Reverse (Every scar has a sto...

By FreeSpirit220190

8.9K 704 14

Gandhi, seorang dokter bedah syaraf yang sukses di usia muda terobsesi untuk mencari Senja. Sahabat masa keci... More

When We First Met
Best Friends
Fight
Last Birthday
It Was Never Been The Same Anymore
Lost
Moving On
False Alarm
Everything Has Changed
Malibu
Gone Girl
Going Home
Dad
Back To Work
Trouble Maker
Temptation
Mad
Guilt
Scars
Counseling
Hello, My Friend We Meet Again
Nostalgia
Torn Apart
Almost
New Chapter
Choices
Ready To Go
The Big Day
The Ugly Truth
Let Go
My Kind Of Happy Ending

Forgiven Not Forgotten

288 23 0
By FreeSpirit220190

"Jadi bagaimana kondisi Senja?"

Satu tahun kemudian, Gandhi sudah duduk berhadapan dengan seseorang yang memberi penjelasan padanya, tentang kondisi perkembangan Senja sekarang.

"Sudah jauh lebih membaik. Gue melihat dia sudah banyak kemajuan. Tapi kita harus tetap waspada, mengingat kondisinya sekarang."

Ren memberikan hasil pemeriksaan terakhirnya pada Senja, yang dibaca oleh Gandhi dengan raut wajah serius.

"Untuk sementara kita terpaksa harus menghentikanan pengobatannya, Dhi. Gue rasa ini masih aman, ada baiknya juga karena kita bisa melepaskan Senja dari ketergantungan obat-obatan. Tapi kalau ada apa-apa tolong elo laporin ke gue yah?"

"Oke, Ren."

Sebelum Gandhi berpamitan dan beranjak pergi dari tempat duduknya, Ren memanggilnya kembali.

"Hei. Selamat sekali lagi atas pernikahan lo, ya Dhi. I'm happy for you, Cousin."

"Thank's, Brother."

Ren mengucapkannya dengan senyum yang tulus, yang dibalas sepupunya itu dengan senyum yang sama. Gandhi pun melambaikan tangannya sebelum menghilang dari balik pintu ruangan milik Ren.

Sepeninggal Gandhi, suster perawat kepercayaan Ren memasuki ruangan untuk meminta tandatangan di beberapa dokumen yang penting.

"Dokter, apa itu tadi Dokter Gandhi?" tanya suster itu dengan penuh penasaran pada Ren.

"Iya, itu Dokter Gandhi sepupu saya. Kenapa Sus?"

"Ya ampuuun, jadi beneran itu Dokter Gandhi, Dok? Duh, ganteng banget ya Dokter Gandhi!"

"Hei, hei, Sus. Saya jadi tersinggung lho, memangnya saya kurang ganteng ya dibandingkan dengan sepupu saya?" canda Ren yang dibalas dengan gelak tawa dari asistennya.

"Hahaha bukan begitu Dokteer... Tapi Dokter Gandhi tuh idola di sini. Kisah cintanya sama Istrinya sudah jadi legenda di rumah sakit ini, Dok."

"Maksudnya, Sus?"

"Ya itu Dok, Dokter Gandhi hebat ya masih mau menikahi Istrinya yang juga mantan pasiennya dan punya penyakit... gitu lah Dok."

Asisten Ren berkata malu-malu tidak enak mengatakannya sambil terus melanjutkan celotehnya, "Tapi denger-denger ceritanya tragis ya, Dok. Bapak Dokter Gandhi ternyata adalah pembunuh Ibu Istrinya, terus Bapaknya juga hampir membunuh Istrinya sendiri yang sekarang dipenjara karena perbuatannya. Seperti drama Korea saja."

Ekspresi Ren sempat berubah muram. Tapi Ren terlalu pintar untuk menyembunyikannya di depan asistennya, sehingga ia pun menggantinya dengan senyum yang ramah dan mempesona.

"Sudah, sudah. Jangan bergosip mulu ah, Sus. Suster kebanyakan nonton drama Korea deh. Sudah semua tandatangannya?"

