#PacarAnakBand

By mockingjaybirdx

349K 38K 5.1K

Rintik Senja April (April) Suka Jeffri, namanya, dan ujan-ujanan di motor. Kinara Bintang Rahayu (Kinar) Satu... More

Fe dan Bram #1
Alisha dan Dodi #1
April dan Jeff #1
Kinar dan Satria #1
Vidia dan Wira #1
Acknowledgement
HP April Ilang?!
Lisha Nonton Dodi Manggung
Fe Jadi Supporter
Foto Masa Kecil Satria
Kejutan Ulangtahun Wira
Author's Note: Ngobrol Bareng Janu
April Kecelakaan
Fe Kebingungan
Dodi Cemburu
Satria Menyerah
Dilema Vidia
Kencan Fe dan Bram
Hari Jadi Kinar dan Satria
Weekend Bersama April dan Jeff
Alisha dan Dodi Kondangan
Vidia dan Wira: Akhir
Bonus Chapter: Unseen Transcript #1
Bonus Chapter: Bram & Bram
Bonus Chapter: Selamat Ulang Tahun, Wira
Bonus Chapter - Dodi dan Alisha: An Origin Story
Bonus Chapter: Headache
Types of Kisses: Tender
Types of Kisses: Passionate
Types of Kisses: First-Time
Types of Kisses: Last Kiss

Types of Kisses: Warm

9.4K 861 196
By mockingjaybirdx

Wira

"Dingin ya, Vid?"

Gue berbisik pelan pada Vidia yang tengah duduk di sisi gue di bioskop malam ini, kedua tangannya terlipat rapat di depan tubuhnya yang hanya dibalut blus off-shoulder tipis. Kadang gue suka kepikiran, cewek-cewek kayak dia ini kuat banget ya pakai baju seperti itu di tengah udara yang kebetulan lagi dingin juga, masuk bioskop, dan nggak masuk angin sama sekali.

Kalau gue jadi Vidia, mungkin sampai rumah nanti gue udah dikerokin bolak balik sama Mbok Dar.

"Dikit sih, tapi aku nggak pa-pa kok" Vidia balas berbisik sambil meringis kecil.

Meski begitu, apa yang Vidia lakukan selanjutnya mengkhianati kalimatnya sendiri. Ia merapatkan tubuhnya ke arah gue dengan kedua tangan yang masih terlipat di depan tubuhnya. Tampaknya usaha dia menghalau dingin nggak membuahkan hasil yang signifikan.

Gue menoleh sedikit seraya tersenyum kecil. "Siniin tangan kamu"

Vidia menengadah, menatap gue bingung. "Hah? Buat apa?"

"Siniin aja dulu" pinta gue.

Untungnya Vidia menurut, ia melepaskan lipatan tangannya dan mengulurkan satu ke arah gue. Gue langsung menyambut jemari lentik nan dingin (sumpah dingin banget, gue jadi khawatir dia meriang) miliknya dan membungkusnya dengan tangan gue sendiri. Setelahnya, gue membawa tangan Vidia mendekat ke mulut gue dan meniupinya beberapa saat untuk menghangatkannya.

"Astaga Wira.... Aku kira kamu mau ngapain" Vidia menahan tawanya melihat apa yang gue lakukan, meski dia nggak protes lebih lanjut ataupun menarik tangannya dari genggaman gue.

Ia membiarkan gue menghangatkannya begitu saja.

"Abis, jari kamu dingin banget kayak orang lagi demam" gue beralasan, masih membungkus satu tangannya dengan tangan gue. "Sini, tangan yang satu lagi?"

Vidia menggeleng, namun tetap menyerahkan tangan yang satunya pada gue. Hal yang sama kembali gue lakukan, membungkusnya dengan tangan gue, membawanya mendekat ke mulut, dan meniupkan udara hangat dari sana. Setelah gue rasa dia cukup hangat, gue pun menyudahi apa yang gue lakukan meski nggak serta-merta melepaskan tangan Vidia dari genggaman gue. Buat apa? Gue senang kok menautkan jemari gue dengan miliknya.

Film roman yang kami tonton di layar masih terputar, dan Vidia pun menyandarkan kepalanya di bahu gue.

"Wir," gue mendengernya berbisik pelan beberapa saat kemudian.

"Hm?"

"Ryan Gosling ganteng banget ya..."

