IMAGINE BOYFRIEND

By SultanNeptunus

23.7K 1.1K 93

Disini kalian boleh halu sepuasnya! kalian bisa milih alur cerita yang ingin dihaluin. Ada tambahan gambar bi... More

Kavin Gerero || Kau Milikku
Aldino Egan Haminggo [01] | Kenapa sih nggak suka aku?
Aldino Egan Haminggo [02] | ciuman pertama
Adega Altawijaya [02] | Secret 17+
Adhanzio Panji Albar [01] | Aku nggak menarik ya?
Adhanzio Panji Albar [02] | siapa Alkano Restaja?
Nizar Deandre Kusuma [01] | Hubungan terpaksa?
Nizar Deandre Kusuma [02] | Putus
Nizar Deandre Kusuma [03] | Terlambat menyadari
Samuel Edwinarja [01] | Berhenti suka?
Samuel Edwinarja [02] | Jadian
Raihan Adam [01] | Pengganggu?
Raihan Adam [02] | Terkilir
Raihan Adam [03] | Sebuah pengakuan
Rayyan Altama Pramuda [01] | Permulaan yang menyenangkan 18+
Rayyan Altama Pramuda [02] | Haruskah menjauhinya?
Rayyan Altama Pramuda [04] | Ketakutan yang nyata
Rayyan Altama Pramuda [05] | Salah paham
Rayyan Altama Pramuda [06] | Penyesalan
Rayyan Altama Pramuda [07] | Akhirnya
Naufal Indra Gerhana [01] | Bidadari sekolah?
Naufal Indra Gerhana [02] | Dalam bahaya
Naufal Indra Gerhana [03] | Riwehnya anak BINGGO
Naufal Indra Gerhana [04] | Kecupan dari tercinta
Agam Ero Johanson [01] | Pacar Online?
Agam Ero Johanson [02] | Yaudahlah
Agam Ero Johanson [03] | Sebuah ide
Agam Ero Johanson [04] | Drama menyakitkan dimulai
Agam Ero Johanson [05] | Gara-gara Boba
Agam Ero Johanson [06] | Muak!
Agam Ero Johanson [07] | Perlu Kebenaran
Agam Ero Johanson [08] | Jangan sampai tahu
Agam Ero Johanson [09] | Huh?

Adega Altawijaya [01] | Simpanan

1.2K 43 0
By SultanNeptunus

SIAP BAPER?
SIAP GIGIT BANTAL?
SIAP SENYUM SENDIRI?
TARIK NAPAS..... BUANG!
SIAPKAN HATI YANG KUAT WAHAI PARA JOMLO:(

[ps: Jadi cerita ini dibuat dimana pembaca yang akan menjadi tokoh utama. Ketika menemui kata (Namakamu) maka disitu nama kamulah yang disebut.
Begitupula dengan kata (Nam) maka nama kamu dipanggil setengah.
Ex: (Namakamu)    > Soya
       (Nam)                  > Soy

HAPPY READING!

✨❇✨

Siapa yang mau hidup susah di dunia ini? biar kutanya, siapa yang mau hidup susah di dunia ini? tidak ada, tidak satupun yang mau. Aku yakin tidak ada manusia yang betah hidup susah di dunia. Sulit mendapat uang, dan semua bisa didapatkan hanya dengan uang. Aku paham kalimat 'Tuhan tidak akan memberikan ujian yang lebih dari kemampuan hambanya', Aku paham kalimat 'Masih banyak orang diluaran sana yang lebih menderita'. Aku paham dan aku tahu. Tapi bukankah manusia juga ada batas kesabarannya? Manusia juga makhluk lemah. Dimana setiap kali mendapat terpaan masalah hanya bisa menangis, mengeluh dan lelah. Itu menderita, tentu. Sangat malah. Dan aku benci dunia susah itu. Maka aku telah berusaha agar tidak ada kata susah lagi dalam hidupku, dengan membuang semua harapanku serta mimpiku demi bisa mendapatkan uang yang kubutuhkan. Yang Ibuku butuhkan.

Jika kau tanya mengapa Ayahku tidak bekerja, beliau pergi. Beliau pergi entah kemana tanpa memikirkan tanggungjawabnya pada ibuku dan diriku. Jahat? jangan ditanya. Biarkan Tuhan yang membalas.

Selama ini aku menyamar disekolah, berpura-pura layaknya siswi pada umumnya yang hanya tahu mengenai belajar dan belajar. Ada sesuatu rahasia yang kusembunyikan selama ini. Menjadi simpanan Om-Om. Tidak punya harga diri? haha... Asal kalian tahu, prinsip itu sudah kubuang jauh-jauh dalam diriku sejak sebuah kenyataan menamparku, kenyataan dimana ibuku sakit-sakitan dan tidak bisa lagi bekerja untuk membayar uang sekolahku. Tidak ada lagi kata harga diri dalam sejarah hidupku. Tidak, tidak sama sekali.

