Purple Line (TAEKOOK)

By fhiet_hyun

161K 14.5K 999

Apa itu cinta ? Apa itu takdir ? Sebuah benang yang terus terulur menuju pada duniamu, meski pada kenyataanny... More

Prolog
Chapter 01
Chapter 02
Chapter 4
Mau Tanya
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 09
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
IF YOU
Chapter 17
QnA
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
I'M BACK
Chapter 21
Chapter 22
Jadi gini....

Chapter 3

8.7K 837 35
By fhiet_hyun

Happy reading..

Lagi sakit, tp bosen jadinya up book ini 😂






















Jungkook sempat membeku saat kedua netranya lagi-lagi bersibobrok dengan si hazel tajam yang kini duduk melipat kaki diatas sofa salah satu ruang besar Direktur Utama tempatnya bekerja. Ruang kerja Tuan Kim Daehyun yang tak lain ayah kandung dari si bocah priyayi yang akhir-akhir ini mengganggu harinya.

"Tuan Jeon." Suara Daehyun seketika mengalihkan tatapan Jungkook dan menatap serius kearah atasannya tersebut.

"Ya Tuan Kim, ada yang bisa saya bantu ?" Jungkook sedikit membungkuk sebagai formalitas menyapa atasannya tersebut.

"Silahkan duduk dulu." Daehyung  mempersilahkan, membiarkan Jungkook mendudukan dirinya tepat di samping sofa si bocah Kim.

"Aku butuh bantuanmu Jung, tapi ini diluar pekerkerjaanmu. Apa boleh ?" Daehyun menegakkan punggungnya, menatap Jungkook setelah melirik sekilas kearah anak tunggalnya tersebut.

"N-ne ?"

"Aku membutuhkan bantuanmu untuk mengajari Taehyung mengenai perusahaan, karena dalam waktu dekat dia harus mulai bekerja disini."

"Tapi Tuan Kim, bagaimana mungkin saya yang mengajarkan anak anda, saya rasa saya kurang pantas karena saya hanya kepala manager keuangan disini." Jungkook menjawab pelan namun tegas.

Tanpa sadar sosok yang duduk disampingnya tersenyum dengan raut kagum yang tak pernah luntur saat memandang dirinya secara terang-terangan di depan ayahnya.

"Tapi itu permintaan bocah ini__" Daehyun mengendikkan dagu menunjuk si bocah Kim yang masih saja memandang si cantik Jeon.

"__ dan dia mengancamku tidak akan mau mengurus perusahaan jika bukan kau yang mengajarinya. Dan aku pun sangat yakin dengan kemampuanmu Jung, kau salah satu karyawan andalanku disini."

Jungkook melirik sekilas kearah Taehyung yang sialnya sedang memamerkan senyum perseginya yang entah mengapa malah membuat si pria Jeon mendengus pelan.

"Dia bahkan tidak tau malu didepan ayahnya sendiri." Batin Jungkook kesal.

"Jadi__ kuharap kau tidak keberatan."

Jungkook menatap sebentar ke arah Daehyun, kemudian mengehembus nafas pelan kemudian mengangguk.

"Baik Tuan, saya akan berusaha semampu saya." Jawaban Jungkook seketika membuat si pemuda Kim semakin melebarkan senyum. Menatap sang ayah dengan gerakan bibirnya yang mengatakan terima kasih kemudian berkedip jahil.

Sedangkan Daehyun terlampau tau, anaknya itu punya maksud lain dengan Jungkook, dia tidak buta dengan segala perilaku anaknya yang dengan terang-terangan ia tunjukan didepannya.

"Apakah hari ini bisa dimulai ?" Taehyung pun bersuara dengan binar mata yang terlampau bahagia.

"Tapi masih ada laporan yang harus saya kerjakan." Jungkook menjawab acuh, masih enggan menatap Taehyung.

"Kau bisa serahkan semua tugasmu pada bawahanmu Jung, kau hanya perlu memeriksanya nanti. Jadi aku harap untuk lebih fokus kepada Taehyung dulu."

Jungkook sempat terperangah, bagaimana mungkin dia harus menomorsatukan si bocah keparat ini dibanding dengan laporan-laporannya ? Jika bukan karena permintaan Tuan Kim, Jungkook sungguh tidak ingin melakukan semua itu. Apalagi dia harus menerima kenyataan bahwa hari-hari berikutnya harus ia relakan dengan mengajari seorang Kim Taehyung.


















//

//








"Kim Taehyung !!" Jungkook menggeram, kesal setengah mati.

Bagaimana tidak, seharusnya dia sekarang duduk diruangannya dan menjelaskan beberapa hal dasar tentang perusahaan kepada anak tunggal keluarga Kim tersebut, bukannya malah terdampar disini, di dalam mobil berdua dengan Taehyung yang kini malah mengulum senyum tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Iya sayang."

Brengsek sekali.



"Siapa yang menyuruhmu menyeretku keluar ? Ini masih jam kerja, apa-apaan kau Kim !!" Gurat emosi terlihat jelas di wajah cantiknya, Jungkook kesal setengah mati dengan lagak si bocah Kim ini.

"Jangan emosi begitu, nanti wajahmu jadi makin tua. Tau ?" Taehyung melirik sekilas kearah Jungkook, kemudian tersenyum kala bibir ranum Jungkook terus menggerutu yang entah kenapa membuat si Kim ingin sekali menciumnya.

