Ice Girl And The Troublemaker

By ccottonccastle-

90.2K 12.8K 981

[ slow ──banget buat── up ] ❛❛Organisasi dulu, diriku sendiri, baru kamu.❜❜ More

• • I N T R O • •
• IGATT - 1 •
• IGATT - 2 •
• IGATT - 3 •
• IGATT - 4 •
• IGATT - 5 •
• IGATT - 6 •
• Faketagram •
• IGATT -7 •
• IGATT - 9 •
• IGATT - 10 •
• Faketagram •
• IGATT -11 •
• IGATT - 12 •
• IGATT - 13 •
• IGATT - 14 •
• IGATT - 15 •
• IGATT - 16 •
• IGATT - 17 •
• IGATT - 18 •
• IGATT - 19 •
• IGATT - 20 •
• IGATT - 21 •
• IGATT - 22 •
• IGATT - 23 •
• IGATT - 24 •
• IGATT - 25 •
• IGATT - 26 •
• IGATT - 27 •
• IGATT - 28 •
• IGATT - 29 •
• IGATT - 30 •
• IGATT - 31 •
• IGATT - 32 •
• IGATT - 33 •
• IGATT - 34 •
• IGATT - 35 •

• IGATT - 8 •

2.4K 419 14
By ccottonccastle-

"HEH!"

Suara nyaring milik Layla menyeruak di indra pendengaran Heru yang sedang membuka kulkas di dapur. Cowok itu menoleh ke arah Layla yang berdiri di ambang pintu.

"Iya, dek?"

Layla berdecih sambil memutar bola matanya dengan malas. "Gak usah pake ngalus segala lah, sekarang lo kemanain jichu?"

Heru meletakkan botol yang berisi air dingin di atas meja, lalu mengambil sebuah gelas dan menuangkan air ke dalamnya.

"Oh, maksud lo tanaman kaktus kecil kerempeng kesayangan lo itu?" Heru menempelkan bibir gelas dengan bibirnya, mendorong air masuk ke mulutnya. Layla meniup poninya dengan kasar saat melihat kakak laki-lakinya itu begitu santai setelah melakukan kesalahan besar.

"Kalo lo bukan kakak gue, mungkin lo tinggal nama," ucap Layla.

Cowok itu meletakkan kembali gelasnya ke atas meja, kemudian menatap adik perempuannya. "Layla, kok lo jadi nakal sih sama kakak sendiri?"

"Halah kayak lo gak nakal aja."

Cowok itu melotot. "Nggak kok. Kata siapa? Orang ganteng, tidak sombong, dan rajin menabung kaya gini masa dikatain nakal."

Layla melipat tangannya di dada, lalu membuat gerakan seperti ibu kos yang menghitung bayaran. "Banyak degem, suka males ngerjain tugas, PHP-in anak orang. Lo pikir gue nggak tau?"

Heru tersedak air liurnya sendiri. "Sok tau lo bocil."

Cowok itu membuat gerakan mencuci gelas di wastafel dengan canggung. Kenapa bocil ini sudah besar dan tahu semua tingkah laku jeleknya sih? Sedangkan bocil yang dimaksud, Layla, masih berdiri di tempatnya.

"Gue bukan anak kecil lagi, njir."

Sosok berbadan tegap yang sedang meletakkan gelas di rak pun menoleh dengan cepat. "Layla, languange."

Layla duduk di hadapan meja makan dengan wajah tertekuk. Ia menopang dagunya dengan punggung tangan. Heru lantas menyusul duduk di seberangnya. "Kenapasih sayang banget sama jichu?"

"Gak tahu."

Heru mengangkat sebelah alisnya. "Why? Lo pasti punya alasan khusus sampe bisa sayang banget sama tuh kaktus kerempeng."

"Because, rasa sayang dan spesial itu nggak memerlukan alasan."

Jidat Layla di sentil oleh Heru, ia meringis kesakitan. "Bisa aja. Si jichu kemaren-kan lo taro di jendela dapur, dan potnya pecah karena jatoh kesenggol sama Less."

Less, kucing hitam-putih milik Heru yang sudah ia rawat sejak bayi. Diam-diam, meskipun di luar Heru terlihat seperti berandalan di kampusnya, tapi jika dirumah, ia adalah sosok yang penyayang. Terlebih kepada Layla yang menjadi tanggung jawabnya karena orang tua mereka yang bekerja di luar kota. Ditambah dirinya yang seorang mahasiswa semester dua. Otomatis, dirinya juga terkadang disibukkan dengan kegiatan kampusnya.

