Mad

252 21 0
                                    

Sayang, angkat telponnya.

Aku bisa jelasin.

Tolong dengerin aku dulu.

Puluhan chat yang dikirimkan Gandhi pada Florence tidak pernah dibalas. Begitu pula dengan telepon darinya yang tidak sudi untuk diangkatnya.

Kelihatannya, kali ini kekasihnya itu betul-betul marah padanya. Gandhi tidak sepenuhnya menyalahkannya. Sesaat ia memang sempat tergoda pada Senja, dan itu sungguh membuatnya menyesal.

Seharusnya, ia tidak tinggal di kamar Senja malam itu. Seharusnya, Gandhi mengurungkan niatnya meski Senja memohon agar tidak menjauh dari sisinya.

Tapi apa lagi yang bisa ia lakukan? Semuanya sudah terlanjur terjadi di luar kendalinya.

"Gandhi! Ayah dengar kamu bertengkar lagi sama Flo! Apa gara-gara Senja lagi?!"

Belum lagi, Gandhi harus menghadapi omelan dari ayahnya yang turut menghakiminya di telepon. Gandhi beruntung ia tidak harus bertemu muka dengan ayahnya, karena perjalanan bisnis mengharuskannya pergi ke Singapura.

"Ayah, tolong jangan ikut campur. Gandhi bisa selesaikan urusan Gandhi sendiri."

"Tapi, Nak!"

Tuut... tuut...

Telepon sudah terlanjur ditutup olehnya. Gandhi tidak ingin berlama-lama memperpanjang urusan dengan ayahnya.

Gara-gara permasalahan itu, Gandhi bahkan nyaris salah menjahit luka pasiennya. Saking tidak konsentrasinya mengingat perselisihan dengan ayah dan kekasihnya.

"Dokter?"

Beruntung saja seorang suster mengingatkannya, jadi kecerobohannya bisa digagalkan.

"Tolong lanjutkan, Sus. Saya mau cari angin dulu."

Suster yang mendampinginya sampai geleng-geleng kepala keheranan. Tidak seperti biasanya dokter Gandhi yang dikenal jenius itu bisa melakukan kesalahan remeh seperti itu.

Bertepatan dengan Gandhi yang menaruh peralatan medisnya, handphone-nya bergetar kembali.

Kali ini ia menemukan whatsapp dari bi Minah, asisten rumah tangganya. Wanita itu mengabarkan berita yang lagi-lagi membuat jantungnya hampir melompat keluar.

Den Gandhi!

Non Senja kabur lagi!

Gandhi menatap layar ponsel yang ada di hadapannya itu dengan tidak habis pikir.

Again?

Like seriously?

Padahal setelah kejadian itu Gandhi sudah mengambil kartu ATM yang diberikannya pada Senja dengan berat hati. Gandhi terpaksa melakukannya karena tidak ingin Senja membelanjakan uangnya untuk hal-hal seperti itu lagi.

Tapi Senja bukan gadis bodoh. Tentu saja ia sudah mengambil beberapa uang cash dan menyembunyikannya di tempat yang tidak Gandhi ketahui.

Tanpa membuang banyak waktu lagi, Gandhi pun segera mengirimkan pesan balasan pada asisten rumah tangganya lalu mengecek aplikasi find my phone-nya lagi untuk mencari Senja.

Oke Bi, sebentar saya cek dulu.

Benar rupanya. GPS menunjukkan Senja bergerak ke suatu tempat yang tidak Gandhi pahami kemana arahnya.

***

Untuk yang kedua kalinya, Gandhi terpaksa membelah kerumunan muda-mudi yang tengah berpesta-pora di depannya. Diiringi oleh dentuman musik yang memekakkan telinganya.

Reverse (Every scar has a story)Where stories live. Discover now