My New Boss #Googleplaybook #...

By AchelliaSugiyono

328K 29.6K 1.5K

#Cerita ini dibuat untuk mengikuti kompetisi Grasindostoryinc 2018. Hai, nama gue Arimbi, dan gue pengen ceri... More

Cast
Prolog
Pangsit Cik Ma
Being a Stalker
Kawinan Mantan
New Boss
Akward
New Rules
Team
Sisterhood
Meet My New Boss
Sofitel Bali
Mulut Singa
Lubang Buaya
THE VILLA
Mid - Night
Back to Office
Hard Day Ever
Bali - Part I
Bali - Part II
BALI PART III
Gala Dinner
Night
Back To Jakarta
You Again
You ?
BAB BARU
Day 1
Day 2 - Mid Night
Day 3
Day 4
Day 4 - Part II
Day 5
One Day Left
The Last Day
Camer
What?
Hai
E book or Cetak
The Night Before
My Day
Camilia
Kesepakatan
Jealous
Jealous Video
Another Reason
Hai
Thank You
News !!
POD
Ebook
Giveaway
News
Ralat

Singapore

4.5K 702 23
By AchelliaSugiyono

Gue ikut flight paling pagi menuju Singapore, dan gue nggak tahu apa yang harus gue lakukan di sana. Karena gue hanya dikasih tahu bahwa di Changi. Dan sekarang gue bertanya-tanya siapa yang akan menjemput gue di sini?

"Excuse me." Seorang pria dengan wajah oriental menghampiri gue.

"Ya . . ." Gue menoleh dan dia membawa papan nama bertuliskan nama gue dan foto gue, dan kami menjadi agak kikuk meski akhirnya gue tersenyum. "Ya, saya Arimbi." Ucap gue sambil mengulurkan ta

"Saya, Edie, saya di tugaskan untuk menjemput anda." Dia berbahasa Indonesia dengan sangat fasih. Gue asumsikan dia adalah orang Indonesia yang tinggal di Singapore.

"Ya."

"Mari ikut saya."

Gue mengekor dan ini luar biasa. Setelah penerbangan first class yang bikin gue tercengang-cengang, ini adalah kejutan lainnya hari ini karena gue di bawa dengan sebuah mobil mewah berwarna hitam mengkilap. Dan belakangan gue tahu bahwa gue diajak ke Marina Bay Sand Singapore sebagai tenpat menginap.

"Anda akan menginap di sini untuk malam ini nona."

"Kamar Luxe Suite?" Tanya gue bingung.

"Ya, saya diminta membantu anda check in untuk kamar luxe suite. Sudah di pesan sejak dua hari lalu atas nama anda."Katanya sopan.

Ini menjadi nggak masuk akal buat gue. Kamar ini jelas terlalu berlebihan, dan pasti ada yang miss di sini.

"Excuse me, can you please check the rate of luxe suite?" Gue bicara pada resepsionis hotel.

"It's 1.679 Dollars per night mam" Jawabnya sambil tersenyum, dan darah surut dari wajah gue. Kalau dikali sepuluh ribu aja udah berapa duit itu.

"Can I cancel thia room?"

"I'm sorry mam, it's will be charge."

"How much?"

"As the normal charge, 1.679 Dollars."

"Ok, thank you. I'll go to my room"

Pria itu meninggalkan gue dan gue berjalan masuk diantar seorang bell boy menuju luxe suite.  Yang gue rasakan saat ini adalah ketakutan, rasanya seperti gue sedang terjebak sindikat perdagangan manusia, dimana gue adalah korban.

Setiba di kamar gue segera menghubungi Mss. Chatala dan dia menolak panggilan gue kemudian mengirim pesan singkat berisi keterangan bahwa dia sedang rapat.

Pengen banget telepon ke rumah, tapi kalau gue berkeluh kesah nanti mereka jadi panik dan gue nggak pengen itu terjadi. Gue hanya mengirim pesan balasan ke kakak gue, memberitahu bahwa penerbangan gue lancar dan gue sudah di Singapore.  Selain itu, yang gue lakukan hanya menunggu instruksi dari Mss. Cathala untuk apa yang harus gue lakukan berikutnya.

***

Sudah tiga jam gue berada di dalam kamar hotel tanpa kejelasan. Perut gue mulai keroncongan, tapi dengan budget terbatas yang ada di kantong pribadi gue, mana sanggup gue bayar layanan pesan antar makanan di sini.

Gue masih duduk tanpa berani menyentuh apapun di dalam kamar ini mengingat charge yang mungkin saja gue tanggung kalau sampai ada yang berkurang. Setidaknya gue harus memastikan ke bos gue, kalau fasilitas ini akan dibayar kantor, dan gue akan mendapat transferan dana sebagai uang saku selama seminggu gue hidup di sini. Nggak kebayang kalau semua expense yang akan gue keluarkan itu akan diberlakukan sistem reimvurse dari kantor, mana ada cukup uang untuk membiayai semuanya, bahkan buat bayar harga kamar semalam saja jauh dari kata cukup.

Setiap menit berlalu begitu lama rasanya, dan gue mulai putus asa. Satu pelajaran berharga buat gue adalah, ketika gue ditugaskan kemanapun untuk pekerjaan yang belum jelas, setidaknya gue minta uang saku.

Satu

dua

tiga

empat jam berlalu

Menyerah, nggak bisa menunggu levih lama lagi dan akhirnya gue kembali menghubungi bos gue, jawabannya nihil, karena dia masih meeting.

