My New Boss #Googleplaybook #...

By AchelliaSugiyono

328K 29.6K 1.5K

#Cerita ini dibuat untuk mengikuti kompetisi Grasindostoryinc 2018. Hai, nama gue Arimbi, dan gue pengen ceri... More

Cast
Prolog
Pangsit Cik Ma
Being a Stalker
Kawinan Mantan
New Boss
Akward
New Rules
Team
Sisterhood
Meet My New Boss
Sofitel Bali
Mulut Singa
Lubang Buaya
THE VILLA
Mid - Night
Back to Office
Hard Day Ever
Bali - Part I
Bali - Part II
BALI PART III
Gala Dinner
Night
Back To Jakarta
You Again
You ?
BAB BARU
Singapore
Day 1
Day 2 - Mid Night
Day 3
Day 4
Day 4 - Part II
Day 5
One Day Left
The Last Day
Camer
What?
Hai
E book or Cetak
The Night Before
My Day
Camilia
Kesepakatan
Jealous
Jealous Video
Hai
Thank You
News !!
POD
Ebook
Giveaway
News
Ralat

Another Reason

8K 837 58
By AchelliaSugiyono

Gue akhirnya terbang ke Singapore sekitar pukul sebelas siang dan sampai di rumah sekitar pukul satu siang. Sengaja gue menyiapkan makanan untuk makan malam meski gue belum memberitahu Ken kalua gue sudah ada di rumah saat ini.

Nyokap berpesan, katanya kalau rumah tangga baru itu ibarat adonan pondasi yang masih basah, masih sangat rapuh, tapi seiring berjalannya waktu, semen dan pasir akan semakin mengeras dan semakin kokoh. Dan sebelum pondasi muda itu hancur, harus ada yang mengalah. Dan satu-satunya kesalahan yang mungkin gue lakukan adalah ketika gue mengatakan bahwa gue hanya akan bertemu dengan temen-temen cewek, sedangkan di tempat itu ada Edwin. Itu mungkin alasan Ken meninggalkan gue begitu saja.

Semua persiapkan sudah gue lakukan dengan semaksimal mungkin, tapi sudah sampai hampir tengah malam Ken tidak memberi kabar. Dia juga belum pulang sampai saat ini. Apa gue harus menyusulnya ke kantor?

Gue coba menghubungi supirnya dan dia mengatakan bahwa Ken masih di kantor. Selarut ini? Apa dia tahu kalau gue bakalan pulang dan sengaja menghindari gue? Apakah dia akan menjadi sangat kekanak-kanakan seperti ini saat dia tidak menyukai sesuatu? Gue memilih untuk masuk ke kamar dan tidur. Mungkin kami memang membutuhkan waktu untuk menyelesaikan masalah ini.

***

Gue terbangun menjelang pagi, dan Ken masih belum terlihat di kamar. Akhirnya gue keluar dari kamar dan mencari Ken di ruang kerjanya. Dia tampak masih sibuk di depan laptop dengan lampu yang tidak menyala seluruhnya. Menyisakan remang-remang pancaran wajahnya yang terlihat karena cahaya laptop yang masih menyala.

Ken menyadari kehadiran gue dan segera menjatuhkan kepalanya ke sandaran kursi.

"Hei." Dia membuka lengannya dan meminta gue mendekat.

Dia bahkan tidak tampak marah sama sekali dengan kejadian kemarin.

Is he ok?

Gue malah berpikir kenapa suami gue mendadak aneh? Dia meninggalkan gue begitu saja di Bandung, sementara dia sibuk bekerja di sini dan gue tinggal dalam rasa bersalah karena sudah sempat mengobrol dengan Edwin tanpa sepengetahuannya, atau mungkin dia tahu.

"Hei, . . . is everyting ok?' Tanya gue begitu mendarat di pangkuannya dan dia menciumi leher gue.

"Hanya ada sedikit masalah tapi sudah teratasi."

"Masalah?" Tanya gue bingung, padahal saat terakhir kami semua masih baik-baik saja.

"Pabrik mengalami kebakaran, tapi tidak terlalu besar. Sudah dalam proses penyelidikan soal penyebab kebakarannya."

"So . . . itu alasan kamu ninggalin aku di Bandung?" Tanya gue shock.

"Sorry, tapi aku sudah minta tolong kakak ipar jemput kamu ke Bandung setelah acara kamu selesai."