"Sayang... ayo masuk."
Itu suara Om Edgar menyuruhku masuk kedalam mobilnya. Hari ini aku ada janji untuk menemaninya disebuah bar, tempat dimana biasanya aku selalu menemani pria yang berumur 30-an itu bermain judi. Iya, hanya sekedar memaninya duduk sembari melihatnya bermain tanpa aku mengerti cara bermain judi tersebut. Tak ayal kadang aku harus rela menahan pusing saat bau alkohol dan asap rokok menyeruak masuk kehidungku. Serta suara dentuman musik dan cahaya lampu kerlap-kerlip yang membuatku tidak nyaman. Semua kulakukan demi bisa membayar uang sekolahku.

"Hari ini pulang jam berapa om?" tanyaku menoleh kearah Om edgar yang fokus menyetir mobilnya.
Jika kalian pikir pria ini adalah lelaki tua yang berperut buncit serta mempunyai istri dan anak. Kalian salah besar. Awalnya aku juga berpikiran seperti itu, namun saat melihat wajah tampannya aku sampai tertegun beberapa detik.
Om Edgar adalah pria berumur 30 tahun yang masih lajang serta mempunyai paras yang tampan. Sungguh, aku tak berbohong.

Pria itu menatap balik ke arahku dengan senyum menawannya, "Jam satu, kenapa? kamu keberatan?"

Aku menggeleng, "engga kok."
Bagaimanapun juga aku tidak bisa menolaknya. Pria itulah yang memberiku uang, jadi akan sangat kurang ajar jika aku menolaknya.

Mengenai mengapa aku mau menjadi pendampingnya dibar, Om Edgar sudah tahu alasannya. Ya, tentu saja aku bercerita kepadanya mengenai kondisi keuangan keluargaku.
Aku bertemu dengannya di sebuah aplikasi pertemanan online. Awalnya aku hanya iseng, namun ternyata pria itu juga butuh seseorang yang mau menemaninya saat bermain di bar. Saat pertama kali bertemu pun aku sangat canggung dan malu. Namun Om Edgard memakluminya. Itulah kenapa aku bersyukur menemukan pria yang bisa dikategorikan baik.

"Uang yang Om transfer kemarin cukup?" tanyanya membuyarkan lamunanku.

"U-uh? cu-cukup Om. Terima kasih," jawabku linglung.

Terkadang aku merasa penasaran kenapa Om Edgar tidak segera menikah. Padahal umurnya pun jauh sudah terbilang sangat matang. Wajah rupawan, bentuk tubuh yang bagus, mapan dan berkharisma. Aku yakin diluaran sana akan sangat banyak wanita menyukai pria disampingku ini. Tak ayal terkadang pun aku selalu memimpikannya akibat wajahnya yang terlewat tampan itu. Tapi aku masih tahu diri, aku hanyalah bocah berusia 18 tahun yang sedang membutuhkan uang darinya.

"Lawan main om kali ini suka ngerayu," ujar Om Edgar saat sampai pada sebuah bar dan memarkirkan mobilnya.
"Hati-hati dengannya," kekehnya diakhir kalimat.

"Cuma rayuan, aku nggak suka cara alay kayak gitu kali," balasku dengan senyum tipis sembari melepas sealtbeat.
Meskipun Om Edgar jauh dari umurku, namun aku tetap berbicara menggunakan bahasa non formal. Sebab pria itupun tidak merasa keberatan.

"Bukannya anak muda seumuran kamu gini lebih suka pendekatan pake cara kayak gitu?" tanyanya menatapku sembari mengangkat sebelah alisnya. Oh God! mungkin inilah yang ditulis oleh para novelis saat menggambarkan karakter 'Hot Daddy' yang sebenarnya. Tidak kupungkiri bahwa pria disebelahku ini luar biasa tampan.

"Aku nggak tau soal kayak begituan."

"Kenapa?" tanyanya kian penasaran.
Karena lelaki yang pernah kusuka menolakku secara terang-terangan karena aku tidak semodis para gadis pada umumnya. Dan itu membuatku sakit hati.

"Yang kubutuhkan cuma uang Om... hanya itu. Just it!" bohongku padanya.

"Jadi... kamu single?"

pergerakanku terhenti saat ingin membuka pintu mobil. Menoleh ke arah Om Edgard lalu mengendikkan bahu acuh, "ya.. bisa dibilang gitu sih."
Setelah mengatakan kalimat tersebut aku keluar dari dalam mobil dan disusul oleh Om Edgar.
Pria itu berjalan menuju sebelahku dan mengangkat sebelah tangannya, aku sudah tahu kode tersebut. Dengan senyuman lebar kurangkul lengan pria itu lalu berjalan masuk kedalam bar.

***

Tidak ada yang istimewa saat aku berada di sekolah. Biar kujelaskan bahwa aku tidak punya satupun teman di sekolah, ada namun tidak akrab. Meski begitu hal tersebut menguntungkanku agar rahasiaku tidak ada yang tahu.
Namun langkahku terhenti saat ingin menyeberangi jalan, sebuah mobil hitam berhenti tepat disampingku.
Awalnya aku menggeram kesal, namun saat kaca mobil diturunkan aku menganga tak percaya. Itu Om Edgar. Astaga kenapa pria itu kesini.

