KOST SEGREK

By Tukangsapujalan

2.2M 119K 30.5K

(SERIAL KE DUA DARI BADJINGAN) Cerita ini hanya untuk usia 21++ Di sini banyak penggunaan kata-kata kotor dan... More

Prolog
Bab 1: First Day
Bab 2: Men In Black
Bab 3: Ospek
Bab 4: Kamar Nomer Dua
Bab 5: Penggrebekan!
Bab 6: Kost Segrek!
Bab 7: Against Seniors
Bab 8: Sarang Baru
Bab 9: Jalan Berdua
Bab 10: Sidang
Bab 11: On
Bab 12: Mija & Viola
Bab 13: Kedekatan Kami
Bab 14: Wedding Party
Bab 15: Aeyza Yang Sulit
Bab 16: Belajar
Bab 17: Penolakan
Bab 18: Kecurigaan
Bab 19: Kabar Mengejutkan
Bab 20: Rasa Nostalgia
Bab 21: Halte Sebuah Basis
Bab 22: Twins
Bab 23: Perubahan Hati
Bab 24: Musuh Masa Lalu
Bab 25: Acara Panik
Bab 26: Ya Atau Tidak
Bab 27: Rasa Yang Hilang
Bab 28: Amarah Sahabat
Bab 29: Dilema Sang Gadis
Bab 30: Konflik
Bab 31: Apologies
Bab 32: Broken Girl
Bab 33: Jomblo
Bab 34: Sang Pendobrak Sistem
Bab 35: Perkumpulan L.A
Bab 36: Pertigaan Warchild
Bab 37: Ajakan Viola
Bab 38: Dont Mess With A Wrong Guy!
Bab 39: Speechless
Bab 40: Di Serang!
Bab 41: Kembalinya Sang Badjingan
Bab 42: GodFather Is Back
Bab 43: Peringatan
Bab 44: Ring
Bab 45: Pig Handsome
Bab 46: Balada Dangdut Keluarga Babi
Bab 47: Kembali Pulang
Bab 48: Bergerak
Bab 49: Warchild United
Bab 50: Fifteen Strong
Bab 51: Kekuatan Yang Tersisa
Bab 52: Interogasi
Bab 53: Kenangan Ruang Sempit
Bab 54: Bebas
Bab 55: Tawaran
Bab 56: Bunga Untuk Yang Spesial
Bab 57: Rumah Kosong
Bab 58: Janji
Bab 59: Goodbye
Bab 60: Keluarga Sederhana
Bab 61: SSMS
Bab 62: Perhatian
Bab 63: Meeting
Bab 64: Bajingan Yang Beruntung
Bab 65: Singa Yang Meraung
Bab 66: Diskusi Anak Kampung
Bab 67: Sang Pemalak
Bab 68: Balada Mega Mendung
Bab 69: Realita Anak Muda
Bab 70: Gosip Kejam
Bab 71: Pohon Mangga
Bab 72: Lamaran
Bab 73: Permintaan Sherly
Bab 74: Menjemput Kekasih
Bab 75: Kenangan Di Fakultas

Bab 76: Tentang Masa lalu

89.2K 2.8K 6.3K
By Tukangsapujalan

Malam ini dua orang anak manusia di pertemukan sekali lagi berdiri berhadapan di bawah sinar lampu taman yang cahaya nya terlihat redup. Mereka saling berpandangan satu sama lainnya dengan tatapan mata penuh kenangan yang pernah mereka alami bersama.

Entah kenapa gua merasa seolah waktu berhenti sejenak.

Langit-langit hitam di atas kepala seakan menjamu rindu yang telah lama bersembunyi di lubuk hati paling dalam.

Di depan ku ada gadis bernama Ika.

Gadis yang setiap harinya selalu menemani hari-hari ku di masa lalu.

Tiba-tiba seisi kepala ini menggerayangi wajah dan namamu saja.