"Sudah, Dok."

"Oke kalau begitu terimakasih, ya."

***

Setahun yang lalu, Florence memasuki ruangan gelap yang dikelilingi jeruji besi sebelum dipersilahkan masuk ke dalam ruangan khusus dimana ia akan menemui calon kliennya.

"Selamat sore." sapa Flo berkata dengan formal kepada calon kliennya.

"Florence." kata lelaki tua itu dengan wajah terkejut setelah mengetahui siapa gerangan yang tengah mengunjunginya setelah sekian lama mendekam di penjara tersebut.

Sosok lelaki yang dulunya selalu berpenampilan perlente itu kini tampak lusuh dan tidak terawat. Sebetulnya Flo cukup merasa iba padanya, tapi ia berusaha bersikap profesional. Flo terbiasa menghadapi situasi seperti ini, jadi ia sudah bertekad akan menjalaninya seperti kasusnya yang lain.

"Mulai sekarang, saya yang akan menjadi kuasa hukum Anda." ujar Flo sembari membenarkan kacamata minusnya, menjelaskan pada kliennya yang sekarang termenung di hadapannya.

"Perlu saya beritahukan kalau tuntutan yang dibebankan pada Anda cukup berat. Anda tidak hanya dikenai pasal pembunuhan yang Anda lakukan lima belas tahun yang lalu, tapi juga dijerat dengan percobaan pembunuhan dan upaya untuk menghilangkan bukti kejahatan. Saya mungkin tidak bisa membebaskan Anda dari sini, tapi yang bisa saya lakukan hanyalah membantu mengurangi masa hukuman Anda."

"Flo... apa Gandhi yang mengirim kamu ke sini?"

Ayah Gandhi yang juga merupakan mantan calon ayah mertuanya itu tidak mengindahkan apa yang sudah dijelaskannya panjang lebar. Tapi ia hanya tertarik untuk menanyakan tentang kabar anak lelaki satu-satunya itu padanya.

"Ya, Gandhi yang mengirim saya ke sini. Gandhi meminta tolong pada saya untuk menangani kasus Anda."

Ingatan Florence melayang ketika Gandhi pertama kali menemuinya kembali, usai keributan yang terjadi pada resepsi pernikahan mereka. Gandhi meminta maaf padanya dan mengatakan bahwa ia tidak bisa lagi melanjutkan pernikahan mereka.

Anehnya berbeda dari sebelumnya, kali ini Flo tidak meledak dan tidak berniat untuk menghentikannya.

Setelah menyaksikan bagaimana Gandhi betul-betul mencurahkan segalanya untuk menyelamatkan Senja, juga pembicaraannya dengan Ren kala itu, Flo akhirnya dapat melepaskan kepergian Gandhi dengan ikhlas.

Apa yang dikatakan Ren memang benar. Meskipun Flo sangat mencintai Gandhi, tapi semua itu tidak berarti apa-apa jika yang dilakukannya ini hanya akan semakin menyakitinya.

Tidak mudah bagi Flo untuk menghapus perasaannya pada Gandhi. Ia masih sangat mencintainya. Tapi Flo juga tidak bisa membencinya karena ia tahu Gandhi tidak pernah bermaksud jahat padanya. Ia pun akhirnya memutuskan hanya akan menjadi teman baik Gandhi.

Saat Gandhi memintanya untuk membela ayahnya di pengadilan, sekali lagi Flo merasa tersentuh dengan kebaikan hati mantan kekasihnya.

Sejahat apapun ayahnya dan seburuk apapun perbuatannya, Gandhi tetap menganggapnya sebagai seorang ayah. Itulah mengapa Flo tidak bisa menolak permintaan Gandhi, sehingga jadilah ia berada di sini sekarang.

"Sebelum datang ke sini, Gandhi meminta saya mengatakan sesuatu pada Anda."

Ayah Gandhi mendongakkan kepalanya. Mengharap Flo akan mengatakan sesuatu dari anak semata wayangnya yang mungkin akan bisa menenangkannya. Walaupun ia tidak tahu pasti apa yang akan dikatakannya.