Gue menoleh ke arahnya dan tertawa kecil. Gue kecup pucuk kepalanya sebelum mengacak hela-helai rambut panjangnya dengan gemas. Gue kira dia mau ngomong apa, ternyata cuma memuji ketampanan pria lain di depan gue. Untung Ryan Gosling artis, kalo nggak gue pasti udah cemburu.

"Iya, Vid, iya ganteng" jawab gue seraya mengangguk pelan.

"Kalo cowok tuh suka ngakuin cowok lain ganteng nggak sih? Kayak, aku kalo liat itu tuh, Emma Stone, aku akuin dia cantik banget" ia kembali bertanya dengan random.

Gue menoleh ke arahnya sekilas dengan alis terangkat. "Secara publik? Jarang sih... pada masih takut dikira gay kalo muji cowok lain" gue terkekeh pelan sebelum melanjutkan. "Padahal menurutku, muji mah muji aja"

"Ya iya sih..." Vidia mengangguk-angguk pelan. "Tapi kamu pernah nggak? Liat siapa gitu, terus ngakuin kalo 'wah gila ini orang emang ganteng banget'?"

"Hm... pernah" gue berujar.

"Siapa?" Vidia mendongak sedikit saat mengatakannya. "Please, jangan bilang diri kamu sendiri"

Gue hanya tertawa pelan dan kembali mengacak rambutnya. "Nggak la. Ya kali, Vid"

"Terus siapa dong?"

"Mm... some actors?" jawab gue kemudian. "Siapa tuh... yang main di film musikal kesukaan kamu..."

"Mamma Mia? Pierce Brosnan?"

"Nah. Itu. Menurutku untuk ukuran umur segitu, dia bisa dibilang masih... rupawan" gue tersenyum lebar seraya menoleh ke arahnya.

"Pendapat diterima" Vidia mengangguk seolah memberi persetujuan atas jawaban gue dan kembali bersandar di bahu gue. "Pierce Brosnan emang silver fox sih. Masih hot aja padahal udah kakek-kakek" gumamnya melanjutkan, sesuatu yang hanya gue timpali dengan kekehan singkat.

Tangan Vidia bergerak untuk memeluk lengan gue longgar sementara matanya kembali fokus menatap layar. Gue beringsut sedikit, mencari posisi yang nyaman untuk kepalanya yang tersandar di bahu gue.

"Eh, kalo aktris yang menurut kamu cantik, cantiiiiiik banget, siapa, Wir?" tanpa gue sangka Vidia kembali melontarkan pertanyaan.

Menjadi pacar Vidia berarti harus siap senyum-senyum sendiri akibat celetukan-celetukan randomnya yang menggelitik Dan meski sudah bersama selama hampir setahun, ada saat di mana gue rasanya ingin mengutuki diri gue sendiri karena masih aja merasa terkejut dengan tingkat keceriwisan serta spontanitasnya. Ya, seperti sekarang ini lah contohnya.

"Aktris ya..." gue berpikir sejenak sebelum menjawab cepat. "Dian Sastro sih"

Mendengarnya, Vidia malah mengangkat kepalanya dan mencibir dengan bercanda. "Pfft basic"

Gue menoleh ke arahnya dan menatapnya dengan tidak percaya. Tuh 'kan, apa gue bilang.

Diliputi rasa gemas, gue pun menarik tubuhnya mendekat ke arah gue dan menjitak kepalanya pelan. Untung bioskop malam ini cukup sepi, dan kami menonton di baris belakang, jadi apa yang barusan kami lakukan tidak begitu mengganggu penonton lain (yang hanya bisa dihitung dengan jari juga sebenernya).

"Hahahaha aduh ampun, ampun" Vidia berujar dengan gelak tertahan setelah gue usai menjitaki kepalanya. "Abis, semua cowok kalo ditanya aktris cantik jawabannya nggak jauh-jauh dari dia. Atau Pevita. Kayak nggak ada aktris lain aja"

Gue menggeleng pelan dengan tawa yang masih tersisa. "Yaudah, kalo gitu aku jawab Vidia Chrisianti aja gimana?" ujar gue sambil menatapnya serius.

Di luar dugaan gue, Vidia malah mendongak dan membalas tatapan gue dengan senyum terkulum di wajahnya. Kami bertatapan seperti itu untuk beberapa saat sebelum sebuah kesadaran menghantam kepala gue.