Mata sayup yang terbuka ini hanya mampu menyantap kenangan tentang kita bersama sewaktu dulu engkau berada dalam pelukan ku.

Namun seketika itu juga sebuah realita yang terjadi menamparku dengan sadis, mengusik segala ingatan yang mampu mengingatmu. Membunuh setiap mimpi yang kurancang bersamamu. Menggoreskan rindu yang sebabkan sendu.

"Ternyata kamu masih ingat aku ya..." ujar gadis itu dengan halus.

Bagaimana aku bisa melupakan kamu? Sedangkan semenjak berpisah bayangmu terus membuntuti setiap langkah kaki ini..Memang kamu sempat pergi dari hati ini, namun bekasmu masih tertanam di dalam hati ku.

"Kamu apa kabarnya?" Tanyanya dengan nada penuh kerinduan.

"Baik Ika..." jawab gua pelan.

Mungkin suara yang keluar dari mulut ini hampir tidak terdengar karena saking nervousnya kondisi gua saat ini.

"Kamu sekarang agak gemukan ya.."

Gua tersenyum tipis.

"Iya sedikit, hehehe..."

"Kamu tinggal dimana sekarang? Katanya kamu sudah tidak tinggal lagi ya di rumah? Frans pernah cerita, katanya kamu kuliah di UP ya?" Tanyanya dengan suara terdengar bergetar.

Gua sampai bingung mau menjawab pertanyaannya yang mana dulu.

Gua hanya tersenyum tipis untuk menanggapi semua pertanyaannya itu.

"Ika sehat?" Tanya gua dengan nada halus.

Gadis itu juga ikut tersenyum sambil menatap gua dengan sinar mata yang dapat menembus dada ini.

"Alhamdulillah sehat..." jawabnya pelan sekali. "Kamu juga sehat-sehat aja kan?"

"Sehat kok. Masih sehat kaya dulu.." gua berusaha untuk tidak terlihat tegang.

"Syukurlah.." jawabnya halus. Masih dengan senyum manis yang sama seperti dulu ketika kita berpacaran. "Bagaimana kehidupan kamu sekarang?"

"Baik-baik aja kok.."

"Masih suka berantem?"

"Hehehe..." gua hanya tertawa mendengarnya.

Ika tersenyum lebar kala melihat gua tertawa.

"Ketawanya Romi masih sama kaya dulu ya.."

"Iya dong. Kan orangnya juga masih sama. Kamu sendiri gimana?"

"Ya..dari dulu aku begini saja.."

"Ika masih mau jadi pengacara?" Bahkan gua masih ingat dengan cita-citanya.

Ika melempar senyum manisnya.

"Masih Romi...sampai saat ini aku masih terus berusaha.."

"Bagus deh kalau begitu...aku kira kamu sudah lupa.."

"Ya gak mungkinlah itukan cita-cita aku sejak dulu..kamu semdirikan yang sejak dulu terus dukung aku,"

"Masa sih? Hehehehe...jadi malu..."

Ika tersenyum sambil memandang wajah gua dengan tatapan yang dalam.

"Kenapa kok liatinnya kaya gitu amat? Awas nanti naksir lagi loh.."

Ika menutupi tawa dengan tangannya.

"Kamu itu ya. Dari dulu gak pernah berubah. Masih tetep konyol aja,"

"Hehehehe..."

"Ngomong-ngomong kamu ngapain di sini?" Tanya gadis itu.

"Mau tahu banget atau mau tahu aja?" Goda gua dengan nada bercanda.

"Ih..kamu itu masih suka bercanda aja kalau di ajak ngobrol.."

"Hehehe..." gua tertawa-tawa kecil. "Ika sendiri ngapain di sini? Bukannya kamu ambil jurusan hukum ya? Kok kesasar di fakultas lain,"

Ika terdiam sesaat dengan senyum yang tampak dipaksakan.

Entah kenapa sekilas gua melihat wajahnya tampak sedih.

"Aku mau jemput cowok ku. Dia buka seminar di fakultas ini.."

