Temptation

241 22 0
                                    

"Elo bener, Dhi. Temen lo itu bermasalah. Gue ingetin ya, hati-hati sama dia."

Ren sempat memperingatkannya sebelum berpamitan pulang dari rumahnya. Kejadian hari ini memang memaksa mereka berdua menyeret Senja yang mabuk berat untuk meninggalkan klub malam itu dan mengembalikannya ke kamarnya.

Sepupunya itu menguliahinya dengan berbagai macam teori psikologi yang tidak ia mengerti. Tapi Gandhi tidak terlalu mengindahkannya, sebab perhatiannya hanya tercurah pada kondisi sahabatnya itu yang kini tertidur di kamarnya seperti orang mati.

Setelah melepas kepergian Ren, Gandhi menunggui Senja di kamarnya yang masih tidak sadarkan diri. Dengan raut wajah bingung Gandhi mencoba berpikir ulang tentang sahabatnya itu. Mengapa ia menjadi liar seperti ini sekarang? Apakah membawanya pulang ke rumah adalah suatu kesalahan?

Gandhi mulai terpikir apa lebih baik menyewa rumah kontrakan atau apartemen saja untuknya. Mungkin tinggal bersama dengannya dan ayahnya membuat Senja tidak nyaman. Gandhi memiliki cukup uang untuk mewujudkannya. Namun sepertinya itu juga bukan merupakan pilihan yang bijak. Keadaan Senja sekarang sama sekali tidak memungkinkan untuk ditinggal sendirian.

"Dhi,"

Sepintas, Gandhi seperti mendengar Senja menyebutkan namanya. Apa gadis itu sedang mengigau dalam tidurnya?

"Ja? Kamu sudah sadar?" bisik Gandhi menenangkannya, sembari beringsut mendekati pembaringan Senja. Tapi suaranya justru mendorong Senja untuk memeluknya secara tidak sadar.

"Hei, Ja-"

Tersentak dengan gerakan yang begitu tiba-tiba, Gandhi malah jatuh di sisi Senja dalam keadaan setengah mendekapnya. Gandhi yang terkejut berusaha menjauh darinya, namun Senja tidak mau melepaskan genggaman tangannya. Ia malah semakin mempererat pelukannya.

Dalam jarak sedekat ini Gandhi bisa melihat dengan jelas wajah Senja yang polos di depannya. Ketika tubuh Senja menyentuh tubuhnya, Gandhi merasa jantungnya berdetak dua kali lipat lebih kencang dan miliknya yang ada di bawah sana mengeras tanpa bisa dikendalikan olehnya.

Astaga. Apa yang sedang dipikirkannya? Cepat-cepat Gandhi mengusir pikirannya yang mulai melayang kemana-mana. Sebagai lelaki normal, sulit memang melepaskan diri dari pesona seorang gadis yang bersentuhan dengannya dan terbaring tak berdaya di sisinya.

"Please... stay." ucap Senja kemudian, memohon dengan lirih sebelum benar-benar larut dalam tidur lelapnya.

Mendengarnya, Gandhi jadi tidak tega meninggalkannya. Tidak tahu kenapa, bukannya keluar dari kamarnya tapi ia malah bertahan di sisi Senja. Membiarkan gadis itu memeluknya, sembari menahan naluri lelakinya yang membuatnya tersiksa sampai kesadarannya sendiri menghilang ditelan rasa kantuk yang menyerang dirinya.

***

"GANDHI! BANGUN!!!"

Pagi-pagi sekali Gandhi dikejutkan dengan suara seseorang yang familiar di telinganya. Membangunkannya dengan nada mengamuk, yang membuatnya melonjak seketika itu juga.

Florence?

Oh, cr*p.

Gandhi benar-benar lupa akan keberadaan kekasihnya. Belum lagi ia menyadari posisinya saat ini memang terkesan mencurigakan bagi siapapun yang tengah melihatnya. Gandhi berada di tempat tidur dengan gadis lain yang bukan kekasihnya.

Entah mengapa, Gandhi merasa seperti sedang tertangkap basah berselingkuh padahal ia tidak melakukan apa-apa.

Tapi benarkah ia tidak melakukan apa-apa?

Bodohnya, Gandhi sempat mengecek tubuhnya yang berada di bawah selimut ternyata ia masih berpakaian lengkap.

Berarti benar, mereka berdua memang tidak melakukan apa-apa. Gandhi hanya tidak sengaja tertidur di ranjang yang sama dengan Senja sampai Florence menemukannya.

Mendengar keributan itu, Senja agaknya mulai terusik hingga membukakan matanya. Dalam keadaan mengantuk dan pusing karena hangover ia masih belum mengerti benar apa yang sedang terjadi pada dirinya.

"Flo!"

Begitu kesadarannya terkumpul, Gandhi langsung mengejarnya yang sudah terisak-isak menangisi kekecewaannya.

"Aku nggak percaya kamu tega banget sama aku!"

"Flo, dengerin aku dulu! Semua ini nggak seperti yang kamu lihat, Sayang!"

"Padahal aku ke sini mau minta maaf sama kamu! Ren bilang kamu nggak ada apa-apa sama Senja, tapi ternyata apa! Kamu pembohong!!"

"Flo! Aku memang nggak ada apa-apa sama Senja Sayang, beneran!"

"Bohong! Aku nggak percaya lagi sama kamu, mulai sekarang kita putus!!"

Flo terlanjur membanting mobilnya sebelum Gandhi sempat menjelaskan semuanya. Kekasihnya itu segera memacu porsche merah miliknya. Meninggalkan Gandhi yang termenung di halaman rumahnya dan tak tahu harus melakukan apa.

*** 

Reverse (Every scar has a story)Where stories live. Discover now