DEARANZA (Completed)

By akarlitadewi

95.4K 3.8K 144

(PENTING! CERITA INI SEDANG DALAM MASA REVISI) Cerita ini menceritakan tentang kisah cinta klasik antara seor... More

Prolog
1 - Tontonan Gratis
2 - Apa Maksudnya?
3 - Kenapa
4 - Read
5 - Pernyataan
6 - Pulang Bareng
7 - Sepi dan Rindu
8 - Perasaan Aneh
9 - Ngefly
10 - Definisi Bahagia
11 - Cie, Jadian
12 - Kebenaran
13 - Khawatir
14 - Untung Pacar
15 - Tamu Tak Di undang
16 - Arland?
17 - Maaf
18 - Sakit
19 - Merasa Bersalah
20 - Rasa Takut
21 - di Jodohkan?
22 - Runtuh
23 - Mencintai dan di Cintai
24 - di Sengaja
25 - Pelukan
26 - Semakin Mencintai
27 - Salah
28 - Rentan Terluka
29 - Tak Berdaya
30 - Definisi Kau adalah Sulit
31 - Apa Kabar?
32 - Kebahagiaan Semu
33 - Menyesakkan Dada
34 - Tentangmu
35 - Apa Aku Terlalu Rindu?
37 - Masih Menikmati Luka
38 - Sedang Aku Usahakan
39 - Belum Seutuhnya Pulih
40 - Mengajarkan Satu Hal
41 - Masih Bertanya, Rindu atau Apa?
42 - Sehebat Inikah?
43 - Aku Bisa Saja Melupakanmu
44 - Mencintai Dalam Pinjam
45 - Tapi Izinkan Aku
46 - Isyarat
47 - Cinta adalah Ketika
48 - Maaf (2)
49 - Kembali Padaku?
50 - Sebuah Pengabaian
51 - Percuma
52 - Absurd
53 - Kemungkinan
54 - Siklus yang Sama
55 - Playing Bike
56 - Cincin
57 - Tidak Terasa
58 - Tak Biasanya
59 - Kok Akrab?
60 - Akhirnya
61 - Graduation
Epilog

36 - Tak Lagi Beriringan

1.1K 48 1
By akarlitadewi

Anza menuruni anak tangga dengan keadaan yang kacau. Rambut sudah kusut berantakan, pipi basah karena air mata yang turun deras mengalir, serta mata yang sembab dan memerah.

Anza tidak pergi ke kelas. Dia pergi ke ruangan osis untuk menemui Juan, karena menurutnya Juan lah yang dapat menenangkan perasaannya saat ini.

Untunglah keadaan setiap koridor yang dia lewati sudah sepi karena jam pelajaran pertama sudah dimulai.

Anza tidak mengetuk pintu ruangan osis, dia langsung masuk ke dalam tanpa permisi. Tidak peduli jika anggota osis yang lain beranggapan negatif terhadapnya.

"Anza!" Panggil Juan kaget melihat Anza tengah berdiri diambang pintu dengan keadaan yang tidak dapat didefinisikan.

"Kalian langsung ke kelas dulu aja, jam pelajaran kan udah mulai. Nanti pas udah istirahat, rapat dilanjutin lagi..." perintah Juan kepada anggota osis yang lain.

Anza sedikit menggeserkan tubuhnya ke arah dinding disebelah kiri agar tidak menghalangi mereka yang ingin keluar.

Setelah mereka semua yang tadinya ada disana pergi bertebaran keluar, Juan langsung menyuruh Anza untuk duduk.

"Coba pelan-pelan lo jelasin ke gue, lo kenapa bisa sampe kaya gini?" Kata Juan mulai bertanya.

"Sebelum lo ngomong dan ceritain semua, lo hapus dulu air mata lo."

"Gue gak suka liatnya!"

"Nih pake ini," lanjutnya sembari memberikan beberapa helai tissue kepada Anza.

Anza menerima tissue dari Juan dan langsung saja dia bersihkan bercak-bercak air mata yang masih ada dipipinya. Dia menghembuskan nafasnya secara gusar sebelum dia mulai berbicara.

"Gue beneran udah putus sama Kak Daven..." katanya dengan suara serak khas orang setelah menangis.

"Disaat gue udah mau perbaikin hubungan gue sama dia, dia malah gak mau dan lebih milih buat pisah."

"Gue udah keluarin semua unek-unek yang selama ini masih tersimpan didalam hati gue yang gka pernah gue ucapin sama dia, tapi tetep aja dia gak nyadar-nyadar."

"Pokoknya gue benci sama dia, GUE BENCI!" Kata Anza sembari memberi penekanan pada setiap katanya.

"Gue nyesel pernah suka sama dia, nyesel pernah sayang sama dia, nyesel pernah cinta sama dia!" Lanjutnya.