Gua melemparkan tersenyum yang gua sendiri tidak tahu apa arti dari senyum ini. Apakah ini senyum keikhlasan atau senyum kekecewaan.

"Hm..masih sama yang dulu atau udah baru lagi nih?" Tanga gua dengan nada menggoda.

Untuk sesaat kemudian gua jadi menyesal telah menanyakan pertanyaan super bodoh ini! Untuk apa gua menanyakan hal tersebut? Memangnya gua peduli dengan siapa dia sekarang!

"Masih kok. Masih sama mas Irawan.." jawabnya pelan.

Gua tersenyum.

"Selama ini dia benar-benar jagain kamu kan?" Tanya gua lagi.

Bibir gadis itu tersenyum simpul, lalu dia mengangguk pelan.

"Mas Irawan sangat menjaga aku, Romi..."

"Syukurlah..." ujar gua merasa tenang. "Kamu bahagia dengan dia, Ika?" Tanya gua lagi.

"Aku bahagia Romi...selama ini mas Irawan memperlakukan aku dengan baik,"

Tiba-tiba kenangan bersama Ika kembali menyeruak di dalam ingatan ini. Sebuah janji manis di masa lalu untuk menjaga dan selalu mendampinginya kembali teringat jelas.

Kebersamaan yang gua pikir nyaris sempurna, harus berakhir menyisakan nelangsa yang tiada henti menghujam sukma. Kau datang dan pergi seketika, hadir menawarakan bahagia tanpa derita, lalu meninggalkan luka yang tak kunjung reda.

Aih..apa yang sedang gua pikirkan sekarang?

Gua sungguh tidak mengerti dengan perasaan ini!

Gua benci dengan seisi otak yang sedang terjajah oleh bayangan masa lalu..

Bukankah ada gadis lain di sisi malam yang sedang bersama gua saat ini?

Gadis yang selalu menemani hari-hari gua dikala susah dan senang melanda.

Rasanya gua jadi sangat berdosa jika masih menaruh ingatan tentang Ika.

"Kamu sendiri sekarang sama siapa, Romi?" Tanya Ika tampak penasaran.

"Aku?"

"Iya kamu..."

Gua mulai tersenyum lebar.

"Aku dengan seseorang yang sangat spesial, Ika..."

Entah mengapa ketika gua mulai memikirkan Ola bayangan Ika pergi begitu saja.

Sekelebit gua melihat sinar yang memudar dari sorot matanya.

"Dia baik sama kamu?"

"Sangat baik. Walau terkadang suka cerewet.."

"Hahahaha..." Ika tertawa kecil.

Gua pun jadi ikut tertawa.

"Memang harus membutuhkan tenaga ekstra untuk bisa mendampingi kamu. Jadi aku maklum sama perasaan pacar kamu sekarang. Jadi bersabarlah kalau dia sering cerewet.."

"Hahahaha..." gua jadi tertawa mendengarnya.

"Apa dia orangnya sabar, Romi?"

"Maksudnya?" Gua tidak mengerti dengan maksud pertanyaannya.

"Apa dia sabar menghadapi kamu yang seperti itu?"

Gua tersenyum malu.

"Dia sabar. Dia selalu ada untuk aku. Walau terkadang dia suka mengeluh karena kenakalan yang ku buat, tapi dia punya cara unik untuk mengatasi keliaran ku ini...makanya dia orang yang sangat spesial.."

"Syukurlah kalau kamu menemukan orang yang seperti itu.." balasnya dengan senyum kelu yang terlihat jelas di bibir merahnya.

Untuk sesaat kami berdua terdiam.

Entah apa yang harus gua katakan.

Seakan gua sudah kehabisan kata-kata di depannya.

"Aku minta maaf, Romi..." tiba-tiba Ika berucap seperti itu.

Gua agak terkejut mendengarnya.

"Maksudnya?"

"Aku minta maaf atas apa yang telah terjadi di masa lalu..." kini raut wajahnya terlihat sedih.