Ia mengelus surai panjang Layla dengan lembut. Layla yang masih kekanak-kanakan itu pasti akan menangis karena jichu telah tiada. Sebuah tanaman kaktus kecil yang amat disayanginya. Well, sebenarnya ia juga menyukai jichu karena bentuknya yang imut, meskipun sering ia panggil dengan kaktus kerempeng.

"Nanti kita cari penggantinya jichu, mau?"

Layla menggeleng. "Gak mau ah. Tempat jual kaktusnya ngelewatin rumahnya Benua."

"Terus? Masalahnya di mana?" cowok itu mengernyit bingung sambil meraih potongan apel di atas meja. Tak lupa ia sodorkan pada Layla.

"Benua sering jegatin sahabat-sahabatnya Lalisa cuman buat nanyain tentang Lalisa ke kita. Yah, bukannya pelit karena punya temen famous, tapi kadang yang dia tanyain gak masuk akal," ucap Layla.

"Contohnya?"

"Ya gitu. Mending kalo dia nanya 'cowok idaman Lalisa?' kayak di novel-novel gitu. Ini, masa dia nanya 'apa kegantengan gue udah bertambah? Lalisa pasti luluh hari ini' gitu!"

Heru terkikik geli dengan mulut penuh potongan apel. "Itu berarti dia memakai prinsip love myself kali."

Layla mengibaskan tangannya di depan wajah. "Love myself? Benua ngerasa kalau dia bisa jadi cowok idaman Lalisa dengan jadi dirinya sendiri? Bhaks. Jiwa berandalan gitu, kayak Kakak."

Heru mengangkat bahu sambil memperhatikan potongan apel di piring. "Menurut gue sih, kayaknya tipe ideal Lisa gak jauh-jauh dari Alfa."

Layla tersedak potongan apel yang sedang dikunyahnya. Reflek, Heru menyodorkan air minum. Setelah acara batuk-batuk milik Layla selesai, ia melancarkan tatapan yang tak dapat diartikan kearah cowok yang juga telah menatap kearahnya.

"Si kuyang khayangn kenapa harus dibawa-bawa segala sih?" ucap Layla dengan nada sinisnya.

Heru, cowok itu melipat tangannya diatas meja, dengan tatapan yang masih berfokus pada Layla. "Yah, si kuyang khayangan itu kan pernah jadi bagian penting dalam hidup Lalisa."

Layla yang hendak mengajukan protes mendadak bungkam oleh ucapan Heru.

"Kalau efek rasa sakit yang Alfa kasih ke Lalisa sebesar itu, berarti secara logika Alfa sudah punya peran penting dalam hidupnya. Dan otomatis, seberapa pun Lalisa menolak, bukannya nggak mungkin buat mereka nggak bakalan bareng-bareng lagi."

Layla seketika terdiam sebentar. "Tapi Lalisa bukan tipe orang yang gampang gamon kayak lo."

"Gue mana pernah gamon."

••••

Alfa meremat kaleng soda kosong miliknya sebelum melemparnya masuk ke tempat sampah bandara Soekarno-Hatta.

Ia baru sampai dari sebuah tempat, yang sukses menutupi keberadaannya empat tahun belakangan ini. Sebuah tempat yang mampu membuatnya seakan terlepas dari segala beban yang ia tinggalkan di Indonesia, tempat kelahirannya.

Jika kala itu ia pergi dengan tujuan melepaskan beban, tapi kali ini ia kembali lagi, dengan tujuan ingin memikul kembali beban itu, karena ia merasa ada sesuatu yang harus diluruskan.

Ini mengenai Lalisa.

Ya, cewek yang telah bersamanya──dulu── itu-lah alasannya kembali. Kurung waktu empat tahun lantas membuatnya sadar satu hal, bahwa ia telah membuat cewek itu hancur sedemikian rupa, bahwa ia adalah sosok gelap dalam kenangan Lalisa.

Kalaupun Lalisa tidak bisa menerimanya lagi, tapi setidaknya ia sudah minta maaf. Balasan 'ya' dari cewek itu sudah cukup untuk mengembalikan kembali jiwa-nya yang selama ini seakan ada dan tiada.

Alfa membenarkan topi diatas kepalanya lalu menarik kopernya menuju taxi yang sudah menunggu.

Saat ini, tekadnya telah kuat. Bahwa keputusannya untuk kabur dari tempat itu dan kembali lagi ke Indonesia adalah pilihan yang tepat. Setidaknya, sampai ia bisa bertemu dengan Lalisa.

Continue Reading

You'll Also Like

91.5K 8K 82
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
81.6K 12.1K 28
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
246K 19.5K 94
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
755K 75.6K 53
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...