"Lo gak bisa benci gitu aja sama dia, Za. Lo juga kan gak tau alesan dia kayak gitu ke lo itu apa, dan lo gak bisa langsung nyesel gitu aja..." kata Juan menasehati.

"Dia juga kan pernah bikin lo tersenyum, pernah bikin lo bahagia setiap lo deket sama dia, dan dia juga pernah bikin hari-hari lo cerah berwarna kan sebelumnya?" Lanjutnya.

"Tapi itu dulu dan sekarang ngga lagi, Juan!" Kata Anza dengan nada suara yang meninggi.

"Kita gak tau ke depannya nanti bakal kayak gimana. Gak tau apa lo bisa sama-sama lagi sama dia atau enggak. Sekarang lo jangan bilang benci dulu, nanti kalo seandainya itu lo balik lagi sama dia, lo sama aja kayak ngejilat ludah lo sendiri!"

Anza menatap manik hitam mata Juan dengan lekat. "Lo gak pernah mikirin perasaan lo sendiri Juan. Itu kesalahan terbesar lo!" Katanya.

Juan tersentak ketika Anza mengatakan hal seperti tadi. "Gue gak pernah mau maksain orang yang gue sayang buat sayang juga sama gue. Gue gak mau dia nerima gue karena rasa kasihan."

"Lo itu terlalu naif Juan, dan maka dari itu kenapa dari dulu sampe sekarang gue gak pernah bisa suka sama lo. Lo selalu mikirin perasaan orang lain ketimbang diri lo sendiri. Lo selalu bersikap seolah semuanya itu fine walaupun kenyataannya perasaan lo yang sebenarnya itu sangat rapuh!"

Juan bungkam. Dia memilih diam dan menyimak pernyataan demi pernyataan yang Anza lontarkan. Mungkin ini juga salahnya kenapa dia tidak pernah bersikap terbuka terhadap perasaannya. Dia menunggu sampai Anza berhenti bicara dan memberikan jeda untuk dirinya berkata.

"Gue tau lo suka sama gue itu dari Zara. Lo gak pernah nyatain perasaan lo itu langsung sama gue. Didepan gue, lo sok-sok mendukung hubungan gue sama Kak Daven. Tapi gue tau dihati kecil lo itu, lo ngerasain sakit yang luar biasa. Ketika lo denger, cewe yang lo suka selalu curhatin cowo lain ke diri lo sendiri. Gue tau rasanya itu kayak gimana, Juan!"

"Coba aja lo ubah sikap lo jadi lebih terbuka, mungkin saat ini gue bisa aja suka sama lo. Lo itu terlalu baik buat cewe kayak gue."

"Gue sempet mau terbuka sama lo tentang perasaan gue, tapi gue udah tau hasilnya kaya gimana. Lo pasti akan bilang 'kalo gue itu terlalu baik buat lo'. Itu alasan klasik yang selalu lo lontarin ke temen-temen lo yang selalu gue denger."

"Tapi kenapa lo gak pernah nyoba dulu. Disaat hubungan gue renggang sama Kak Daven, lo selalu ada buat gue kapanpun gue butuh. Disitu gue udah mulai nyoba buka perasaan gue buat lo, tapi kenyataan yang gue tunggu-tunggu gak pernah kejadian. Lo selalu nyuruh-nyuruh gue buat perbaikin hubungan sama Kak Daven," kata Anza.

"Gue gak pernah mau lo suka sama gue dan jadiin gue sebagai pelampiasan lo supaya lo bisa ngelupain Daven dengan sempurna. Gue cuma mau, gue bisa ada setiap lo butuh gue. Gue gak terlalu mikirin kalo gue butuh lo, lo bakal ada tau enggak..." kata Juan.

"Gue tau yang ada dihati lo itu cuma satu, yaitu Daven." Lanjutnya.

"Gue itu apa sih dimata lo, paling cuma batu kerikil yang gak penting," .

"Lo juga terlalu polos buat gue." Tambahnya.

Anza terdiam. Dia merasakan dadanya kembali sesak seketika.

"Saking polosnya diri lo yang gak pernah peka sama sekali tentang perhatian gue yang selalu gue kasih buat lo." Kata Juan kembali.

"Emang lo gak pernah bisa mikir, kalo selama ini gue kasih hadiah, gue selalu nemenin lo disaat lo butuh, gue selalu ngajak lo makan bareng, bantuin lo setiap lo lagi kesusahan. Apa itu gak cukup buat lo ngerti kalo gue suka sama lo?"

"Seharusnya lo tau, Za. Kalo dalam persahabatan antara cewe sama cowo gak ada yang murni. Pasti salah satu diantara mereka ada yang milikin perasaan lebih. Seharusnya lo tau itu."

"Dan tentang masalah lo mengenai kenapa gue gak berusaha nyatain rasa suka sama lo. Itu udah gue jelasin tadi. Jadi gak usaha gue jelasin dua kali."

"Maaf..." kata Juan merasa bersalah.