Gua terpana memandang gadis itu.

"Seandainya aku bisa lebih bersabar. Seandainya aku bisa lebih memahami kamu. Dan seandainya aku bisa lebih menahan keegoisan di dalam diri aku, mungkin kita masih sama-sama sampai saat ini...."

Speechless....

Air mata gadis itu mulai tumpah.

"Aku sadar...Seharusnya aku tetap bersama kamu ketika Erik pergi. Seharusnya aku jadi orang yang menghibur kamu di kala kamu sedang terpuruk. Tapi rasa marah dan keegoisanku menuntun aku untuk mengakhiri segalanya..padahal kalau aku mau sedikit berpikiran jernih, hal pertama yang bisa aku lakukan adalah mengurangi kesedihan di hati kamu. Aku salah Romi. A...aku minta maaf..."

Gua menunduk dengan mulut terbungkam.

Lalu gua menatap matanya dalam-dalam.

"Gak ada yang harus di maafkan, Ika.." gua mulai angkat bicara degan suara pela. "Saat itu kita sama-sama masih muda, kita sama-sama egois dalam pemikiran kita. Jadi keputusan kamu dan keputusan aku di masa lalu dapat menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga untuk masa depan. Yang penting sekarang, kita sama-sama bahagia dalam menjalani kehidupan ini. Menurutku kebahagiaannkita berdua sudah cukup untuk menebus kesalahan-kesalahan kita di masa lalu..."

Ika terdiam dengan wajah yang masih terlihat sedih.

Namun air matanya sudah tidak lagi turun membasahi pipinya.

Gadis itu mengusap kedua pipinya dengan perlahan.

Lalu kembali memberikan senyuman manis untuk gua.

"Eh, kamu masih inget gak sama boneka babi yang pernah kamu kasih ke aku? Sekarang masih ada loh di kamar aku.." Tanya gua tiba-tiba.

Mendengar itu membuat isi dada gua berputar-putar.

Tentu gua sangat ingat dengan pemberian itu.

"Kok bisa sama kamu sih?" Tanya gua heran.

"Yailah sama aku. Orang kamu ngasih ke aku. Pasti kamu lupa deh!"

"Aku gak lupa sama boneka itu. Tapi cuma heran, karena boneka itu aku kasih untuk mas Irawan. Kok jadi kamu sih yang nyimpen sampai sekarang..??" Balas gua dengan wajah yang sengaja di buat protes.

"Yeee...mas Irawan gak suka boneka tau! Emang dia banci apa suka sama boneka!"

"Hahahaha..." gua tertawa.

"Jadi boneka babi itu aku ambil aja buat di pajang di kamar..."

"Oh..gitu..."

"Lucunya kalau liat boneka babi itu aku jadi suka keingetan kamu.."

"Maksud kamu aku mirip babi gitu??"

"Hahahaha...gak gitu juga kali! Dari dulu masih tetep gila ya...."

"Hehehe...ngomong-ngomong apa kabar ya sama jalan Palapa? Gua jadi kangen sama cewek tomboy yang suka pake tas ungu.."

"Iss..masih inget aja ya!" Ika mencubit bahu gua.

"Hehehe...inget dong. Apalagi pas kiss-kiss itu.."

"Iih...malesin! Ingetnya yang itu! Dasar mesum!"

"Hahahaha..."

Sungguh momen yang membuka kenangan tentang kami.

"Asal kamu tau. Waktu kamu ngasih hadiah boneka itu, aku nangis terus sepanjang perjalanan pulang. Iss..kalo inget itu aku kesel banget sama kamu karena udah bikin aku nangis kaya gitu,"

Gua hanya tersenyum saja mendengar Ika bercerita.

"Senenarnya dua hari setelah kamu ngasih boneka, aku ke rumah kamu tau, Rom...aku mau bicara baik-baik sama kamu..." kini nada suara Ika terdengar serius.