Gue mulai berpikir rencana jahat sih, kabur tanpa check out. Bisa nggak ya??? Setidaknya gue bawa barang berharga aja, gue tinggalin koper suoaya nggak terlalu mencolok. Keluar dari hotel tanpa perlu menunjukkan gerak-gerik mencurigakan, mungkin gue bisa lolos.

Oh Shitttt... tapi CCTV ada dimana-mana. Dan mungkin gue akan berakhir di tahanan wanita di negeri Singa sebagai penipu atau penjahat.

Pikiran gue mulai nelantur tak tentu arah. dan di  tengah kekalutan dan ketakutan gue tiba-tiba pintu diketuk.

Tok Tok

Jantung gue berdetak semakin kencang. Gue mengambil domoet gue dan melihat isinya, hanya berisi 80 dollar singapore.  Sialan, rasanya nggak karuhan dan pikiran gue melantur kemana-mana.

Perlahan gue berjalan ke arah pintu dan mengintip dari lubang pintu.

"Oh Thanks God." Gue segera membuka pintu dan memeluk pria yang berdiri di depan pintu.

"Wo . . wo . . . easy . . ." Katanya sambil terhuyung.

"Saya takut." itu kalimat spontan yang terlintas di benak gue.

"Kenapa?" Tanyanya bingung, sementara gur masih memeluknya erat dengan tangan gemetar.

"Are you ok?" Tanyanya sambil menarik tuuhnya menjauu dari gue dan meraih wajah gue dalam kefua telapak tangannya yang hangat. Bola matanya yang bening menatap langsung ke mata gue yang mulai keruh karena genangan air mata.

"Bisa kita bicara di dalam biar lebih nyaman?" Tanyanya dan pintu yang setengah terbuka itu didorongnya kemudian menarik gue kedalam. Mendudukan gue di sebuah sofa.

"Kenapa kamu bisa ketakutan begini?" Tanyanya sambil membuka botol air mineral dan menuangnya falam sebuah gelas.

"Saya nggak tau harus apa." Jawab gue masih sedikit gemetar, meski sejujurnya saat ini gue begitu lega karena dia datang seperti taksido bertopeng dan jadi penyelamat gue.

"Cathala nggak kasih tahu apa-sps ke kamu?" Tanyanya sambil menyodorkan gelas ke arah gue dan gue menerimanya sambil menggeleng. Dia mengangguk waktu gue menatapnya dan itu mengisyaratkan agar gue meminum air mineral itu. Gue melakukannya, meneguk beberapa tegukan dan meletakannya di meja.

Gue menarik nafas dalam, menelan ludah, mrmastikan bahwa gue punya cukup nyali untuk bicacara ke dia. "Em . . . kenapa anda bisa ada di sini?" Tanya gue setelah gue sadar bahwa keberadaanya di sini secara tiba-tiba itu menjadi aneh buat gue.

"Saya yang minta Chatala kirim kamu ke sini." Jawabnya santai.

"Untuk?" Tanya gue bingung.

"Untuk . . ." Dia berpikir beberapa saat.

"Begini, secara teknis saya adalah bosnya bos kamu. Jadi saya bebas meminta staf dari bawahan saya untuk tugas apapun." Dia menatap gue tajam.

"Apapun?" Gue sedikit protes dengan kata apapun, karena itu artinya tugas abstrak yang hampir bikin gue mati ketakutan.

"Apapun." Angguknya.

"Tanpa di beri uang saku perjalanan dinas?" Protes gue, dan dia tersenyum.

"Semua akomodasi kamu, saya yabg tanggung." Katanya.

"Tapi saya juga butuh uang saku, in case saya perlu sesuatu, selain itu hak saya sebagai staf yang di tugaskan untuk perjalanan dinas." Tuntut gue, sok paham dengan aturan kantor yang gue bahkan belum pernah baca sama sekali. Dia tersenyum sekali lagi dan kemudian bangkit dari tempatnya duduk, berjalan ke arah gue, membungkuk dengan kerua tangan bertumpu pada kedua sisi single sofa tempat gue duduk.

"Saya bisa kasih kamu lebih dari yang kamu butuhkan. Lebih dari yang kantor mampu bayar ke kamu." Jelasnya dengan suara berat dan tegas. Gue menelan ludah.

"Kamu belum makan kan dari tadi?" Tanyanya dan gue menggeleng.

"Ikut saya. Kita akan makan siang." Imbuhnya dan gue terheran dengan pria misterius ini. Dia itu benar-benar puzle hidup yang gue sendiri bingung ketika seolah-olah menemukan sisi-sisi yang berbeda dari dirinya.

"Mau tetep duduk di situ dan kelaperan?" Tanyanya dan gue menggeleng.

"Terus kenapa masih di situ?" Dia berbalik dan mengulurkan tangannya ke gue, oh my gosh, ini bos super misterius ever yang pernah gue punya seumur hidup gue. Bosnya bos bos bos gue.

"Kamu mau makan apa?" Tanyanya begitu kami keluar dari kamar hotel.

"I have no idea." Bisik gye lemah.

"You never had." Katanya sambil tersenyum. Dan setiap kali dia menyunggingkan senyum, hati gue meleleh dibuatnya.

Haiiii.

Jangan lupa kasihbkomentar yaaaaaa...
Kurang apa
Kurang gimanButuh saran banget nih authornyaaa

Thank youuu

Continue Reading

You'll Also Like

194K 1.1K 24
[21+] Diadopsi oleh keluarga kaya raya bukan bagian dari rencana hidup Angel. Namun, ia anggap semua itu sebagai bonus. Tapi, apa jadinya jika bonus...
1.1M 54.7K 48
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
1M 46.5K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
2.2M 18.7K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...