Melihat sekeliling yang ramai akan lalu lalang siswa, perlahan aku mendekat kearah pintu mobil, "Om Edgar ngapain kesini?" geramku sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan bahwa tidak ada satupun yang curiga kepadaku.

"Mau ketemu sama keponakan Om," jawabnya santai. Astaga bahkan sekarang aku sudah cemas.

"Kamu sekolah disini juga?"
Aku baru ingat, Om Edgar tidak tahu soal diriku yang menjadi murid di SMA Cakra ini. Karena menurutku itu tidaklah penting.

"Karena Om ketemu kamu disini, jadi sekalian Om antar pulang."

"Nggak usah, aku bisa pulang sendiri," tolakku segera.

"Kenapa? Ayolah... nanti om beliin kamu baju di mall."
Dan untuk iming-iming yang satu ini sulit kutolak. Hell no! aku juga sama seperti gadis lainnya yang butuh akan baju baru. Jika bukan Om Edgar, siapa lagi yang akan membelikanku baju tersebut?
Buru-buru aku membuka pintu mobil dan duduk disebelah Om Edgar. Namun baru saja aku memasangkan sabuk pengaman, seorang lelaki yang memakai sseragam sama sepertiku jalan mendekat kearah mobil Om Edgar. Sontak aku terkejut dan menundukkan wajah, takut ketahuan.

"Sori Om nunggu lama."
Aku kenal suara itu. Suara lelaki yang pernah kusuka dan dialah yang menolakkku saat aku mennyatakan perasaanku di lapangan basket yang ramai.
Buru-buru aku memalingkan wajah ke arah kaca mobil membelakangi dua lelaki tersebut.

"Nggak papa Ga, ini kunci mobilnya. Kamu bisa ambil mobilnya dirumah Om sepulang sekolah."

Aku tidak bisa berkutik, kenapa dunia sesempit ini sih? ternyata Adega Altawijaya adalah keponakan Om Edgar. Shit!

"Makasih Om. Kalo Om Edgar nggak bantuin Dega, pasti papa udah ngomel-ngomel."

Dapat kudengar kekehan dari keduanya. Kenapa mereka lama sekali sih? kalau ketahuan bagaimana?

"Siapa om? kok pake seragam SMA Cakra juga."
double shit! kenapa Dega harus paham dengan keberadaanku sih?

Dapat kudengar hening beberapa detik, kuharap Om Edgar tidak menyebutkan namaku. Bisa gawat ini.

"Ha? hahaha bukan siapa-siapa. Kebetulan rumah orang tuanya dekat sama rumah Om, jadi sekalian aja Om antar pulang."

Aku mendesah lega, akhirnya aman juga.

"Kenapa nunduk gitu dari tadi?"

"Dia abis nangis. Baru putus sama pacarnya katanya, makanya dia malu nunduk terus."

"Oh. Yaudah kalo gitu. Makasih ya Om."

"Iya, Om juga mau pulang dulu."

Aman! setelah Dega tidak lagi mengobrol dengan Om Edgar, segera aku menegakkan badan sembari mengelus dada lega.

"Om kenapa nggak bilang kalo Dega itu keponakan Om sih?"

"Om juga nggak tau kalau kamu teman satu sekolahnya (Namakamu) sayang."

Ah, setidaknya aku bernapas lega sebab Dega tidak mengenaliku. Aku sudah cukup malu jika sampai lelaki itu mengetahuiku bahwa aku bekerja sebagai perempuan bayaran dari Omnya setelah lelaki itu menolakku mentah-mentah. Tidak bisa kupungkiri bahwa jauh dari dalam hatiku, aku masih menyukainya. Hanya saja aku harus sadar diri, jika Dega adalah lelaki idaman di SMA Cakra yang sulit untuk didapatkan hatinya. Orangtuanya adalah donatur terbesar di sekolah. Lagi-lagi aku harus tertampar kenyataan bahwa aku tidak ada apa-apanya dibandingkan dirinya.

"Jadi ke mall?"

"Om udah janji tadi."

✨❇✨





OM EDGAR

OH MY GOD!
KAYANYA NIH CERITA BAKALAN RADA-RADA ANU---
TAPI GAK TERLALU KOK, SANTAI.

GIMANA? SUKA?
MOHON TINGGALKAN JEJAK!

Continue Reading

You'll Also Like

300K 2.7K 38
boypussy, cowok bermeki, BXB area TREASSURE COUPLE MINOR DNI !!!! pair: woohwan
42.7K 5.9K 28
tidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pus...
712K 57.4K 61
Kisah ia sang jiwa asing di tubuh kosong tanpa jiwa. Ernest Lancer namanya. Seorang pemuda kuliah yang tertabrak oleh sebuah truk pengangkut batu ba...
724K 67.5K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...