Gua kembali terkejut mendengar pengakuannya.

"Tapi kondisi rumah kamu gak ada orang. Jadi aku putuskan besok ke rumah kamu lagi, dan terus-terusan rumah kamu tetap gak ada orang. Aku kira keluarga kamu pindah, aku jadi panik, gak tahu harus nyari kamu kemana lagi. Akhirnya aku coba tanya sama Frans. Di situ aku dapat cerita kalau kamu sedang koma...dan..."

"Aku tahu Ika...." potong gua yang tidak ingin mendengar kelanjutan ceritanya. "Itu adalah hari terburuk dalam hidup ku. Dan aku kurang nyaman jika harus membicarakan hal tersebut.."

Ika tertegun sesaat.

"Ma..maaf Romi..." ucapnya dengan nada menyesal.

"Gak apa-apa kok. Hehehe... Lagian sekarang kita sudah sama-sama bahagia, kita sudah punya seseorang yang berarti di hidup kita. Jadi sebisa mungkin masa lalu biarlah menjadi masa lalu saja. Sekarang yang kita pikirkan, bagaimana kita bisa menjaga hubungan dengan orang yang sudah menyayangi kita.."

Wajah Ika tampak kecewa.

Kami berdua terdiam untuk sesaat lamanya.

"Semudah itu buat kamu, Romi?" Tanyanya dengan wajah kecewa.

Gua tidak menjawab, tenggorokan gua terasa tertahan.

Gua mencoba menghela nafas untuk mengurangi rasa nyeri imi.

Tapi dada gua semakin terasa terhimpit.

Tentu tidak mudah, tapi tetap harus dilakukan.

Mungkin aku memang harus membuangmu...

Membuang segala kenangan bersama denganmu di masa lalu..

Dan melangkah bersama gadis yang ku cintai saat ini..

Ini adalah waktu yang tepat untuk mengakhiri semua ganjalan-ganjalan di masa lalu yang pernah ada. Dan saat yang tepat untuk mengucapkan selamat malam kepada kekasih di masa lalu.

Selamat malam Ika...

Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu...

******


Tiba-tiba pundak gua di tepuk dengan kasar dari belakang.

Gua langsung menoleh dengan kaget dan mendapati Viola sudah berdiri di sana.

Tampannya di pasang super cemberut.

Gua langsung shock kala melihat Viola.

Mendadak bulu kudu gua merinding seperti melihat setan.

Keringat dingin mulai mengucur deras di tubuh ini.

Mampus gua!

Mati gua!

Di potong-potonh dah!

Di jadiin nasi goreng asin ini!

Aduh! Harus gimana nih gua?

Mau ngumpet tapi gak tau harus ngumpet di mana?

Apa gua ngumpet di dalam roknya Ika aja ya?

Wah..itu sih sama aja cari mati...

"Mija!!" Panggilnya dengan tajam.

Tuh kan! Ngamuk ini urusannya!

Bisa salah paham ini!

"U..udah ngambil tasnya?" Tanya gua gugup dan mencoba mengalihkan situasi yang sedang kritis. Padahal sudah jelas Viola terlihat membawa tasnya.

"Siapa?" Tanya Viola sambil menatap Ika tanpa menjawab pertanyaan gua.

Gua tampah gugup dengan pertanyaannya itu.

Ika dan Viola saling bertatap mata dengan tajam.

Aduh mati gua!

Pak polisi! Pak polisi! Pak polisi!

Tolooong!!

"Di tanya kok malah diem aja!" Bentak Viola benar-benar garang.

"Temen!" jawab gua panik.

"Temen dari mana?" Tanyanya dengan nada mendesak.

"Dari....dari...." gua gugup sehingga tidak dapat menjawab.

"Dari mana?!" Desak Viola.

Muka gua langsung banjir keringat.

"Maaf. Saya hanya teman lamanya Romi kok mbak.." ujar Ika langsung menjulurkan tangannya guna bersalaman.