Sejak ia menembak kepala Senja, gadis yang merupakan anak dari kekasih masa lalunya yang telah dibunuhnya, juga seseorang yang ternyata sangat dicintai oleh anak lelakinya. Ia belum pernah bertemu lagi dengannya.

"Gandhi bilang pada saya kalau dia tidak akan pernah bisa melupakan perbuatan Anda. Anak Anda masih belum bisa menemui Anda karena dia tidak sanggup untuk melihat wajah Anda."

Lelaki dengan baju tahanan kusut yang wajahnya tampak dua kali lebih tua dari usia sebenarnya itu menunduk dengan lesu. Ia tahu kalau perbuatannya memang tidak bisa termaafkan. Ayah Gandhi bisa menerimanya jika anaknya itu tidak akan mau menemuinya lagi sampai kapanpun.

"Tapi Gandhi ingin saya menyampaikan pada Anda... kalau dia sudah memaafkan perbuatan Anda."

Ayah Gandhi yang tadinya sudah tertunduk putus asa terpaku mendengar ucapan Florence.

"Karena itu Anda harus hidup dengan baik dan menjalani hukuman Anda dengan ikhlas. Gandhi berharap Anda menjaga kesehatan Anda, sementara Gandhi akan berusaha keras untuk membantu Anda tetap nyaman di dalam sana."

Tanpa sadar perkataan Flo membuat ayah Gandhi menitikkan airmatanya. Ia tidak bisa berkata-kata lagi.

Ayah Gandhi sungguh merasa menyesal. Waktu itu ia terlalu ketakutan gadis itu akan mengambil nyawanya karena amarahnya yang tidak terkendali serta rasa dendam akan kematian Ibunya.

Jadi ia tidak berpikir panjang saat mengambil pistol itu untuk menembaknya. Lebih baik melukai daripada dilukai lebih dulu.

Tapi Ayah Gandhi tidak pernah berpikir kalau tindakannya itu akan membuatnya kehilangan miliknya yang paling berharga, yaitu rasa cinta dari anak lelakinya satu-satunya.

Sekarang semuanya sudah terlambat. Apapun yang ia lakukan tidak akan bisa mengubah segalanya. Lelaki tua itu pun terus menangis menyesali perbuatannya, sementara Flo berusaha menguatkan hatinya.

"Flo... bagaimana keadaan Gandhi sekarang, apakah dia baik-baik saja?"

Sebelum Flo berpamitan untuk meninggalkannya, lelaki itu sempat memanggilnya untuk menanyakan kabar Gandhi.

"Ya, Anda tidak perlu khawatir. Dia baik-baik saja dan sudah hidup berbahagia dengan Istrinya sekarang."

***

Continue Reading

You'll Also Like

6.5M 179K 55
⭐️ ᴛʜᴇ ᴍᴏꜱᴛ ʀᴇᴀᴅ ꜱᴛᴀʀ ᴡᴀʀꜱ ꜰᴀɴꜰɪᴄᴛɪᴏɴ ᴏɴ ᴡᴀᴛᴛᴘᴀᴅ ⭐️ ʜɪɢʜᴇꜱᴛ ʀᴀɴᴋɪɴɢꜱ ꜱᴏ ꜰᴀʀ: #1 ɪɴ ꜱᴛᴀʀ ᴡᴀʀꜱ (2017) #1 ɪɴ ᴋʏʟᴏ (2021) #1 IN KYLOREN (2015-2022) #13...
190M 4.5M 100
[COMPLETE][EDITING] Ace Hernandez, the Mafia King, known as the Devil. Sofia Diaz, known as an angel. The two are arranged to be married, forced by...
3.2M 133K 59
The story of Abeer Singh Rathore and Chandni Sharma continue.............. when Destiny bond two strangers in holy bond accidentally ❣️ Cover credit...
1.7M 17.3K 3
*Wattys 2018 Winner / Hidden Gems* CREATE YOUR OWN MR. RIGHT Weeks before Valentine's, seventeen-year-old Kate Lapuz goes through her first ever br...