"Aku pulang sebelum acara selesai setelah bikin onar di seluruh resort nyariin kamu." Gue memasang wajah cemberut

"Sorry." Dia tampak menyesali perbuatannya, tapi memulai perbuatan lainnya dengan jari-jemarinya yang terampil yang mulai bermain di balik kimono tipis berwarna merah marun yang gue kenakan.

"Aku pikir kamu marah . . ." Gue mengugut bibir.

"Karena kamu ngobrol dengan Edwin?" Sergahnya segera.

"Kamu tahu?" Tanya gue sedikit panik.

"Waktu itu aku ke ruangan untuk kasih tahu kamu soal rencanaku balik ke Singapore, tapi kalian semua lagi asyik ngobrol jadi aku pikir masalah ini nggak perlu ganggu liburan kamu bareng temen-temen kamu. Jadi aku langsung cari taksi untuk balik ke Jakarta."

Iya, gue lupa kalau jet pribadinya di parkir di bandara Soekarno Hatta, itu alasan dia harus balik ke Jakarta dulu sebelum ke Singapore.

"Tapi di perjalanan battery ponsel habis, setelah sampai di Jakarta aku juga buru-buru, aku pikir akan ngabarin kamu kalau aku sudah sampai di Singapore."

"But I swear, udah kasih tahu kakak kamu untuk jemput setelah acara kamu selesai. Aku memang nggak bilang ke mereka untuk ngabarin kamu, aku pikir aku sendiri yang akan jelasin ke kamu. Aku juga nggak kasih tahu mereka soal masalah di sini, karena aku nggak pengen bikin mereka ikut mikir."

Tiba-tiba gue merasa sangat bersalah, suami gue bahkan nggak pernah berpikir buruk soal gue dan Ed. Semua masalah dia pikul sendiri tanpa ingin melibatkan kami keluarganya. Dia hanya ingin berbagi kebahagiaan, bukan penderitaan, dan betapa menyedihkannya gue yang belum bisa memahami suami gue.

"Jadi kamu nggak marah soal aku ngobrol sama Edwin?"

"Nggak ada yang salah dengan ngobrol, lagian kalian di ruangan terbuka dan banyak orang. Dan sejauh ini aku masih yakin banget kalau Edwin nggak ada apa-apanya dibanding suami kamu ini." Godanya dan gue tersenyum.

"I miss you so much." Katanya sebelum mengigit bibir bawah gue, tapi sejurus kemudian gue menarik diri.

"So tell me, kenapa kamu nggak kasih kabar bahkan sampai sebelum aku masuk ruangan ini."

Ken tampak menarik nafas dalam "Setelah sampai, aku harus berhadapan dengan penyelidikan di pabrik yang terbakar, rapat darurat dengan dewan direksi dan memastikan ke lokasi. Sorry . . ." Sesalnya.

"So you must be so tired."

"Not for this kind of job." Katanya kembali menenggelamkan ujung hidungnya ke leher gue dan menciumi jengkal demi jengkal leher gue hingga ke tulang selangka. Gue tidak bisa menahan diri untuk tidak menerima semua perlakuannya itu. Gue bahkan menikmati setiap hal yang dia lakukan karena jujur, sejak semalam gue kelimpungan merindukan suami gue.

"Sorry aku nggak bilang soal ngobrol sama Ed."

"Aku nggak pengen bahas itu sekarang." Katanya ditengah nafasnya yang sudah mulai memburu.

"Ok."

Gue menggeliat di atas pangkuannya karena semua yang dia lakukan itu jujur saja membuat sekujur tubuh gue menjerit kehausan, haus akan setiap perlakuan manisnya. Ken tidak menuntaskan pekerjaannya di ruang kerja, katanya dia tidak ingin terburu-buru, meski gue hampir yakin dia sudah kehilangan tenaga setelah sangat kelelahan sejak kemarin. Tapi dia masih membuktikan kekuatannya sampai titik terakhir.

***

Ken tengkurap di ranjang dengan selimut berantakan yang menutupi sebatas pinggangnya ke bawah, sementara gue sudah mengenakan kimono tidur gue dan meringkuk di sebelahnya. Dimana lagi gue bisa menemukan pria seperti dia? Dia bahkan jauh sekali dari kesan childist seperti yang gue pikirkan.

Entah pukul berapa gue bisa tertidur, tapi saat gue terbangun Ken masih berada di posisi semula dan belum bergerak sama sekali. Gue segera menoleh ke jam weaker yang sudah menunjukan pukul sembilan pagi. Dan Ken tidak biasa bangun selambat ini biasanya.

Gue membelai punggungnya lembut dan dia mulai mengeluarkan gerakan reflek sebelum akhirnya membalik badannya menghadap gue.