Sesaat Viola menatap tangan Ika yang menjulur dengan tampang penuh kecurigaan. Namun beberapa saat kemudian dia mulai menyambutnya.

Inilah momen dimana Ika dan Viola saling berkenalan satu sama lainnya.

"Viola..."

"Ika..."

Untuk sesaat gua dapat melihat perubahan wajah Viola yang kaget. Namun dia cepet-cepat menutupinya dengam wajah yang datar sambil melirik gua dengan ukuran mata 45 derajat tajamnya.

Aduh! Kenapa juga Ika harus ngenalin pake nama asli.

Viola kan tahu tentang elu.

Gak bisa lebih kreatif sedikit ape bikin nama?

Pake nama Paijo kek, Dudung kek, atau Maimunah yang agak kontroversial sedikit...

"Oh..Ika...." Viola mulai mengangguk-ngangguk dengan wajah dingin. "Teman lamanya Mija darimana?" Tanya Viola sambil mencubit keras pinggang gua secara tersembunyi.

Mata gua merem-melek menahan sakit di pinggang.

Muka gua meringis-ringis seperti orang sedang menahan bersin.

"Mija?" Ika pasang tampang bingung sambil melihat gua dan Viola secara bergantian.

"Oh, maaf. Maksudnya, Romi.." Viola membenarkan nama panggilan gua. "Nama kamu kalo kenalan sama cewek Romi kan?? Iya kan sayaang??" Tanya Viola masih sambil mencubit keras pinggang gua.

"I..i...iyaaa.." jawab gua dengan suara parau.

Ika menatap gua dan Ola secara bergantian dengan tampang heran.

"Saya temannya Romi dari jaman sekolah dulu Kak Ola.." beritahu Ika.

"Oh gitu ya..." Viola manggut-manggut lalu menatap gua dengan lirikan maut. "Tapi bukannya lo dulu itu sekolah STM ya, Ja? Ternyata ada juga cewek di STM? Pantesan betah.." Tanyanya dengan tajam.

"Saya bukan sekolah di STM kok, Kak. Sekolah saya bersebelahan sama Romi. Ya dari situ kita bisa berkenalan.." yang menjawab Ika.

Viola mengangguk-ngangguk.

"Hm..maaf, ngomong-ngomong kakak siapanya, Romi ya?" Tanya Ika penasaran.

"Saya pacarnya, Mija.." Viola menegaskan kata-katanya.

Ika bergeming sesaat.

"Oh gitu...." ujarnya dengan suara tampak kecewa. "Kalau boleh tahu kakak kuliah di sini juga?" Tanya Ika secara detail.

"Iya saya kuliah di sini.." jawab Ola singkat.

"Kebetulan saya kuliah di juga. Tapi saya ambil Hukum. Kakak angkatan tahun berapa? Kalau saya 07," semakin detail Ika bertanya.

"Saya angkatan 06.." jawab Viola singkat dengan nada tidak tertarik.

Sebelum Ika melanjutkan pertanyaannya Viola mulai angkat bicara.

"Yaudah yuk pulang. Keburu malam.." ajak Viola cepat.

"A..ayo deh.." jawab gua sedikit gagap karena cubitan Viola dari tadi belum lepas juga. Gua langsung menatap kembali ke Ika. "Kita duluan ya, Ka.."

"Iya kita mau duluan ya.." Viola juga ikut berpamitan.

Gua dan Viola segerah membalikan badan dan melangkah pergi dari tempat ini.

"Maaf.." tiba-tiba Ika menghentikan langkah kami lagi.

"Kenapa, Ka?" Tanya gua dengan nada suara yang berusaha terdengar biasa.

Sebenarnya gua sedang menahan kegugupan yang sedang melanda ini, karena Viola terus memberikan lirikan mautnya untuk gua.

"Hm..." Wajah Ika tampak ragu. "Bulan depan mau ada selametan kecil-kecilan untuk toko baru Mamah di daerah Kalibata. Kalau kamu gak keberatan, kamu bisa datang kok, Rom. Tentunya kak Viola bisa di ajak juga.."