"Gue tau lo lagi emosi. Lo sekarang cuma lagi butuh waktu sendiri. Lo redain dulu amarah lo, setelah ngerasa lo udah baikan, baru lo temuin gue." Lanjutnya lalu pergi meninggalkan Anza yang terdiam melihat dirinya yang mulai menjauh.

"Gue emang gak pantes buat dicintai sama lo Juan. Maafin gue, gue sengaja bikin lo benci sama gue. Gue gak mau lo selalu jadi alasan kemarahan Daven dan temen-temennya. Lo itu baik, seharusnya lo bisa dapat yang lebih dari gue. Gue ini cuma sampah masyarakat yang gak dibutuhin lagi, diluaran sana masih banyak berlian yang nunggu kehadiran lo..." kata Anza sembari kembali mengeluarkan air matanya yang tidak dapat terbendung lagi.

***

Daven berjalan gontai memasuki kelasnya untuk mengambil tas.

"Mau kemana lo, Ven?" Teriak Abay heran melihat Daven yang menggendong tasnya.

"Mau bolos lagi lo, tumben amatan!" Teriak Ravis.

Namun tidak ada sahutan maupun jawaban apapun dari Daven. Tatapan matanya kosong. Dia berjalan menuju parkiran untuk pergi, entah kemana tujuannya saat ini, tetapi dia sudah tidak ingin berada lama-lama ditempat ini.

"Kenapa si itu anak?" Tanya Abay heran.

Ravis mengangkat bahunya tanda dia tidak tahu. "Mana gue tau, kan dari tadi gue sama lo disini," katanya.

"Si koropak sodaqoh kemana, tumben banget gak ada dikelas?"

"Dia tadi kan lagi disuruh ke ruang guru sampe sekarang belum balik," jawab Ravis.

"Kalo dia nanya si Daven kemana lo yang jawab, gue males ngomong sama dia. Liat mukanya aja gue jijay..." kata Abay.

"Gue juga males."

"Yaudah pura-pura tuli sama bisu aja kalo dia nanya sama kita..." saran Abay.

Ravis hanya mengangguk mengiyakan saran dari Abay.

***

Anza juga tidak pergi ke kelas. Dia keluar dari area sekolah dengan berjalan kaki menyusuri jalanan kota yang ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang.

Anza tidak tahu harus kemana dia sekarang. Jika dia pulang, dia takut Bundanya akan khawatir dengan kondisinya saat ini. Dia hanya berjalan dengan tanpa adanya tujuan sampai dia merasa lelah sendiri nantinya.

Anza duduk disebuah halte yang sepi akan penunggunya. Dia duduk termenung sembari melihat jalanan yang masih ramai oleh kendaraan.

"Sebelum kita kembali menjadi aku dan kamu kita pernah saling menggenggam sebelum akhirnya terdiam. Kita pernah saling mempertahankan sebelum akhirnya melepaskan, dan kita pernah saling berpelukan sebelum akhirnya melupakan. Sampai akhir kini kita kembali berjalan sendirian dan tak lagi beriringan," katanya sendu.

***

Daven mengeluarkan mobilnya dari parkiran untuk pergi. Dia pamit ke satpam yang menjaga gerbang jika dia mempunyai urusan keluarga, dan kenyataannya tidak. Dia melajukan mobilnya diatas rata-rata. Dia mengambil ponsel miliknya dan mencari kontak tuan Jeff untuk memberi kabar jika hari ini dia tidak bisa menjemput Arland karena mempunyai urusan diluar.

"Gue bener-bener kehilangan orang yang gue sayang..." lirihnya.

"GUE BEGO! Kenapa gue gak datengin dia buat minta maaf lagi. Kenapa gue malah nunggu keputusan dia. Kenapa gue bilang gue pengen udahin hubungan ini, KENAPA?" Lanjutnya kesal sendiri.

"Gue akan terus sayang sama lo meskipun rasa sayang lo ke gue itu udah gak ada, Za..."

Continue Reading

You'll Also Like

121K 666 3
Disaat cinta menyapa dan hati mulai belajar menerima kehadirannya, mengapa takdir berkata lain WARNING!!! HI GUYS WELLL COMEBACK TO MY STORY AND THAN...
33.1K 3.2K 71
Sebelum baca harap follow dulu yah😘 Btw jangan menyimpulkan cerita dari awalnya aja, baca sampai akhir wokee • Aku dan kamu. Kita selalu bersama dar...
6.3M 209K 34
NOVEL SUDAH TERBIT LOTUS PUBLISHER PRE ORDER 11-25 NOVEMBER 2022 PUBLIS ULANG DILARANG PLAGIAT NOVEL INI Apa jadinya jika dua es batu bertemu, apak...
16.4K 3.2K 55
Rania kira, ini hidup dia sesungguhnya. Ternyata salah, ada hal lain yang membuat dirinya terguncang. Ia berada di dunia mimpi seseorang dan sialnya...