Lost

245 21 0
                                    

Entah Senja harus gembira atau bersedih mendengar berita ini. Dokter mengatakan kalau Gandhi sudah melewati masa kritisnya, tapi sampai sekarang ia masih belum membukakan matanya.

Menurut dokter yang menanganinya kondisi ini bisa berlangsung dalam waktu berbulan-bulan, juga bisa dalam beberapa hari saja. Tidak ada yang bisa memastikan kapan Gandhi akan terbangun dari tidurnya.

Percobaan bunuh diri Gandhi yang menuai keributan dari kedua orangtuanya, sudah berangsur-angsur menghilang. Ayah dan ibu Gandhi sangat berterimakasih padanya yang telah menyelamatkan anak lelaki mereka yang tinggal satu-satunya.

Senja cuma bisa mengangguk dengan sopan, meski dalam hatinya dipenuhi dengan ketidakpastian. Sebelum Gandhi bangun dari komanya, ia belum benar-benar bisa dipastikan telah selamat.

Dua minggu telah terlewatkan tanpa terasa dan Senja masih menunggui Gandhi di rumah sakit dengan setia.

Hanya saja malam itu ia terpaksa pulang ke rumahnya lebih awal. Ibu Gandhi memaksanya untuk beristirahat. Selain itu, ia juga tidak mau bertengkar dengan ibunya sendiri yang akhir-akhir ini bertambah senewen saja.

Ibu Senja tidak suka dirinya banyak menghabiskan waktu di rumah sakit. Buang-buang waktu saja. Terlebih lagi menurut ibunya, keluarga itu betul-betul pembawa sial. Baru saja anak perempuannya meninggal karena sakit. Sekarang anak lelakinya mencoba menyusulnya dengan bunuh diri.

Berusaha menghapus pikirannya yang terlampau lelah hari ini, Senja baru saja memasuki pelataran rumahnya ketika mendengar ibunya berteriak dan berlari menuju ke arahnya.

"Senja, jangan!"

Peristiwa itu terjadi dengan amat cepat dalam hitungan sepersekian detik. Senja hanya sempat melihat sosok lelaki asing bertopi hitam yang mengarahkan pistol ke arahnya, sebelum menyadari apa yang tengah terjadi padanya.

Pandangan Senja lantas beralih pada ibunya yang kini sudah memeluk dirinya, dengan ekspresi ketakutan akan kehilangan dirinya.

DUARRR!

Sedetik kemudian, semuanya berubah menjadi gelap.

***

Ah.

Gandhi tidak menyangka kalau ia akan bisa membukakan matanya kembali. Tapi jari-jemarinya masih sulit digerakkan. Kira-kira sudah berapa lama ia tertidur seperti ini? Pikir Gandhi dalam hatinya.

Perlahan-lahan, pandangan matanya yang kabur mulai terlihat jelas. Gandhi menemukan sosok ayah dan ibunya, yang menatapnya dengan wajah bahagia seolah ingin menangis.

Setelah Gandhi sudah benar-benar kembali pada kesadarannya, ia baru memahami dimana dirinya berada sekarang. Kamar rumah sakit ini terlihat amat sepi. Sementara ayah dan ibunya terus berusaha menanyainya tentang bagaimana kondisinya.

Namun Gandhi tidak menghiraukannya, sebab hanya ada satu yang menjadi pusat perhatiannya sekarang. "Mana... Sen... ja?" ucap Gandhi dengan lirih, sekuat tenaga menyelesaikan kalimatnya.

Kedua orangtua Gandhi kemudian saling berpandangan. Menurut Gandhi itu adalah tatapan yang membingungkan. Mulai dari situlah Gandhi tersadar, segalanya tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang ia harapkan.

***

Reverse (Every scar has a story)Where stories live. Discover now