"Hah.." gua tambah bingung diajak seperti itu.

Mau nolak gak enak sama Ika, tapi mau nerima gak enak sama Viola.

"Iya nanti kita pasti datang kok," ujar Viola cepat. "Iya kan, Ja?" Tanyanya sambil kembali mencubit pinggang gua.

"I..i...iya..." jawab gua seraya kesakitan.

"Kalau begitu aku bisa minta kontak kamu? Biar nanti aku bisa kasih alamat dan waktu tepatnya.."

Gua diam dengan sikap serba salah.

Aduh...bakal perang dunia nih di kostan...

"Cowok gue gak punya hape. Kalau mau nomer gue aja yang lo save?" Ujar Viola menawarkan dengan nada tajam.

Melihat ini Ika langsung terdiam dengan wajah merasa tidak enak.

Dia sadar kalau sudah membuat Viola merasa kurang nyaman dengan kehadiranya.

"Ma..maafkan kelancangan saya ya Kak. Saya benar-benar tidak sadar," ujar Ika penuh perasaan menyesal.

"Kalau sudah mengerti sebaiknya jangan di teruskan. Elo juga harus tahu posisi gue itu bagaimana.." Balas Viola tegas.

Ika langsung bungkam seribu bahasa.

Anjrit cewek gua galak bener!

Kami berdua meninggalkan Ika dan menujuh ke motor terparkir.

"Senengnya abis ketemu mantan..." sindir gadis itu dengan suara yang dingin.

Glek..

Gua menelan ludah.

Jantung gua mulai berpacu cepat.

"Iya..." jawab gua tanpa pikir panjang.

"Kok malah iya sih!! Jadi lo bener-bener seneng?!" Tiba-tiba emosi gadis itu naik seketika.

"Eh, nggak! nggak! bukan begitu! Hm..maksud gua biasa aja!" Gua benar-benar panik luar biasa.

"Alaah alesan!! Yang di denger itu ucapan yang pertama! Kalau seneng balik aja lagi sana temuin dia!!"

"Gua nggak seneng...su..sumpah kesamber gledek dah.."

"Tadi seneng, terus biasa aja, sekarang gak seneng! Mana yang betul nih omongan elu?? Jangan mencela-mencele deh kalo ngomong!!"

Gua bungkam dengan panik dan tidak bisa menjawab.

"Yaudah sana balik lagi! Ngobrol sampe puas!"

"Yee..ngapain gua balik ke sana...mau nyopet.."

"Kan ketemu mantaaannn! Siapa tau bisa clbk!"

"Diih...clbk mah cinta lama bikin kering. Mending sama yang sekarang...cantik.. pengertian..baik..gak suka marah-marah...hehehe..."

"Rayuan lo gak mempan!!"

"Hehehehe..jangan marah dong sayang.." ujar gua sembari mencuil dagunya.

Ola langsung menepis tangan gua.

"Jangan pegang-pengang!" Bentaknya galak.

"Yeilah galak bener...yang ada di hati gua cuma elu seorang kok. Kalo gak percaya elu belah aja dada ini..."

"Beneran gua belah ya??" Ancamnya sambil meremas-remas tangan.

"Jangan dong. Nanti mati..." jawab gua sambil menyengir lebar.

"Kalo gitu gak usah pake gegayaan minta di belah segala!"

"Hahahaha..."

"Ayo deh cepet pulang! Sumpek lama-lama gue di tempat ini!"

"Ayo..ayo...ayo...elo tunggu di sini aja. Biar gua ambil motor. Nanti elu capek.." kata gua dengan gesit yang langsung menujuh ke motor tersebut.

Ketika motor gua bawa ke hadapannya Viola langsung terbengong.

"Motor lo mana?"

"Di pake Sherly sama pacarnya buat beli gorengan.."

"Terus ini motor siapa?"

"Motor Okib.."

