The Big Day

265 21 0
                                    

"Ren, aku ke toilet dulu ya."

Senja pamit pergi ke toilet pada Ren ketika memasuki pelataran hotel yang menjadi tempat resepsi pernikahan Gandhi.

"Oke, Ja. Aku tunggu di sini, ya."

Hotel berbintang lima yang disewa oleh keluarga sepupunya itu penuh sesak oleh tamu yang berdatangan. Ballroom hotel telah disulap menjadi tempat resepsi yang mewah. Sekaligus altar untuk melakukan pemberkatan pernikahan.

Flo berasal dari keluarga pengacara ternama. Ayahnya seorang hakim, sedangkan ibunya bekerja sebagai notaris terkenal. Florence sendiri membuka firma hukumnya yang cukup sukses karena banyak memenangkan kasus sulit di pengadilan.

Sementara Gandhi sendiri dokter bedah syaraf yang juga berasal dari keluarga kaya-raya. Tidak heran apabila pernikahan ini diadakan secara besar-besaran. Tamu-tamu yang datang pun bukan orang sembarangan. Para pengusaha, pejabat, beserta kolega masing-masing keluarga berkumpul jadi satu di sana.

Ren cukup memahami mengapa Flo jadi sangat histeris waktu Gandhi akan membatalkan pernikahan mereka. Selain rasa cintanya yang besar pada sepupunya, perkawinan ini juga menyangkut keluarga besar mereka.

Baik keluarga Gandhi maupun Flo sudah sama-sama senang dengan perkawinan anak-anak mereka. Keluarga Flo yang juga memiliki bisnis properti cukup besar, bahkan sudah menjalin beberapa kerja sama dengan ayah Gandhi untuk memperluas investasi mereka.

Menurut ayahnya, latar belakang keluarga Florence sangat sempurna. Itulah mengapa ayah Gandhi begitu menentang apabisa terjadi sesuatu yang bisa menghancurkan pernikahan mereka. Ren tidak bisa membayangkan betapa kacaunya kedua keluarga ini jika Gandhi betul-betul membatalkannya.

Walaupun ia yakin sepupunya sebenarnya tidak peduli akan semua itu. Sejak dulu Gandhi tidak tertarik sama sekali dengan kekayaan keluarga mereka. Ia hanya berdedikasi pada pekerjaannya sebagai dokter untuk menolong banyak orang.

Mengapa demikian? Semua itu ada hubungannya dengan adiknya. Dari kecil Gandhi sudah bercita-cita menjadi dokter supaya bisa mengobati Rinjani, adik kembarnya. Bagi Gandhi meski ia tidak pernah memiliki kesempatan untuk menyembuhkan adiknya, paling tidak ia bisa membantu orang lain yang membutuhkan pertolongannya.

"Ren!"

Mendengar suara sepupunya itu memanggilnya, Ren tak bisa menahan diri untuk menghampirinya.

"Hai! Ngapain lo di sini, Dhi?" sapa Ren pada sepupunya.

"WO (Wedding Organizer) gue udah nyuruh gue siap-siap. Bentar lagi acara mau dimulai." jawab Gandhi sekenanya.

Ren menggumam paham. Sebentar lagi tiba waktunya untuk Gandhi dan tunangannya memasuki ballroom, berjalan di altar untuk mengucapkan janji pernikahan mereka. Tapi Ren tidak melihat Florence ada di sana.

"Flo mana?" tanya Ren penasaran.

"Lagi dibenerin make up-nya, nanti juga nyusul ke sini kok."

Sikap Gandi tampak begitu tenang. Ren betul-betul salut padanya. Ia bisa menyembunyikan perasaannya yang tidak bahagia di depan banyak orang. Siapa pun yang menemukannya pasti tidak menyangka kalau dia menyimpan wanita lain di hatinya selain calon istrinya.

"Elo beneran yakin mau ngelakuin ini Dhi?" Ren menanyainya sekali lagi. Hanya mereka berdua yang mengerti arah pembicaraan ini. Sedangkan Gandhi hanya menjawabnya dengan senyum yang kalem.

"Ya, gue nggak pa-pa Ren. Don't worry about me." Gandhi menenangkannya sebelum mengajaknya bicara lagi, "Lo ke sini sendirian aja?"

Astaga. Ren hampir melupakan keberadaan Senja. Sudah beberapa menit berlalu tapi Senja belum juga datang mencarinya. Ren bertanya-tanya apakah dia tersesat, sehingga langsung mencoba menelponnya.

Reverse (Every scar has a story)Where stories live. Discover now