Gila, Vidia cantik banget. Makeup tipis yang ia kenakan hari ini membuat wajahnya jadi tampak lebih segar dan manis, pipinya bersemu dengan perona warna pink, dan bibirnya terlihat sedikit basah akibat (katanya sih) lip gloss baru dari Fenty Beauty yang dia kenakan.

Jangan tanya gue Fenty Beauty itu apa, gue iya-iya aja soalnya tadi.

Setengah tersihir oleh manisnya perempuan di sisi gue ini, gue pun menangkup wajahnya dan membelai pipinya lembut dengan ibu jari gue. Vidia menggigit bibirnya sedikit, sebuah tindakan yang justru membuat gue nyaris gila melihatnya.

Musik mendayu-dayu dari film yang masih terputar di depan tampaknya tengah mengindikasikan kalau sang aktor dan aktris sedang terlibat dalam sebuah adegan romantis. Mungkin plotnya sudah mencapai klimaks, entahlah, gue sudah berhenti memperhatikan film ini sejak beberapa menit yang lalu.

Yang mencuri perhatian gue sekarang adalah Vidia, di hadapan gue, dengan wajah cantiknya yang membuat nafas gue tercekat.

Perlahan tapi pasti, gue pun mendekatkan wajah gue padanya. Kedua matanya tertutup seiring menutupnya jarak di antara kami berdua. Tepat sebelum bibir gue menyentuh bibirnya, gue menyempatkan diri untuk berbisik,

"May I?"

Satu anggukan kecil darinya, dan gue melumat habis sisa sentimeter di antara kami berdua. Tangan gue di wajahnya, tangannya mencengkram kemeja gue lembut.

Rasanya gue nggak ingin film ini berakhir.

***

"Wira!"

"Wir!"

"ADHIYAKSA WIRAUSAHA MAIN YOOOOK"

Gue nyaris terjungkal jatuh dari kasur gue saat suara-suara berisik dan menyebalkan itu menginterupsi tidur siang gue. Dengan kedua mata yang masih berbalut kantuk, gue bisa menangkap bayangan 3 orang berdiri di depan pintu kamar gue. Samar, namun gesturnya sangat, sangat familiar.

Bram, Jeff, dan Dodi. Gue pun mendengus kecewa. Sial. Mereka lagi.

"Cuy, tadi Mbok Dar nyuruh kita langsung samperin lo ke kamar aja, yaudah kita ke sini, eh elo-nya ternyata lagi molor..."

"...Wir, di kamar lo nggak ada makanan apa? Laper nih... Eh, apa kita gofood aja? Gue kayaknya baru dapet voucher gratis ongk—"

Dengan satu helaan nafas panjang, gue pun meraih bantal terdekat kemudian melemparnya ke arah mereka bertiga. Setelahnya, gue kembali meringkuk di atas kasur dan membungkus tubuh gue dengan selimut.

Tuhan, bisa minta tolong nggak balikin gue ke mimpi tadi? Atau kalo nggak, ganti tiga cecunguk di depan gue ini jadi Vidia aja deh. Please?

***

"Bang Wira kayaknya lagi sensi banget, belom gajian apa ya? Perasaan honor manggung terakhir udah turun..."

"...Tau, kayak orang belom dijatah aja"

"Lah kan emang kaga ada lagi yang ngejatah, Jeff"

"...iya juga..."

***

A/N:

Barisan sakit hati akibat vidia-wira mana suaranyaaaaaa hehehe maaf ya aku mematahkan harapan kalian lagi. Love you all.

(Yang minta jeff sama bram mohon bersabar, saya juga ngeri2 sedap ini nulisnya)

Continue Reading

You'll Also Like

223K 43.1K 24
TELAH HILANG SATU UNIT KAMERA DSLR Berawal dari hilangnya spaghetti bolognese dikulkas hingga kamera DSLR di sebuah rumah kontrakkan, seluruh penghun...
1M 66.4K 39
SLOW UPDATE [END] Kisah tentang seorang bocah 4 tahun yang nampak seperti seorang bocah berumur 2 tahun dengan tubuh kecil, pipi chubby, bulu mata le...
43.8K 8.3K 30
you take away all my burdens, all the weights that tighten my chest--why don't you take my heart away, too? "yang bekerja keras akan kalah dari yang...
814K 116K 47
Jadi begini. Mbak Laras yang merupakan mahasiswi jurusan Biologi jadi-jadian berpapasan takdir dengan Mas Yanu, mahasiswa Sastra Inggris yang diam-di...