"Gak salah lo bawa motor? Emang bisa jalan nih?" Tanya gadis itu dengan tampang ragu.

"Tenang aja. Biar keliatannya mau rontok tapi ini motor bisa bawa kita sampe Bali nih.." kata gua sambil menepuk keras kepala motor Zombie.

Cluukk!!

Kepala motor itu langsung nunduk.

"Waduuh! Kenape nih motor??" Tanya gua dengan kaget.

Ola pun ikut kaget melihatnya.

Gua coba menarik kepala si Zombie ini lagi. Namun sangat keras hingga dia tidak dapat mendangak lagi.

"Tuh kan langsung rusak.." komentar Viola.

"Ah..gak apa-apa. Dia lagi ngantuk kali. Yaudah yuk langsung naek aja, takut mesinnya mati.." ujar gua berusaha membuat gadis itu tidak khawatir. Padahal wajah gua sangat khawatir akan kesehatan Zombie.

Ola pun naik dengan perasaan ketar-ketir.

"Beneran gak apa-apa kan, Ja?"

"Iya beneran. Malahan enak naek motor ini. Gak sepi..."

"Kok gak sepi?"

"Ya pokoknya gitu deh..."

Gua mulai menjalankan motor ini..

Drrrrttttttttttttttt.......

Sepanjang perjalanan keluar gerbang body motor ini terus berbunyi.

"Aduuh Ja...beneran gak apa-apa ini??" Tanya Viola jadi panik.

"Gak apa-apa...santai aja..."

Duk! Duk! Duk! Duk! Duk!

Kenalpot motor ini mulai menembak-nemabak.

"Aakhhh!!" Viola menjerit kaget.

Gua pun kaget.

Bukan karena bunyi motornya, tapi karena jeritan Viola.

"Aduh Ja..kita tinggal aja deh motornya. Kita pulang naik taksi aja..." pintanya dengan suara ketakutan.

"Nanti kalo ilang kasihan kan si Okib.."

"Lagian motor kaya gini pencurinya juga mikir tau kalo mau nyuri...."

Kalo di pikir-pikir bener juga sih yang di bilang Viola...

Lagian gak ada yang bisa di manfaatin dari motor ini.

Mau ngambil bodynya udah pada baret, mau ngambil mesinnya malah nyusahin. Mau ngambil bannya nanti malah bikin celaka si pencuri. Mungkin yang paling berharga dari motor ini cuma bensinnya doang. Itu juga tinggal setengah liter kali. Pokoknya bakal ngerugiin pencurinya deh...

Tapi berkat si Zombie ini Viola jadi gak marah lagi.

Setelah sampai di pertigaan gadis itu malah tertawa-tawa mengingat kejadian menegangkan sekaligus memalukan kami ketika di jalan.

Terima kasih Zombie...

Kebobrokan lu ternyata membawa keselamatan bagi hubungan kami..

Keep bobrok bro...

Salam...

Blaaaaaaaarrrrrr!!!!!

Continue Reading

You'll Also Like

13.9K 230 11
cerita ini banyak memakai kata kata kasar dan bahasa terkadang baku ⚠️peringatan dimohon untuk tidak meniru perilaku atau perkataan dari cerita ini...
32.9K 6.5K 20
🚫 𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐩𝐥𝐚𝐠𝐢𝐚𝐫𝐢𝐳𝐞 𝐭𝐡𝐢𝐬 𝐰𝐨𝐫𝐤𝐬. | Sungjake | ABO | Demon | Kebangkitan sosok momok masa lalu setelah lama tertidur jauh dibawa...
16.8K 1.3K 2
"Ma... Bila tempatku berpijak tidaklah sejajar dengan saudaraku yang lain. Tolong jangan anggap aku gagal." _Lio
12.2K 1.2K 27
menceritakan regie yang menyukai seorang ketos di sekolah nya,dan cinta yang bertepuk sebelah tangan karena ketos yang ia sukai menyukai orang lain y...