"Are you ok?" Tanya gue saat gue melihat seutas senyum dari bibirnya yang mengembang begitu indah pagi ini.

"Lebih dari sekedar OK." Katanya.

"Kalau begitu silahkan bersiap untuk ke kantor."

Dia justru mengerang malas dan malah memeluk gue dan membenamkan kepalanya ke dada gue dengan sangat malas. "Aku nggak ke kantor hari ini."

"Kenapa?"

"Sebagai permohonan maaf karena nggak bisa nepatin janji buat tinggal sehari lebih lama di Bandung bareng kamu."

"Oh come on . . . lupakan aja. Lagipula kita bisa melakukan itu lain waktu. Kamu pasti banyak urusan di kantor."

"Semua sudah aku selesaikan malam tadi, begitu aku tahu kamu udah tidur di ranjang dengan piyama ini. I don't wanna waste time to work when you come back home after a week." Katanya sebelum mengecup singkat bibir gue.

"Ok, alasan yang bisa diterima." Gue segera menarik diri "Tapi kita harus sarapan setidaknya."

"Ok."

Gue keluar dari kamar dan menuju dapur, tapi semua makanan yang semalam gue siapkan tampak sudah dirapikan, dan pagi ini gue memutuskan untuk membuatkannya sup ayam.

***

Ken tampak sudah selesai mandi karena rambutnya sudah setengah basah dan dia tampak sudah mengganti pakaiannya dan bersiap untuk menyantap Brunch-nya (Breakfast Lunch).

"Sop ayam." Katanya begitu melihat mangkok berisi sop ayam dan nasi hangat di hadapannya.

"Praktis dan tidak mahal."

"Sejak kapan kita harus mengirit hanya untuk makan Mrs. Tanaka." Katanya.

"Sejak menikah denganku."

Ken tampak tersenyum "That's way kakak kamu panggil kamu . . . kikir?"

Gue tersenyum. "Jangan dengerin dia. Aku bukannya pelit, hanya sedikit perhitungan."

"Nggak salah pilih isteri." Selorohnya.

"Yang nggak bisa ngabisin uang kamu kan?"

"Ya mungkin itu salah satunya kamu beda dengan yang lain, at least aku nggak harus kerja mati-matian untuk ngikutin gaya hidup isteri."

"Habisin makanan kamu, aku mau mandi dulu."

***

Setelah makan gue mangajak Ken ke rumah singgah yang didirikan ibu mertua untuk penderita Hydrocephalus karena hari ini gue ada janji ketemu ibu mertua. Dan Ken ternyata baru tahu bahwa ibunya punya yayasan seperti ini. Dia bahkan sempat terharu ketika menggendong salah satu anak dengan penyakit itu, dan gue tentu saja berderai-derai air mata saat dia mengatakan "Aku saat itu mungkin semenderita anak ini." Katanya.

"Suatu saat aku juga pengen punya yayasan seperti itu, yang menyelamatkan bayi-bayi yang dibuang oleh orantuanya." Kata gue dan dia langsung menyetujuinya, walaupun hal seperti itu di Singapura sudah tidak banyak terjadi, karena rata-rata pendapatan perkapita penduduk sudah cukup baik dan jarang sekali ada anak terlantar.

"Thank you." Dia mencium tangan gue "Sudah menjadi isteri yang sangat baik." Gue tidak bisa menjawab, hanya tersipu-sipu.

"Nggak banyak orang yang bisa satu pemahaman dengan ibuku, tapi kamu bisa."

"Ibumu orang yang baik."

"Dia malaikat, hanya kadang dia bertindak dengna cara yang salah meski maksudnya baik."

"I know." Jawab gue.

"You're the biggest gift for me." Katanya dan gue kembali mengharu-biru.

Jangan Lupa Meninggalkan Komemtar yaaaaa
Thank Youuu
.
.
Yang udah pada ngatain Babang Ken, wahhh... kalian salah paham deh kayanya
hihihihu

Continue Reading

You'll Also Like

193K 1.1K 24
[21+] Diadopsi oleh keluarga kaya raya bukan bagian dari rencana hidup Angel. Namun, ia anggap semua itu sebagai bonus. Tapi, apa jadinya jika bonus...
713K 139K 46
Reputation [ rep·u·ta·tion /ˌrepyəˈtāSH(ə)n/ noun, meaning; the beliefs or opinions that are generally held about someone or something. ] -- Demi me...
1.1M 54.1K 48
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
345K 30.9K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...