Forgiven Not Forgotten

287 23 0
                                    

"Jadi bagaimana kondisi Senja?"

Satu tahun kemudian, Gandhi sudah duduk berhadapan dengan seseorang yang memberi penjelasan padanya, tentang kondisi perkembangan Senja sekarang.

"Sudah jauh lebih membaik. Gue melihat dia sudah banyak kemajuan. Tapi kita harus tetap waspada, mengingat kondisinya sekarang."

Ren memberikan hasil pemeriksaan terakhirnya pada Senja, yang dibaca oleh Gandhi dengan raut wajah serius.

"Untuk sementara kita terpaksa harus menghentikanan pengobatannya, Dhi. Gue rasa ini masih aman, ada baiknya juga karena kita bisa melepaskan Senja dari ketergantungan obat-obatan. Tapi kalau ada apa-apa tolong elo laporin ke gue yah?"

"Oke, Ren."

Sebelum Gandhi berpamitan dan beranjak pergi dari tempat duduknya, Ren memanggilnya kembali.

"Hei. Selamat sekali lagi atas pernikahan lo, ya Dhi. I'm happy for you, Cousin."

"Thank's, Brother."

Ren mengucapkannya dengan senyum yang tulus, yang dibalas sepupunya itu dengan senyum yang sama. Gandhi pun melambaikan tangannya sebelum menghilang dari balik pintu ruangan milik Ren.

Sepeninggal Gandhi, suster perawat kepercayaan Ren memasuki ruangan untuk meminta tandatangan di beberapa dokumen yang penting.

"Dokter, apa itu tadi Dokter Gandhi?" tanya suster itu dengan penuh penasaran pada Ren.

"Iya, itu Dokter Gandhi sepupu saya. Kenapa Sus?"

"Ya ampuuun, jadi beneran itu Dokter Gandhi, Dok? Duh, ganteng banget ya Dokter Gandhi!"

"Hei, hei, Sus. Saya jadi tersinggung lho, memangnya saya kurang ganteng ya dibandingkan dengan sepupu saya?" canda Ren yang dibalas dengan gelak tawa dari asistennya.

"Hahaha bukan begitu Dokteer... Tapi Dokter Gandhi tuh idola di sini. Kisah cintanya sama Istrinya sudah jadi legenda di rumah sakit ini, Dok."

"Maksudnya, Sus?"

"Ya itu Dok, Dokter Gandhi hebat ya masih mau menikahi Istrinya yang juga mantan pasiennya dan punya penyakit... gitu lah Dok."

Asisten Ren berkata malu-malu tidak enak mengatakannya sambil terus melanjutkan celotehnya, "Tapi denger-denger ceritanya tragis ya, Dok. Bapak Dokter Gandhi ternyata adalah pembunuh Ibu Istrinya, terus Bapaknya juga hampir membunuh Istrinya sendiri yang sekarang dipenjara karena perbuatannya. Seperti drama Korea saja."

Ekspresi Ren sempat berubah muram. Tapi Ren terlalu pintar untuk menyembunyikannya di depan asistennya, sehingga ia pun menggantinya dengan senyum yang ramah dan mempesona.

"Sudah, sudah. Jangan bergosip mulu ah, Sus. Suster kebanyakan nonton drama Korea deh. Sudah semua tandatangannya?"

"Sudah, Dok."

"Oke kalau begitu terimakasih, ya."

***

Setahun yang lalu, Florence memasuki ruangan gelap yang dikelilingi jeruji besi sebelum dipersilahkan masuk ke dalam ruangan khusus dimana ia akan menemui calon kliennya.

"Selamat sore." sapa Flo berkata dengan formal kepada calon kliennya.

"Florence." kata lelaki tua itu dengan wajah terkejut setelah mengetahui siapa gerangan yang tengah mengunjunginya setelah sekian lama mendekam di penjara tersebut.

Sosok lelaki yang dulunya selalu berpenampilan perlente itu kini tampak lusuh dan tidak terawat. Sebetulnya Flo cukup merasa iba padanya, tapi ia berusaha bersikap profesional. Flo terbiasa menghadapi situasi seperti ini, jadi ia sudah bertekad akan menjalaninya seperti kasusnya yang lain.

Reverse (Every scar has a story)Where stories live. Discover now