"Baru tau aku tua ? Aku pria tua kepala tiga dan dalam beberapa tahun menuju empat puluh. Tidak perlu mengingatkan tentang tua bocah." Jungkook bersungut-sungut, sedangkan Taehyung hanya terkekeh pelan menanggapi.

"Iya pria tua yang sialnya begitu mempesona bagi si bocah sembilan belas ini. Dan kau terlalu panas untuk ukuran pria tua, Jeon gwajangnim."
Taehyung mengerling jahil.

"Bangsat." Serapahnya kesal.

"Jangan mengumpat, cantikmu nanti hilang loh. Kau boleh mengumpat sesukamu saat aku mememasukimu saja."

Dan tangan Jungkook sungguh gatal ingin menggeplak kepala Taehyung yang berisi hal-hal mesum seperti itu.


//

//






"Apa-apaan ini ?" Jungkook berseru protes.

"Apanya yang apa ?" Taehyung menyahut santai kemudian berjalan mendahului si pria Jeon memasuki gedung appartment mewah tersebut.

"Untuk apa kau membawaku kesini ?"

"Mengajariku, benar ?" Satu alis Taehyung terangkat pongah seperti biasa.

"Dan kenapa harus di appartement-mu Kim ?"

"Aku tidak suka suasana kantor yang membosankan."

Lagi-lagi Jungkook mendengus, merasakan emosinya yang kembali di permainkan oleh bocah ini.

Dan saat kakinya melewati sebuah pintu, pandangannya disuguhkan oleh tatanan interior yang apik. Klasik namun modern secara bersamaan. Suasana hitam putih sebagai dominasi, dan harum musk seketika menyeruak seperti menyambutnya dan sekaligus menyadarkan si pria Jeon bahwa dirinya kini berada di tempat yang tidak seharusnya.

"Silahkan duduk, anggap rumahmu sendiri." Taehyung berkedip nakal sembari mempersilahkan Jungkook agar duduk disalah satu sofa mahalnya yang berwarna hitam.

Sedangkan Jungkook tak menyahut, hanya mendudukan dirinya di salah satu sofa panjang yang menghadap kearah televisi.

"Sial ini nyaman sekali." Batinnya sembari meringis membayangkan berapa lembar won yang harus dikeluarkan demi membeli sofa senyaman ini.

Dasar bocah kaya yang terlampau beruntung.


"Camomile Tea." Taehyung meletakkan secangkir teh yang mengepul  hangat dihadapan Jungkook lalu duduk bersila diatas karpet tebal berbulu warna krem didepan Jungkook duduk.

Jungkook tertegun, apa yang dilakukan si Kim ini.

"A-apa yang kau lakukan ?"

Taehyung tersenyum lalu meraih kaki kanan Jungkook, menggulung celana bahannya hingga lutut. Meraih sebotol lotion yang tak jauh darinya kemudian dengan cekatan tangannya mulai memijat pelan tumit Jungkook yang terlihat sedikit membengkak.

"Kau itu seharunya ambil cuti, sok tidak sakit padahal bengkak begini."

Jungkook mengerutkan kening.

"Bagaimana kau bisa tau kakiku bengkak ?"


Taehyung terkekeh pelan. Netranya yang serius kini menatap Jungkook yang menunduk memperhatikan segala perilakunya.

"Jalanmu pincang, mungkin bagi orang lain tidak akan tau karena kau menutupinya dengan begitu apik. Tapi aku tidak bodoh seperti mereka."

Jungkook terpaku, dia benar, selama ini setiap dia sakit atau apapun dia akan selalu berusaha menutupinya dari orang sekitarnya. Bahkan saat kakinya sempat terkilir saat menuruni tangga terburu tadi pagi dia hanya mengompresnya sejenak lalu berusaha menahan nyeri dengan berjalan seperti biasa. Tapi semua itu dengan mudah ditangkap oleh si pemuda Kim ini.

Entah bagaimanapun ada gelenyar hangat yang lagi-lagi merambat dihatinya.


"Jangan kau tahan, bukan berarti kau lemah jika   kau menunjukan sakitmu. Paling tidak bilang padaku agar aku bisa melindungimu." Ucap Taehyung dengan tangannya yang masih sibuk memijat perlahan kaki Jungkook.

"T-tapi a___"

"Jangan mengelak apapun, karena aku akan tetap di sampingmu. Entah kau mau ataupun tidak."






Dan kalimat tersebut membuat Jungkook bungkam, menatap lamat-lamat wajah si pemuda Kim yang rela merendahkan harga dirinya hanya demi sosok pria tua seperti dirinya.

Namun otaknya pun masih bersikeras bahwa segala hal tentang dirinya dan pemuda Kim tersebut terlampau berbeda. Akal logisnya selalu memberi peringatan bahwa hatinya tak boleh goyah. Meski sejujurnya hanya dengan menghirup aroma musk yang menguar disegala sisi Taehyung saat didekatnya membuatnya begitu tergoda ingin merengkuh.

Namun lagi-lagi Jungkook harus disadarkan, bagaimanapun dia hanyalah pria berumur kepala tiga yang hanya menjabat sebagai karyawan dari perusahaan ayah si bocah Kim ini. Lalu darimana hatinya bisa mengalahkan segala akal logis yang selalu menjadi benar saat dihadapkan dengan kenyataan yang ada.

Jungkook hanya terlampau takut.

















TBC

Continue Reading

You'll Also Like

62.8K 4.6K 29
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
520K 5.6K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
251K 37K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
57.8K 8.8K 55
Rahasia dibalik semuanya