dulu sebelum baca ya bestieee} Cover by @kdniapuspita Masalah dan anti sosial adalah dua deskripsi singkat dari kehidupan sosok Moza Ariesha...
36.1K 2.9K 58
PART MASIH LENGKAP! BELUM DIREVISI Follow dulu jangan lupa. *** "Saya hanyalah manusia tangguh yang tak sempurna, tapi bersamamu ketidaksempurnaan i...